Sakhala mengerjapkan kedua matanya perlahan. Senyum tipis menghiasi bibirnya melihat seorang wanita yang sedang tertidur lelap di sampingnya dan menggunakan lengan kirinya sebagai bangal hingga kebas.Masih tergambar jelas di ingatan Sakhala apa yang sudah dia lakukan bersama Dayana semalam. Ketika dia menyentak miliknya semakin dalam hingga membuat Dayana melayang penuh kenikmatan. Rasanya benar-benar luar biasa hingga membuatnya ingin sekali mengulangi kegiatan mereka semalam.Sakhala memperhatikan Dayana yang berada di dalam dekapannya dengan lekat. Istrinya itu terlihat sangat cantik meskipun tidak memakai make up.Tangan Sakhala perlahan bergerak, mengusap mata, hidung, dan terakhir bibir Dayana dengan begitu lembuat. Kedua mata Sakhala menatap bibir wanita yang sudah mengambil ciuman pertamanya itu dengan lekat. Rasanya dia ingin sekali mengecup bibir Dayana sekarang.Pelan, Sakhala mendekat, lantas mendaratkan sebuah kecupan manis di bibir Dayana."Erngh ...." Dayana mengerang
Dayana tiba-tiba saja melepaskan diri dari dekapan Sakhala. "Sakha, gawat!"Sakhala menatap Dayana dengan kening berkerut dalam. "Apanya yang gawat, Sayang?" "Kita belum membeli oleh-oleh untuk mama dan papa. Bagaimana ini, Sakha?" desah Dayana terdengar panik karena mereka sepertinya tidak mempunyai cukup waktu untuk membeli oleh-oleh.Sakhala malah tersenyum, sangat menenangkan. "Tenang saja, Sayang. Setelah dari sini kamu bisa membeli oleh-oleh apa pun yang kamu mau. Apa kamu lupa kalau kita ke sini naik pesawat pribadi?" "Ah, benar juga. Aku lupa," ucap Dayana malu-malu. Entah kenapa beberapa hari ini Dayana sering sekali melupakan hal-hal kecil, mungkin karena dia terlalu fokus memikirkan Sakhala. Sebagai seorang perempuan Dayana bisa merasakan kalau Sakhala benar-benar sayang dan perhatian pada dirinya. Perhatian yang lelaki berikan laiknya seorang suami kepada istrinya.Apa mungkin Sakhala memiliki perasaan pada dirinya?Dayana tanpa sadar menggelengkan kepala. Lelaki tampan
Sakhala sedang menemani Dayana ke dokter karena Ruth memaksanya agar membawa Dayana ke rumah sakit karena wajah istrinya itu terlihat sangat pucat. Perutnya pun terus terasa mual. Dayana tanpa sadar meremas kesepuluh jemari tangannya karena dia merasa sangat gugup sekarang. Dayana takut sekali hamil karena dia sampai sekarang belum siap untuk memiliki anak. "Nona Dayana," panggil seorang perawat lalu mengarahkan Dayana agar masuk ke ruangan dokter kandungan untuk diperiksa.Dayana pun beranjak dari tempat duduknya dan masuk ke ruangan dokter didampingi Sakhala."Selamat sore, Dokter," ucap Sakhala sambil tersenyum. Lelaki itu terlihat sangat bahagia dan tidak sabar untuk mendengar kabar baik dari Dayana. "Selamat sore, Tuan," balas dokter bernama Tasqia tersebut lantas meminta Dayana untuk berbaring di atas ranjang untuk diperiksa.Dayana tanpa sadar terus menggigit bibir bagian bawahnya untuk melampiaskan ketakutannya saat Dokter Tasqia memeriksa perutnya. Dia benar-benar takut ha
Sakhala bangun lebih awal dari pada Dayana. Sejak sepuluh menit yang dia lakukan hanya diam sambil memandangi wajah Dayana yang terlihat sangat imut dan menggemaskan ketika tidur. Pelan dia mendekat, lantas mendaratkan sebuah kecupan manis di bibir Dayana. Wanita itu hanya melenguh pelan tanpa membuka kedua matanya.Sakhala melihat jam yang menempel di dinding kamar. Ternyata sekarang sudah jam delapan lebih sepuluh menit pagi. Seharusnya Sakhala sudah berada di kantor sekarang, tapi dia malah tidak masuk ke kantor karena ingin menjaga Dayana yang sedang sakit.Sakhala pun beranjak ke dapur sambil menelepon Erick karena dia tidak ingin mengganggu Dayana yang sedang tidur."Selamat pagi, Tuan. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Erick di seberang sana."Bagaimana perkembangan saham kita hari ini?" "Cukup baik, Tuan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jelas Erick."Baiklah. Hari ini aku tidak datang ke kantor. Berkas yang kemarin tolong urus sisanya." "Baik, Tuan. Kalau boleh tahu,
Sakhala memasukkan mobilnya di garasi begitu tiba di rumah. Dia langsung turun tanpa membukakan pintu mobil untuk Dayana. Dayana menghela napas panjang melihat Sakhala yang meninggalkannya begitu saja padahal mereka biasanya masuk ke dalam rumah bersama. Sakhala pasti marah dan kecewa pada dirinya karena diam-diam sudah minum obat pencegah kehamilan.Dayana pun segera menyusul Sakhala masuk ke dalam rumah. Dia pikir Sakhala ada di kamar. Namun, lelaki itu ternyata tidak ada di sana. Sakhala mungkin sedang berada di ruang kerja, pikirnya.Dayana memutuskan untuk membersihkan make up di wajahnya lalu mengganti gaunnya dengan baju tidur. Setelah selesai dia menghampiri Sakhala di ruang kerja yang berada di lantai dua. Dayana tidak langsung masuk begitu tiba di depan ruang kerja Sakhala. Dia menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan agar perasaannya menjadi lebih tenang sebelum mengetuk pintu kayu yang ada di hadapan."Apa kamu di dalam, Sakha?" tanya Dayana sambil menempelkan
"Kenapa kamu bisa ada di sini?""Tentu saja untuk menemuimu, Cantik," jawab Mike sambil menyunggingkan senyum manis untuk Dayana."Apa kamu mengikutiku?" Dayana menatap Mike yang duduk di sebelahnya dengan pandangan menyelidik."Aku ada janji dengan temanku di sini dan tidak sengaja melihatmu, Day. Hanya itu.""Benarkah?" tanya Dayana tidak percaya sambil menuang sebotol wine yang baru saja Jonathan bawakan untuk dirinya ke dalam gelas. "Iya, untuk apa juga aku berbohong." Mike meminta Jonathan untuk memberinya minuman seperti yang Dayana pesan."Apa kamu sendirian?""Ya," jawab Dayana singkat."Di mana suamimu? Apa dia pergi meninggalkanmu?" cerocos Mike tanpa henti."Jaga bicaramu, Mike! Suamiku bukan orang sepertimu," sengit Dayana menatap Mike tajam."Maaf, aku cuma bercanda. Kenapa kamu terlihat kacau sekali, Dayana? Apa kamu sedang ada masalah?" Mike bisa dengan mudah tahu jika Dayana sedang tidak baik-baik saja karena dia sudah mengenal wanita itu cukup lama. Mereka bahkan per
Dayana mengerang tertahan karena cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah cantiknya. Rasa pusing langsung menyerang kepalanya begitu membuka mata. Sepertinya efek mabuk semalam belum hilang sampai sekarang.Dayana memaksakan diri untuk bangun meskipun kepalanya masih terasa berat lantas meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja samping tempat tidur.Helaan napas panjang sontak lolos dari bibirnya karena tidak ada pesan atau pun telepon masuh dari Sakhala.Apa lelaki itu masih marah pada dirinya?Dayana pun meletakkan ponselnya kembali di atas meja lalu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri karena dia harus pergi ke kantor. Dayana terlihat cantik memakai fit dress berwarna hitam panjang selutut. Dia sengaja memoles make up sedikit tebal untuk menutupi lingkaran hitam yang mengelilingi kedua matanya karena dia semalam kurang tidur.Dayana barulang kali memperhatikan layar ponselnya, sampai sekarang tidak ada pesan atau pun te
"Halo, Dayana. Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?" sapa Laudya terdengar ramah, mengabaikan wajah Dayana yang terkejut karena melihat kedatangannya. Laudya yakin sekali Dayana pasti terkejut sekaligus kesal melihat datang ke kantor Sakhala."Tu-tunggu, ada apa ini?" Dayana menatap Sakhala dan Laudya bergantian. Kenapa Laudya tiba-tiba datang ke kantor Sakhala?"Kita berangkat sekarang, Lau?" tanya Sakhala tanpa memedulikan pertanyaan Dayana.Laudya mengangguk. Dia memang sengaja datang ke Jordan Corps untuk menjemput Sakhala.Dayana buru-buru mencekal tangan Sakhala yang ingin pergi bersama Laudya. "Sakha, tunggu. Jawab dulu pertanyaanku."Sakhala melepas tangannya dari genggaman Dayana dengan paksa lantas mengajak Laudya pergi bersamanya."Kami pergi dulu ya, Dayana." Laudya tersenyum penuh kemenangan karena Sakhala lebih memilih dirinya dari pada Dayana.Dayana menggeram kesal. Kedua tangannya tanpa sadar mengepal kuat di sisi-sisi tubuhnya melihat Laudya tersenyum licik pada di