“Sepertinya ada suara dari dalam ruangan ini. Apa ya?” Papa datang memeriksa. Namun dia tidak menemukan apa pun. Elissa hanya diam, bahkan menahan napasnya karena takut terdengar di ruang yang sunyi tersebut.‘Ya Allah, semoga Papa tidak lihat aku di sini.’ Gumamnya dan terus memejamkan matanya karena takut. Untung saja, meja itu besar. Sehingga dirinya yang besar itu pun muat dan tak terlihat di bawah meja itu.‘Haduh, mana mau kentut segala ini.’ Elissa menahan kentut saat itu yang sudah tidak tertahan sehingga perut Elissa berbunyi ketika menahan angin di dalam perut. Papa Daniel saat itu mengucek matanya berkali-kali karena efek ngantuk yang begitu berat.‘Astaga, perut aku sepertinya sudah tidak bisa menahan angin ini. Bagaimana ini?’ Gumam Elissa yang sudah tidak bisa menahan lagi. Di tambah lagi dia menahan tubuhnya agar tidak mengenai kaki papa saat itu yang berada di dekatnya.‘Duh, kaki papa bau banget sih? Ingin muntah rasanya.’ Kaki Papa membuat Elissa tidak kuat menahan b
“Bukannya ini yang papa inginkan?”“Iya, Sayang. Papa sangat senang, akhirnya kamu mau berubah lebih baik.”“Hem, ya sudah kalau begitu. Aku pergi dulu, Pa.” Ucapnya masih dengan sikap dingin.“Iya, ya, aku kok tidak perhatikan Arga sejak tadi. Dia kelihatan rapi, padahal aku tidak minta dia untuk seperti itu.” Ucap Elissa lirih, lalu dia masuk ke dalam mobil. Begitu juga Arga yang masuk ke dalam mobilnya sendiri. Hal itu membuat Papa bingung dengan anak dan menantunya. Pergi ke kampus yang sama, suami istri, namun menaiki kendaraan masing-masing.“Eh, apa-apaan ini? Kok naik mobil sendiri-sendiri. Elissa pergi dengan suami kamu. Ayo cepat!”“Pa, kita ‘kan punya kendaraan masing-masing. Jadi tidak ada salahnya ‘kan?” Jawab Arga kesal. Elissa hanya terdiam.“Tidak, pokoknya kalian satu mobil saja. Ayo naik mobil Arga saja. Mulai hari ini, kamu pergi dengan Elissa. Tidak boleh naik sendiri. Cepat!”“Papa,”“Arga! Tidak ada alasan.”Brak! Pintu mobil di tutup dengan keras ketika Arga kel
“Aku kemari, ingin undang kalian di acara ulang tahun aku nanti malam. Aku harap kalian semua datang bawa pasangan masing-masing ya. Ini aku akan berikan satu persatu undangannya.”Leon mulai membagikan beberapa undangan untuk semua yang ada di dalam ruangan itu. Leon sengaja mengundang semua tanpa terkecuali. Anak manja, anak orang kaya, makanya buat pesta ulang tahun saja sampai meriah.“Sebagian undangan aku titip ya, nanti kalau mereka sudah datang tolong berikan. Jangan lupa datang. Terutama untuk kamu, Elissa. Aku sangat berharap kamu datang. Aku akan jadikan kamu tamu spesial nanti.” Ucapnya dengan melirik Elissa. Elissa pun hanya diam dan memberikan senyuman saja.“Elissa, aku mohon sama kamu. Kamu jangan tolak ini ya! Aku ingin kamu datang.”“Iya, aku pasti datang kok.”“Sendiri ‘kan?”“Hem!”Elissa tidak mau menjawab, dia hanya melirik Arga saat itu yang ternyata juga memperhatikan kedekatan Elissa dan Leon. Namun Arga langsung buang muka.‘Hah, Arga, Arga, aku yakin kamu pa
“El, ini kamu?”“Ya! Siapa lagi kalau bukan aku. Masa orang lain? Aku hanya satu. Masa sih harus di samakan dengan orang lain.” Jawab Elissa dengan panjang lebar tanpa jeda lagi. Arga hanya tertawa mengejek. Padahal tadi dia sudah melihat Elissa sebelum menunggu di mobil, kini justru baru bertanya.“Haha!”“Tadi tanya, sekarang malah tertawa mengejek. Apa maksud kamu!”“Kamu cantik!” Ucapan singkat, padat dan jelas terdengar saat itu.“Apa kamu bilang, Arga?”“Kamu malam ini terlihat cantik, El. Eh, sudah ayo kita berangkat. Mungkin acaranya sudah mau di mulai. Nanti kita telat.”“Ayo!”Pandangan Arga saat itu tidak lepas dari Elissa. Begitu juga sebaliknya, mereka saling curi-curi pandang saja. Tanpa di sadari, mereka pun saling senyum. Entah apa yang terjadi di antara mereka berdua. Terkadang sama-sama marah, kasar, terkadang juga lembut dan saling membantu.Tiba di tempat tujuan, yaitu rumah megah milik Leon. Meski Leon anak orang kaya, dia tetap menjadi pria yang materialistis. Se
“Audrey, apa-apaan kamu ini.” Ucap Leon.“Ssssst! Kamu lihat mereka, mereka cocok bukan? Kamu itu milik aku Leon. Jadi biarkan saja mereka itu dekat.” Ujar Audrey dengan senyumnya. Leon hanya bisa pasrah, melihat Arga yang begitu dekat dengan Elissa. Bahkan mereka saling berpelukan saat ini.‘Aku tidak boleh hilangkan kesempatan ini. Aku harus pisahkan mereka. Aku tidak peduli lagi dengan Audrey. Dia sudah tidak berguna untuk aku.’ Gumam Leon lalu melepaskan pegangannya pada Audrey. Saat itu juga mau tidak mau demi perasaan yang dia rasakan pada Elissa, membuat Leon pun bertekad untuk merebutnya langsung. Arga di tarik atau di pisahkan langsung oleh Elissa. Sehingga Arga saat itu terjatuh. Sedang Leon langsung memeluk Elissa dan membawanya berdansa. Elissa berusaha menolak, namun Leon tetap kekeh untuk terus memegang dan berdansa dengan Elissa.“Kurang ajar!” Sergah Arga. Lalu dia berdiri dan menarik paksa lagi Leon saat itu. Sehingga kini, Leon gantian terjatuh di bawah. Arga pun men
“Ya Allah, apa yang sudah terjadi malam tadi. Apa yang sudah aku lakukan sama Arga? Aku takut hamil ya Allah, aku belum siap. Apa lagi aku harus hamil dengan Arga. Aku tidak terima jika ini terjadi padaku. Aku harus lakukan sesuatu! Kenapa aku jadi terjebak seperti ini sih?”Elissa segera menuju dapur dan membuka lemari es. Entah apa saat itu yang dia cari. Semula seisi kulkas rapi, namun kini berantakan Elissa buat.“Mbak El, cari apa? Kok semua isi di berantaki.”“Bibik, biasanya ada nanas bukan? Tapi di mana? Kok tidak ada?”“Tumben Mbak El cari nanas? Untuk apa? Biasanya juga tidak suka. Kok sekarang malah suka. Wah, jangan-jangan lagi ngidam ya?”“Hem, tidak Bibik. Aku hanya butuh untuk bahan praktek saja besok. Hari ini mau aku kerjakan. Sudah deh, katakan saja, ada atau tidak. Kalau tidak ada, tolong carikan dulu Bibik. Ini penting banget.”“Hem, ya sudah. Bibik memang belum belanja. Nanti Bibik belikan ya. Tapi saran Bibik, Mbak El jangan sampai makan ya. Kalau pun makan, jang
“Meski aku tidak suka, aku harus makan nanas ini. Hem, akhirnya aku dapatkan juga. Aku harus simpan nanas ini sisanya. Agar Arga atau siapa pun tidak tahu rencana aku.” Elissa langsung menyimpan nanas itu di bawah ranjangnya. Lalu di tutup dengan sprei yang menjuntai panjang ke lantai, sehingga menutup kolong di bawah ranjang.Setelah pulang dari rumah mama, Elissa melanjutkan rencananya untuk memakan nanas tersebut.“Huh, selesai juga. Simpan nanas, seperti simpan emas saja. Tapi tidak apa-apa deh. Hem, ngomong-ngomong di mana Arga ya? Perasaan dari kemarin, dia tidak kelihatan. Pagi ini ‘kan ada jam kuliah. Kok dia belum siap-siap? Duh, dasar bego. Kenapa juga aku pikirkan dia. Mau dia makan atau nggak, mau tidur di mana, lagi ngapain, apa peduli aku. Haduh!”Terkadang tanpa di sadari, Elissa pun memikirkan Arga. Namun rasa kesalnya jauh lebih menguasai dirinya. Padahal di lubuk hati yang paling dalam, sebenarnya Elissa juga peduli dengan Arga.“Hem, daripada bosan. Lebih baik aku k
Seperti biasa, sebelum berangkat kuliah. Elissa kembali terlebih dahulu ke rumah karena ingin mengambil sesuatu di kamar.“Dunia, terasa aman tidak ada kamu satu malam di sini.” Tiba-tiba Arga asal nyeletuk saja. Mungkin karena merasa kesal kejadian itu.“Baguslah.” Balas Elissa singkat, dan malah membuat Arga semakin marah.“Oh, begitu cara kamu. Setelah mendapatkan semua dari aku. Terus kamu dekat dengan pria lain dengan enaknya.“Kok jadi tidak nyambung sih?” Balas Elissa lagi semakin tidak mengerti dengan amarah Arga. Saat itu Elissa tengah mempersiapkan barangnya untuk kuliahnya. Begitu juga Arga, lalu Elissa pergi ke kampus terlebih dahulu. Hari ini, mereka dengan mobil terpisah.Melihat kepergian Elissa, tanpa di sadarivhidungnya mulai mencium bau harum nanas yang sangat menyengat di dalam kamar itu.“Loh, kok bau nanas ya? Menyengat banget.” Lalu tidak sengaja Arga melihat salah satu nanas di bawah kolong.“Loh, kok ada nanas di kamar.”Arga membuka sprei yang menjuntai di baw