Dayana mengerang tertahan karena cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah cantiknya. Rasa pusing langsung menyerang kepalanya begitu membuka mata. Sepertinya efek mabuk semalam belum hilang sampai sekarang.Dayana memaksakan diri untuk bangun meskipun kepalanya masih terasa berat lantas meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja samping tempat tidur.Helaan napas panjang sontak lolos dari bibirnya karena tidak ada pesan atau pun telepon masuh dari Sakhala.Apa lelaki itu masih marah pada dirinya?Dayana pun meletakkan ponselnya kembali di atas meja lalu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri karena dia harus pergi ke kantor. Dayana terlihat cantik memakai fit dress berwarna hitam panjang selutut. Dia sengaja memoles make up sedikit tebal untuk menutupi lingkaran hitam yang mengelilingi kedua matanya karena dia semalam kurang tidur.Dayana barulang kali memperhatikan layar ponselnya, sampai sekarang tidak ada pesan atau pun te
"Halo, Dayana. Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?" sapa Laudya terdengar ramah, mengabaikan wajah Dayana yang terkejut karena melihat kedatangannya. Laudya yakin sekali Dayana pasti terkejut sekaligus kesal melihat datang ke kantor Sakhala."Tu-tunggu, ada apa ini?" Dayana menatap Sakhala dan Laudya bergantian. Kenapa Laudya tiba-tiba datang ke kantor Sakhala?"Kita berangkat sekarang, Lau?" tanya Sakhala tanpa memedulikan pertanyaan Dayana.Laudya mengangguk. Dia memang sengaja datang ke Jordan Corps untuk menjemput Sakhala.Dayana buru-buru mencekal tangan Sakhala yang ingin pergi bersama Laudya. "Sakha, tunggu. Jawab dulu pertanyaanku."Sakhala melepas tangannya dari genggaman Dayana dengan paksa lantas mengajak Laudya pergi bersamanya."Kami pergi dulu ya, Dayana." Laudya tersenyum penuh kemenangan karena Sakhala lebih memilih dirinya dari pada Dayana.Dayana menggeram kesal. Kedua tangannya tanpa sadar mengepal kuat di sisi-sisi tubuhnya melihat Laudya tersenyum licik pada di
"Ka-kamu bilang apa?""Aku mencintaimu, Sakha. Aku sungguh-sungguh mencintaimu!" teriak Dayana frustrasi. Persetan jika Sakhala mau melakukan apa setelah ini. Dayana benar-benar tidak peduli karena yang terpenting dia sudah mengungkapkan perasaannya pada Sakhala.Jantung Sakhala berdebar hebat. Rasanya seperti ada ribuan bunga sakura yang bermekaran di dalam dadanya. Jumlahnya begitu banyak hingga membuat dadanya terasa sesak karena rasa bahagia.Sakhala merasa benar-benar bahagia karena Dayana akhirnya membalas perasaannya.Pelan, Sakhala mendekat, lantas merengkuh pinggang Dayana dengan mesra. "Kamu bilang apa tadi?""Aku kan, sudah bilang kalau aku cinta sama kamu, Sakha ...," desah Dayana menahan kesal karena Sakhala terus saja bertanya. Apa lelaki itu tidak tahu kalau dia membutuhkan kekuatan yang sangat besar untuk mengatakan kalimat itu?Sakhala malah tersenyum karena Dayana terlihat sangat menggemaskan jika sedang marah. "Apa kamu bisa mengulanginya lagi?""Tidak mau!" Sakhal
Sakhala meminta Dayana untuk melanjutkan kegiatan panas mereka. Dia terus memompa miliknya seolah-olah tidak pernah puas hingga membuat Dayana nyaris pingsan karena kelelahan. Bagaimana pun juga Sakhala ingin cepat memiliki momongan dari Dayana.Sakhala menarik tubuh Dayana ke dalam dekapan lantas mengecup kening wanita itu dengan penuh sayang."Terima kasih, Istriku. Aku mencintaimu.""Hmm ...." Dayana menanggapi ucapan Sakhala hanya dengan gumaman karena dia seolah-olah kehabisan tenaga untuk bicara.*** "Eungh ...." Dayana melenguh pelan karena cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah cantiknya. Sepasang mata hezel miliknya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan dengan cahaya matahari yang masuk ke dalam indra penglihatannya. Dayana merasa sangat lelah dan entah kenapa tubuhnya terasa berat. Ternyata Sakhala menindih tubuhnya sedikit ketika tidur.Dayana ingin bergeser, tapi Sakhala malah mendekapnya semakin erat hingga membuatn
Sakhala sedang mengendarai Audy hitamnya sambil sesekali melirik Dayana yang duduk tepat di sampingnya. Entah kenapa Sakhala merasa jika Dayana lebih banyak diam setelah pulang dari rumah mamanya.Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran istrinya itu?"Ada apa, Sayang? Kenapa kamu diam saja?" tanya Sakhala terdengar penuh perhatian."Em ...." Dayana menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat sambil meremas kesepuluh jemari tangannya yang terasa dingin. Rasanya Dayana ingin sekali memberi tahu Sakhala jika Ruth ingin segera menimang cucu darinya. Namun, dia merasa sedikit ragu untuk mengantakannya.Sakhala tiba-tiba menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Kedua matanya menatap Dayana dengan lekat."Kenapa kita berhenti di sini?" tanya Dayana bingung."Kenapa kamu terlihat cemas, Sayang? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Sakhala malah bertanya alih-alih menjawab pertanyaan Dayana. "Tadi ...." Dayana menarik napas panjang sebelum bicara. Sakhala terlihat begitu sabar menunggu w
Dayana dan Sakha sontak saling pandang. Mereka tidak pernah menyangka Ruth sampai melakukan semua ini agar Dayana bisa cepat hamil.Dayana pun menerima jamu dari Ruth dengan ekspresi senang yang tampak sekali dipaksakan. "Terima kasih banyak, Ma. Dayana pasti akan minum jamu ini.""Minum jamu ini dua kali. Setelah sarapan dan sebelum tidur. Awas, jangan sampai lupa.""Iya, Ma.""Kenapa Mama memberi Dayana minuman seperti itu?" Sakhala menggenggam jemari Dayana dengan erat, seolah-olah memberi wanita itu kekuatan. Sakhala yakin sekali Dayana pasti merasa terbebani setelah mendengar ucapan Ruth."Supaya Dayana cepat hamil, Bang. Abang tahu sendiri kan, kalau mama ingin segera menimang cucu dari kalian. Mama sudah mengeluarkan banyak uang loh, untuk membeli jamu itu. Kata teman mama jamu itu manjur."Jantung Dayana mencelus mendengar ucapan Ruth barusan. Ibu mertuanya itu sepertinya ingin cepat-cepat menimang cucu darinya dan Sakhala hingga rela melakukan hal seperti itu."Abang tahu ka
Acara penggalangan dana yang diadakan Sakhala berjalan cukup meriah. Para tamu yang datang terlihat sangat terhibur dengan salah satu artis ibu kota yang sengaja diundang untuk memeriahkan acara.Di saat semua orang tampak asyik menikmati acara, Dayana malah memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa pergi dari acara ini sebentar untuk menemui dokter kandungan. "Sakha, aku mau ke toilet sebentar, ya?" "Mau aku antar?" tawar Sakhala yang langsung mendapat penolakan dari Dayana karena wanita itu ingin menemui dokter kandungan."Ti-tidak usah, aku bisa pergi sendiri.""Baiklah, hati-hati. Aku tunggu di sini." Dayana sontak mengembuskan napas lega karena dia akhirnya mempunyai kesempatan untuk pergi menemui dokter Tasqia. Jarak dari aula dengan ruang dokter kandungan tidak terlalu jauh. Hanya butuh waktu lima menit bagi Dayana untuk tiba di sana. "Selamat siang, Dokter," ucap Dayana begitu masuk ruangan praktek Dokter Tasqia. "Selamat siang, Nona Dayana. Silakan duduk." Dokter berpar
Sakhala tidak habis pikir Dayana menemui dokter kandungan tanpa memberi tahu dirinya. Dayana sepertinya sengaja pergi sendirian karena istrinya itu takut hasil pemeriksaan dokter nanti akan mengecewakannya.Dayana dan Sakhala segera pulang setelah menghabiskan makannya karena matahari sudah mulai kembali ke peraduan. Mereka menghabiskan waktu hampir dua jam di Starbucks karena Dayana sudah lama sekali tidak pergi keluar untuk bersantai. Dia memanfaatkan momen ini dengan baik untuk menenangkan pikiran sekaligus quality time bersama Sakhala. Sakhala menyampirkan jasnya untuk menutupi tubuh Dayana karena angin berhembus sedikit kencang. Apa yang dia lakukan berhasil menyentuh hati Dayana hingg ke titik paling dalam "Aku punya dua tiket pameran seni. Apa kamu mau pergi denganku, Sakha?""Kapan?""Hari Jumat depan. Bagaimana?"Sakhala menghela napas panjang. "Maaf, Sayang. Aku tidak bisa menemanimu karena aku ada meeting dengan investor dari Canada seharian penuh.""Hmm, begitu, ya? Tida