Dayana segera membereskan barang-barangnya ketika tiba di kamar, begitu pula dengan Sakhala karena mereka akan pergi ke ke Krabi sebentar lagi.Dayana memang ingin pergi ke tempat yang lebih tenang, selain itu dia ingin menghabiskan waktu dengan Sakhala. "Sudah selesai?"Dayana mengangguk untuk menjawab pertanyaan Sakhala barusan karena dia sudah selesai bersiap-siap."Kita berangkat sepuluh menit lagi," ucap Sakhala sambil melihat jam tangan merek Rolex seharga empat ratus juta yang melingkari pergelangan tangan kirinya. "Hmm ...." Dayana menanggapi ucapan Sakhala hanya dengan gumaman.Setelah itu tidak ada yang membuka suara lagi di antara mereka. Sakhala terlihat serius memperhatikan layar ponselnya, membaca hasil rapat yang dia pimpin pagi tadi. Sedangkan Dayana hanya diam, helaan napas panjang berulang kali lolos dari bibirnya. Entah kenapa, Dayana merasa Sakhala berubah semenjak melihatnya bersama Mike di taman siang tadi.Apa lelaki itu masih marah pada dirinya?"Baiklah, kit
Dayana mengajak Sakhala sarapan setelah selesai mandi. Mereka tidak perlu repot-repot mencari restoran karena penginapan yang mereka sewa sudah menyediakan tempat makan."Sakha, coba lihat! Tempat ini bagus, ya?" tanya Dayana sambil menunjukkan rekomendasi tempat wisata yang dia cari lewat internet."Iya," balas Sakhala singkat.Sakhala sepertinya tidak minat untuk berbicara dengan Dayana. Dia hanya diam meskipun Dayana selalu saja mengajaknya bicara. Setelah sarapan, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar penginapa. Sakhala biasanya selalu menggandeng tangan Dayana. Namun, dia sekarang berjalan begitu saja sambil memasukkan tangannya ke dalan saku celana. Ekspresi wajahnya pun terlihat sangat datar dengan tatapan mata lurus ke depan. Dayana menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat sambil berusaha menyamakan langkah kakinya dengan Sakhala agar tidak tertinggal. Sepertinya Sakhala masih marah karena dia kemarin menghabiskan waktu bersama Mike di taman."Kita mau pergi ke m
Sakhala mengerjapkan kedua matanya perlahan. Senyum tipis menghiasi bibirnya melihat seorang wanita yang sedang tertidur lelap di sampingnya dan menggunakan lengan kirinya sebagai bangal hingga kebas.Masih tergambar jelas di ingatan Sakhala apa yang sudah dia lakukan bersama Dayana semalam. Ketika dia menyentak miliknya semakin dalam hingga membuat Dayana melayang penuh kenikmatan. Rasanya benar-benar luar biasa hingga membuatnya ingin sekali mengulangi kegiatan mereka semalam.Sakhala memperhatikan Dayana yang berada di dalam dekapannya dengan lekat. Istrinya itu terlihat sangat cantik meskipun tidak memakai make up.Tangan Sakhala perlahan bergerak, mengusap mata, hidung, dan terakhir bibir Dayana dengan begitu lembuat. Kedua mata Sakhala menatap bibir wanita yang sudah mengambil ciuman pertamanya itu dengan lekat. Rasanya dia ingin sekali mengecup bibir Dayana sekarang.Pelan, Sakhala mendekat, lantas mendaratkan sebuah kecupan manis di bibir Dayana."Erngh ...." Dayana mengerang
Dayana tiba-tiba saja melepaskan diri dari dekapan Sakhala. "Sakha, gawat!"Sakhala menatap Dayana dengan kening berkerut dalam. "Apanya yang gawat, Sayang?" "Kita belum membeli oleh-oleh untuk mama dan papa. Bagaimana ini, Sakha?" desah Dayana terdengar panik karena mereka sepertinya tidak mempunyai cukup waktu untuk membeli oleh-oleh.Sakhala malah tersenyum, sangat menenangkan. "Tenang saja, Sayang. Setelah dari sini kamu bisa membeli oleh-oleh apa pun yang kamu mau. Apa kamu lupa kalau kita ke sini naik pesawat pribadi?" "Ah, benar juga. Aku lupa," ucap Dayana malu-malu. Entah kenapa beberapa hari ini Dayana sering sekali melupakan hal-hal kecil, mungkin karena dia terlalu fokus memikirkan Sakhala. Sebagai seorang perempuan Dayana bisa merasakan kalau Sakhala benar-benar sayang dan perhatian pada dirinya. Perhatian yang lelaki berikan laiknya seorang suami kepada istrinya.Apa mungkin Sakhala memiliki perasaan pada dirinya?Dayana tanpa sadar menggelengkan kepala. Lelaki tampan
Sakhala sedang menemani Dayana ke dokter karena Ruth memaksanya agar membawa Dayana ke rumah sakit karena wajah istrinya itu terlihat sangat pucat. Perutnya pun terus terasa mual. Dayana tanpa sadar meremas kesepuluh jemari tangannya karena dia merasa sangat gugup sekarang. Dayana takut sekali hamil karena dia sampai sekarang belum siap untuk memiliki anak. "Nona Dayana," panggil seorang perawat lalu mengarahkan Dayana agar masuk ke ruangan dokter kandungan untuk diperiksa.Dayana pun beranjak dari tempat duduknya dan masuk ke ruangan dokter didampingi Sakhala."Selamat sore, Dokter," ucap Sakhala sambil tersenyum. Lelaki itu terlihat sangat bahagia dan tidak sabar untuk mendengar kabar baik dari Dayana. "Selamat sore, Tuan," balas dokter bernama Tasqia tersebut lantas meminta Dayana untuk berbaring di atas ranjang untuk diperiksa.Dayana tanpa sadar terus menggigit bibir bagian bawahnya untuk melampiaskan ketakutannya saat Dokter Tasqia memeriksa perutnya. Dia benar-benar takut ha
Sakhala bangun lebih awal dari pada Dayana. Sejak sepuluh menit yang dia lakukan hanya diam sambil memandangi wajah Dayana yang terlihat sangat imut dan menggemaskan ketika tidur. Pelan dia mendekat, lantas mendaratkan sebuah kecupan manis di bibir Dayana. Wanita itu hanya melenguh pelan tanpa membuka kedua matanya.Sakhala melihat jam yang menempel di dinding kamar. Ternyata sekarang sudah jam delapan lebih sepuluh menit pagi. Seharusnya Sakhala sudah berada di kantor sekarang, tapi dia malah tidak masuk ke kantor karena ingin menjaga Dayana yang sedang sakit.Sakhala pun beranjak ke dapur sambil menelepon Erick karena dia tidak ingin mengganggu Dayana yang sedang tidur."Selamat pagi, Tuan. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Erick di seberang sana."Bagaimana perkembangan saham kita hari ini?" "Cukup baik, Tuan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jelas Erick."Baiklah. Hari ini aku tidak datang ke kantor. Berkas yang kemarin tolong urus sisanya." "Baik, Tuan. Kalau boleh tahu,
Sakhala memasukkan mobilnya di garasi begitu tiba di rumah. Dia langsung turun tanpa membukakan pintu mobil untuk Dayana. Dayana menghela napas panjang melihat Sakhala yang meninggalkannya begitu saja padahal mereka biasanya masuk ke dalam rumah bersama. Sakhala pasti marah dan kecewa pada dirinya karena diam-diam sudah minum obat pencegah kehamilan.Dayana pun segera menyusul Sakhala masuk ke dalam rumah. Dia pikir Sakhala ada di kamar. Namun, lelaki itu ternyata tidak ada di sana. Sakhala mungkin sedang berada di ruang kerja, pikirnya.Dayana memutuskan untuk membersihkan make up di wajahnya lalu mengganti gaunnya dengan baju tidur. Setelah selesai dia menghampiri Sakhala di ruang kerja yang berada di lantai dua. Dayana tidak langsung masuk begitu tiba di depan ruang kerja Sakhala. Dia menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan agar perasaannya menjadi lebih tenang sebelum mengetuk pintu kayu yang ada di hadapan."Apa kamu di dalam, Sakha?" tanya Dayana sambil menempelkan
"Kenapa kamu bisa ada di sini?""Tentu saja untuk menemuimu, Cantik," jawab Mike sambil menyunggingkan senyum manis untuk Dayana."Apa kamu mengikutiku?" Dayana menatap Mike yang duduk di sebelahnya dengan pandangan menyelidik."Aku ada janji dengan temanku di sini dan tidak sengaja melihatmu, Day. Hanya itu.""Benarkah?" tanya Dayana tidak percaya sambil menuang sebotol wine yang baru saja Jonathan bawakan untuk dirinya ke dalam gelas. "Iya, untuk apa juga aku berbohong." Mike meminta Jonathan untuk memberinya minuman seperti yang Dayana pesan."Apa kamu sendirian?""Ya," jawab Dayana singkat."Di mana suamimu? Apa dia pergi meninggalkanmu?" cerocos Mike tanpa henti."Jaga bicaramu, Mike! Suamiku bukan orang sepertimu," sengit Dayana menatap Mike tajam."Maaf, aku cuma bercanda. Kenapa kamu terlihat kacau sekali, Dayana? Apa kamu sedang ada masalah?" Mike bisa dengan mudah tahu jika Dayana sedang tidak baik-baik saja karena dia sudah mengenal wanita itu cukup lama. Mereka bahkan per