"Papa?!" ucap Dayana setelah berhasil mengatur napas. "Apa yang papa lakukan di sini?" "Papa baru saja menemui calon menantu papa yang kaya raya," jawab Bram sambil menyeringai. "Maksud Papa, Sakha? Eh, maksud Dayana pak Sakhala?" Bram mengangguk. "Papa tidak pernah menyangka calon suamimu ternyata salah satu keluarga konglomerat yang paling tersohor di negeri ini, Dayana. Kamu benar-benar pintar memilih calon suami." Dayana meringis mendengar ucapan Bram barusan. Penyesalan dan rasa bersalah terpancar jelas di wajah cantiknya. "Maaf karena Dayana belum sempat memberi tahu Papa siapa Sakha sebenarnya. Sekali lagi Dayana minta maaf ...." Bram geleng-geleng kepala. "Aku tidak pernah menyangka Jordan Corps bisa mengambil alih perusahaanku hanya dalam waktu semalam. Calon suamimu benar-benar mengerikan!" Dayana menggaruk rambutnya yang tidak gatal karena dia bingung harus mengatakan apa. "Anak itu melakukannya demi mendapatkan restu dariku. Benar-benar licik!" ucap Bram sambil terta
Seminggu kemudian Dayana dan Sakhala menggelar acara pertunangan di rumah Dayana. Acara pertunangan mereka digelar secara tertutup dan hanya dihadiri oleh keluarga dekat karena Dayana belum siap memberi tahu teman-temannya kalau dia akan menikah dengan Sakhala. Dayana tanpa sadar terus menggigit kuku jari tangannya. Gadis itu merasa sangat gugup karena acara pertunangannya dengan Sakhala sebentar lagi akan dimulai. "Ya Tuhan, bagaimana ini? Aku gugup sekali," desah Dayana terdengar cemas. Gadis itu terlihat sangat cantik dalam balutan kebaya brokat berwarna maroon yang dihasi tule dan mutiara di bagian pinggang. Dayana sebenarnya ingin memakai kebaya model biasa, tapi calon ibu mertuanya sudah terlanjur memilih kebaya yang sesuai dengan Sakhala. "Kamu terlihat cantik sekali, Day." Dayana sontak menoleh, menatap Dona yang berdiri di depan pintu kamarnya. "Benarkah?" tanya Dayana tidak percaya. Dona mengangguk. Dayana memang terlihat cantik meskipun hanya memakai perona bibir berw
Sakhala langsung menuju ruangan Dayana begitu tiba di kantor. Dia ingin tahu Dayana ada di ruangannya atau tidak karena dia gagal mengajak gadis itu berangkat ke kantor bersama karena bangun kesiangan. "Selamat pagi, Pak," sapa seorang karyawan yang baru saja berpapasan dengan Sakhala. Sakhala hanya mengangguk sekilas dan memasang ekspresi datar seperti biasa untuk membalas sapaan karyawan tersebut. Sakhala melihat Dayana sedang berbicara dengan Freya dari depan pintu. Entah kenapa dia suka sekali memperhatikan Dayana diam-diam seperti sekarang. Tidak sengaja tatapan kedua matanya bertemu dengan Dayana. Dayana tergagap karena melihat Sakhala berdiri di depan pintu sambil menatapnya dengan pandangan yang sulit sekali dia artikan. Apa Sakhala mendengar semua pembicaraannya dengan Freya? Ya Tuhan .... Semoga saja Sakhala tidak mendengarnya. Entah kenapa Dayana merasa was-was kalau Sakhala tahu dia pernah pergi ke Ichikaru Ramen bersama Chris. Sakhala menatap Dayana dengan lekat.
"Kenapa kamu bisa ada di sini?" pekik Dayana dengan wajah pucat. "Tentu saja untuk mengajakmu makan siang," jawab Sakhala tenang. "Apa kamu tidak bisa melihat situasi dan kondisi? Lihatlah, semua karyawan yang ada di sini sedang melihat ke arah kita," desis Dayana kesal tapi Sakhala malah tersenyum tanpa dosa. Lelaki itu bahkan secara terang-terangan mendekati Dayana di hadapan semua karyawannya yang sedang makan siang. Beberapa karyawan pun terlihat berbisik-bisik sambil melihat ke arah mereka, terutama karyawan perempuan. Mereka seolah-seolah melayangkan tatapan membunuh pada Dayana karena berani mendekati pimpinan kesayangan mereka. "Memangnya kenapa, Dayana? Apa aku salah mengajak makan calon istriku sendiri?" Dayana mendesah panjang. "Kamu tidak mengerti, Sakha. Kehadiranmu di sini akan membuatku terjebak dalam situasi su—" "Sudahlah, Dayana. Jangan terlalu mengkhawatirkan hal yang tidak perlu. Toh cepat atau lambat mereka pasti akan mengetahui hubungan kita." Dayana menged
"Ariana, mama mau pergi arisan di rumah tante Miranda. Kamu mau ikut mama atau tidak?" Ariana yang sedang asyik menggambar kuda poni sontak menoleh, melihat Ruth yang sedang berjalan menuruni tangga. "Enggak." Kening Sakhala berkerut dalam mendengar jawaban Ariana. "Tumben sekali kamu nggak ikut? Biasanya kamu selalu ikut mama pergi arisan," ucapnya heran. "Ariana mau di rumah saja sama Abang," jawan si kecil manja membuat Sakhala menghela napas panjang karena dia harus menghabiskan hari Minggu-nya dengan menjaga Ariana. "Baiklah kalau kamu tidak mau ikut. Abang, mama titip Ariana, ya? Tolong jaga adikmu baik-baik." "Tidak mau," ucap Sakhala membuat Ariana mengerucutkan bibir kesal. Sakhala gemas sekali melihatnya. "Abang ...," rengek anak itu. "Abang cuma bercanda." Sakhala tersenyum lantas mengusap puncak kepala Ariana dengan gemas. Ruth pun segera pergi ke rumah Miranda untuk menghadiri arisan yang rutin diadakan oleh teman-temannya setiap seminggu sekali. Sakhala masih men
Dayana keluar dari kamar setelah membuat pasangan kakak beradik itu menunggu kurang lebih selama lima belas menit. Gadis itu memakai atasan tanpa lengan berwarna broken white yang dipadu dengan maxi pleated skirt berwarna mustard. Dayana tampak manis dan elegan dengan style casual ala Korea itu. Dia tidak lupa membawa croche bag vintage yang dibelinya melalui online shop beberapa hari lalu. "Maaf kalau aku membuat kalian menunggu lama," ucap Dayana sambil menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah cantiknya ke belakang telinga. "Tidak apa-apa, Kak Day," sahut Ariana "Kalau begitu kita berangkat sekarang," ajak Sakhala sambil beranjak dari tempat duduknya. Dia merapikan bajunya yang sedikit kusut lalu menggandeng tangan Dayana dan Ariana keluar. Mereka bertiga masuk ke dalam Audy hitam milik Sakhala yang terparkir di basemant. Sakhala pun bergegas melajukan mobilnya menuju kedai es krim setelah memastikan Dayana dan Ariana duduk dengan aman. Ariana tidak berhenti berceloteh selama
"Abang jawab pertanyaan mama. Apa benar Dayana pernah hamil di luar nikah?" Ruth mengulangi lagi pertanyaannya karena Sakhala tidak kunjung menjawab.Sakhala menarik napas panjang, lalu berjalan menghampiri Ruth dan menggenggam tangan wanita yang telah melahirkannya itu dengan lembut. Sakhala merasa sangat bersalah sudah menyembunyikan masa lalu Dayana dari Ruth."Maaf kalau masa lalu Dayana membuat Mama kecewa. Sekali lagi abang minta maaf."Ruth melepaskan tangannya dari genggaman Sakhala dengan paksa. Kekecewaan tergambar jelas di wajahnya. Padahal dia selama ini berusaha keras mendidik anak-anaknya agar berkata jujur pada dirinya. Akan tetapi, hari ini dia merasa gagal mendidik anaknya karena Sakhala sudah menghancurkan kepercayaannya."Kenapa abang tidak jujur sama mama dari awal kalau Dayana pernah mengandung? Bukankah mama sudah sering mengingatkan Abang agar selalu berkata jujur tentang hal apa pun yang terjadi sama, Abang? Kenapa mama malah mengetahui hal sepenting ini dari o
Sebagai seorang ibu Ruth menginginkan yang terbaik untuk Sakhala. Dia tetap kêkêh menentang pernikahan Sakhala dan Dayana. Sampai sekarang Ruth bahkan masih tidak menyangka jika Dayana gadis nakal, murahan, dan sering mabuk-mabukan.Tabiat dan kebiasaan gadis itu benar-benar di luar dugaannya. Meskipun menyandang status sebagai keluarga konglomerat, orang tua Sakhala tetap memegang teguh norma dan nilai luhur yang sudah diajarkan oleh keluarganya secara turun-temurun."Abang minta maaf, Ma. Abang benar-benar menyesal sudah menyembunyikan hal sepenting ini dari Mama. Tapi abang mohon, jangan batalkan pernikahan abang dan Dayana Ma ...," ucap Sakhala dengan wajah memelas.Dayana tertegun melihatnya karena Sakhala berkali-kali memohon pada Ruth agar tidak membatalkan pernikahan mereka. Padahal pernikahan mereka hanya sandiwara."Sekali tidak, tetap tidak!" putus Ruth tidak bisa dibantah."Tapi, Ma ... "Dayana hanya bisa diam dan pasrah jikalau pernikahannya dan Sakhala batal karena hubu