"Let's go honey moon, Baby." Sakhala mengajak Dayana masuk ke dalam pesawat pribadi miliknya.Dayana masih tidak menyangka dengan apa yang Sakhala siapkan untuk bulan madu mereka karena dia baru pertama kali ini naik pesawat pribadi. Pesawat jenis Gulfstream G550 yang dimiliki Jordan Corps memiliki kapasitas yang cukup besar untuk penumpang. Di bagian dalam dilengkapi tempat duduk yang dapat diubah menjadi tempat tidur seukuran Queen Eropa serta beberapa spot lain yang sangat menarik seperti kabin.Pesawat itu sering Sakhala gunakan untuk kepentingan bisnis. Akan tetapi kali ini dia menggunakan pesawat tersebut untuk berbulan madu bersama Dayana."Bagaimana, Sayang? Apa kamu suka?" tanya Sakhala saat keduanya sudah duduk di dalam pesawat."Apa kamu tidak bisa melihat bagaimana ekspresi wajahku sekarang?"Kening Sakhala berkerut dalam. "Aku suka sekali, Sakha. Rasanya seperti mimpi karena aku baru pertama kali ini naik pesawat pribadi." Dayana terlihat begitu kegum dengan pesawat pri
Shakala dan Dayana merasa haus setelah mengelilingi Royal Grand Palace. Apa lagi cuaca di Thailand saat ini terasa cukup panas. Mereka pun berhenti di salah satu kafe terdekat untuk membeli minuman dan beristirahat sebentar. Sakhala memesan iced Americano sedangkan Dayana memesan jus strawberry. Mereka memilih tempat duduk yang berada di dekat jendela agar bisa melihat orang berlalu lalang di luar kafe. "Apa kamu tidak lelah, Sayang?" tanya Sakhala heran melihat Dayana yang begitu bersemangat mengelilingi Royal Grand Palace. Padahal cuaca di Thailand benar-benar sangat panas. "Tidak, kapan lagi aku bisa datang ke sini Sakha? Aku harus bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan baik." Dayana terlihat begitu bersemangat, kebahagiaan terpancar jelas di wajah cantiknya. "Baiklah. Kalau capek jangan dipaksa karena kita bisa pergi ke sini lagi lain kali," ucap Sakhala terdengar penuh perhatian."Oke." Dayana menyeruput kembali jus strawberry-nya. Setelah itu dia mengajak Sakhala ke Train N
Dayana meninggalkan makanannya begitu saja karena dia sudah kehilangan selera setelah bertemu dengan Mike. Mantan kekasihnya itu membuat luka yang sudah dia coba dia kubur dalam-dalam sontak kembali ke permukaan. Rasanya benar-benar menyakitkan."Sialan!" geram Dayana terdengar kesal karena teringat dengan apa yang sudah Mike lakukan pada dirinya.Sedetik kemudian dia meminta maaf pada Sakhala karena mengajak lelaki itu pergi begitu saja. Padahal makanan mereka belum habis."Maafkan aku, Sakha. Bagaimana kalau kita cari tempat makan lain?" usul Dayana."Tidak perlu. Sebaiknya kita kembali ke hotel.""T-tapi ...." "Sudahlah, aku bisa memesan makanan di hotel. Yang paling penting sekarang kamu. Apa kamu baik-baik saja setelah bertemu lelaki tadi?" Sakhala menatap Dayana dengan lekat. Dia ingin tahu bagaimana perasaan Dayana setelah bertemu dengan mantan kekasihnya."Im fine, Sakha. Jangan khawatir. Lagi pula dia orang tidak penting," jawab Dayana pelan.Sakhala tidak percaya begitu saj
Dayana segera membereskan barang-barangnya ketika tiba di kamar, begitu pula dengan Sakhala karena mereka akan pergi ke ke Krabi sebentar lagi.Dayana memang ingin pergi ke tempat yang lebih tenang, selain itu dia ingin menghabiskan waktu dengan Sakhala. "Sudah selesai?"Dayana mengangguk untuk menjawab pertanyaan Sakhala barusan karena dia sudah selesai bersiap-siap."Kita berangkat sepuluh menit lagi," ucap Sakhala sambil melihat jam tangan merek Rolex seharga empat ratus juta yang melingkari pergelangan tangan kirinya. "Hmm ...." Dayana menanggapi ucapan Sakhala hanya dengan gumaman.Setelah itu tidak ada yang membuka suara lagi di antara mereka. Sakhala terlihat serius memperhatikan layar ponselnya, membaca hasil rapat yang dia pimpin pagi tadi. Sedangkan Dayana hanya diam, helaan napas panjang berulang kali lolos dari bibirnya. Entah kenapa, Dayana merasa Sakhala berubah semenjak melihatnya bersama Mike di taman siang tadi.Apa lelaki itu masih marah pada dirinya?"Baiklah, kit
Dayana mengajak Sakhala sarapan setelah selesai mandi. Mereka tidak perlu repot-repot mencari restoran karena penginapan yang mereka sewa sudah menyediakan tempat makan."Sakha, coba lihat! Tempat ini bagus, ya?" tanya Dayana sambil menunjukkan rekomendasi tempat wisata yang dia cari lewat internet."Iya," balas Sakhala singkat.Sakhala sepertinya tidak minat untuk berbicara dengan Dayana. Dia hanya diam meskipun Dayana selalu saja mengajaknya bicara. Setelah sarapan, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar penginapa. Sakhala biasanya selalu menggandeng tangan Dayana. Namun, dia sekarang berjalan begitu saja sambil memasukkan tangannya ke dalan saku celana. Ekspresi wajahnya pun terlihat sangat datar dengan tatapan mata lurus ke depan. Dayana menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat sambil berusaha menyamakan langkah kakinya dengan Sakhala agar tidak tertinggal. Sepertinya Sakhala masih marah karena dia kemarin menghabiskan waktu bersama Mike di taman."Kita mau pergi ke m
Sakhala mengerjapkan kedua matanya perlahan. Senyum tipis menghiasi bibirnya melihat seorang wanita yang sedang tertidur lelap di sampingnya dan menggunakan lengan kirinya sebagai bangal hingga kebas.Masih tergambar jelas di ingatan Sakhala apa yang sudah dia lakukan bersama Dayana semalam. Ketika dia menyentak miliknya semakin dalam hingga membuat Dayana melayang penuh kenikmatan. Rasanya benar-benar luar biasa hingga membuatnya ingin sekali mengulangi kegiatan mereka semalam.Sakhala memperhatikan Dayana yang berada di dalam dekapannya dengan lekat. Istrinya itu terlihat sangat cantik meskipun tidak memakai make up.Tangan Sakhala perlahan bergerak, mengusap mata, hidung, dan terakhir bibir Dayana dengan begitu lembuat. Kedua mata Sakhala menatap bibir wanita yang sudah mengambil ciuman pertamanya itu dengan lekat. Rasanya dia ingin sekali mengecup bibir Dayana sekarang.Pelan, Sakhala mendekat, lantas mendaratkan sebuah kecupan manis di bibir Dayana."Erngh ...." Dayana mengerang
Dayana tiba-tiba saja melepaskan diri dari dekapan Sakhala. "Sakha, gawat!"Sakhala menatap Dayana dengan kening berkerut dalam. "Apanya yang gawat, Sayang?" "Kita belum membeli oleh-oleh untuk mama dan papa. Bagaimana ini, Sakha?" desah Dayana terdengar panik karena mereka sepertinya tidak mempunyai cukup waktu untuk membeli oleh-oleh.Sakhala malah tersenyum, sangat menenangkan. "Tenang saja, Sayang. Setelah dari sini kamu bisa membeli oleh-oleh apa pun yang kamu mau. Apa kamu lupa kalau kita ke sini naik pesawat pribadi?" "Ah, benar juga. Aku lupa," ucap Dayana malu-malu. Entah kenapa beberapa hari ini Dayana sering sekali melupakan hal-hal kecil, mungkin karena dia terlalu fokus memikirkan Sakhala. Sebagai seorang perempuan Dayana bisa merasakan kalau Sakhala benar-benar sayang dan perhatian pada dirinya. Perhatian yang lelaki berikan laiknya seorang suami kepada istrinya.Apa mungkin Sakhala memiliki perasaan pada dirinya?Dayana tanpa sadar menggelengkan kepala. Lelaki tampan
Sakhala sedang menemani Dayana ke dokter karena Ruth memaksanya agar membawa Dayana ke rumah sakit karena wajah istrinya itu terlihat sangat pucat. Perutnya pun terus terasa mual. Dayana tanpa sadar meremas kesepuluh jemari tangannya karena dia merasa sangat gugup sekarang. Dayana takut sekali hamil karena dia sampai sekarang belum siap untuk memiliki anak. "Nona Dayana," panggil seorang perawat lalu mengarahkan Dayana agar masuk ke ruangan dokter kandungan untuk diperiksa.Dayana pun beranjak dari tempat duduknya dan masuk ke ruangan dokter didampingi Sakhala."Selamat sore, Dokter," ucap Sakhala sambil tersenyum. Lelaki itu terlihat sangat bahagia dan tidak sabar untuk mendengar kabar baik dari Dayana. "Selamat sore, Tuan," balas dokter bernama Tasqia tersebut lantas meminta Dayana untuk berbaring di atas ranjang untuk diperiksa.Dayana tanpa sadar terus menggigit bibir bagian bawahnya untuk melampiaskan ketakutannya saat Dokter Tasqia memeriksa perutnya. Dia benar-benar takut ha