"Abang jawab pertanyaan mama. Apa benar Dayana pernah hamil di luar nikah?" Ruth mengulangi lagi pertanyaannya karena Sakhala tidak kunjung menjawab.Sakhala menarik napas panjang, lalu berjalan menghampiri Ruth dan menggenggam tangan wanita yang telah melahirkannya itu dengan lembut. Sakhala merasa sangat bersalah sudah menyembunyikan masa lalu Dayana dari Ruth."Maaf kalau masa lalu Dayana membuat Mama kecewa. Sekali lagi abang minta maaf."Ruth melepaskan tangannya dari genggaman Sakhala dengan paksa. Kekecewaan tergambar jelas di wajahnya. Padahal dia selama ini berusaha keras mendidik anak-anaknya agar berkata jujur pada dirinya. Akan tetapi, hari ini dia merasa gagal mendidik anaknya karena Sakhala sudah menghancurkan kepercayaannya."Kenapa abang tidak jujur sama mama dari awal kalau Dayana pernah mengandung? Bukankah mama sudah sering mengingatkan Abang agar selalu berkata jujur tentang hal apa pun yang terjadi sama, Abang? Kenapa mama malah mengetahui hal sepenting ini dari o
Sebagai seorang ibu Ruth menginginkan yang terbaik untuk Sakhala. Dia tetap kêkêh menentang pernikahan Sakhala dan Dayana. Sampai sekarang Ruth bahkan masih tidak menyangka jika Dayana gadis nakal, murahan, dan sering mabuk-mabukan.Tabiat dan kebiasaan gadis itu benar-benar di luar dugaannya. Meskipun menyandang status sebagai keluarga konglomerat, orang tua Sakhala tetap memegang teguh norma dan nilai luhur yang sudah diajarkan oleh keluarganya secara turun-temurun."Abang minta maaf, Ma. Abang benar-benar menyesal sudah menyembunyikan hal sepenting ini dari Mama. Tapi abang mohon, jangan batalkan pernikahan abang dan Dayana Ma ...," ucap Sakhala dengan wajah memelas.Dayana tertegun melihatnya karena Sakhala berkali-kali memohon pada Ruth agar tidak membatalkan pernikahan mereka. Padahal pernikahan mereka hanya sandiwara."Sekali tidak, tetap tidak!" putus Ruth tidak bisa dibantah."Tapi, Ma ... "Dayana hanya bisa diam dan pasrah jikalau pernikahannya dan Sakhala batal karena hubu
Salsa berjingkat karena Dayana tiba-tiba datang lalu membanting sebuah kotak makan tepat di hadapannya. Padahal Dayana tadi tidak berselera makan, tapi sahabatnya itu sekarang malah memakan semangkuk tongseng ayam pesanannya dengan lahap.Nafsu makan Dayana tiba-tiba meningkat setelah bertemu dengan Laudya. Dayana benar-benar kesal karena Laudya berani mendekati Sakhala. Dokter muda itu bahkan membawa bekal makan siang untuk calon suaminya.Menyebalkan!Dia pasti tidak akan membiarkan bekal itu sampai ke tangan Sakhala."Jam makan siang masih lama, Day. Pelan-pelan saja kalau makan.""Hmm ...." Dayana menanggapi ucapan Salsa hanya dengan gumaman karena mulutnya sibuk mengunyah makanan.Padahal Salsa tadi mengatakan tongseng ayam tersebut rasanya sangat lezat, tapi entah kenapa makanan tersebut tidak terasa lezat di lidah Dayana. Mungkin karena dia sedang kesal dengan Laudya.Darah di dalam tubuh Dayana seolah-olah mendidih jika mengingat Laudya. Dokter muda itu sangat keterlaluan dan
"Apa maksudmu wanita sialan?!" geram Dayana terdengar penuh amarah.Gadis itu sudah berusaha keras menahan amarahnya agar tidak meledak, tapi Laudya benar-benar menguji kesabarannya. "Aku rasa kaum tidak tuli, Dayana. Leave, Sakhala!""Dasar wanita gila! Jangan bicara sembarangan, Laudya. Aku tidak mungkin meninggalkan Sakhala karena kami akan menikah."Napas Dayana tampak terengah karena emosinya mulai tersulut. Rasanya dia ingin sekali mencakar wajah busuk Laudya untuk melampiaskan amarahnya.Orang yang baru pertama kali melihat Laudya pasti akan menganggap gadis itu seperti malaikat. Namun, siapa yang akan menyangka kalau sifat Laudya seperti iblis. Gadis itu benar-benar licik."Apa aku tidak salah dengar? Bukankah tante Ruth sudah membatalkan pernikahan kalian? Ups, sepertinya mulutku ini terlalu banyak bicara!" Laudya tersenyum miring membuat Dayana semakin kesal."Aku tidak ada waktu untuk meladeni omong kosongmu! Tinggalkan rumahku sebelum aku memanggil satpam untuk mengusirmu
"Aku akan memberi tahu semuanya, tapi tidak di sini.""Memangnya kenapa?"Dayana mengedarkan pandang ke sekitar, semua orang yang ada di lobi sedang berbisik-bisik sambil memperhatikannya dan Sakhala. Mereka pasti sedang membicarakan hal yang tidak-tidak karena kabar pernikahannya dan Sakhala yang batal sudah menyebar dan menjadi gosip paling panas di kantor.Entah siapa yang menyebarkan berita tersebut. Mungkin saja Laudya karena dokter muda itu adalah orang yang paling ingin pernikahannya dan Sakhala batal."Apa kamu tidak lihat? Semua orang yang ada di lobi sedang membicarakan kita." Dayana tersenyum miring lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dia benar-benar muak dengan orang yang suka membicarakan masalah orang lain.Sakhala mengedarkan pandang ke sekitar. Awalnya seluruh karyawan yang ada di lobi memang sedang memperhatikan dan membicarakannya dan Dayana. Namun, mereka langsung menundukkan kepala seolah-olah tidak melakukan apa-apa ketika mendapat tatapan tajam darin
Sakhala merasa sangat lega sekaligus senang karena Dayana tidak menghindarinya lagi. Dia akan berusaha keras meyakinkan sang ibu agar tidak membatalkan pernikahannya dengan Dayana.Sakhala mematikan komputernya, lalu merapikan beberapa berkas yang berserakan di atas meja ke dalam sebuah map berwarna cokelat. Dia ingin pulang meskipun sekarang belum waktunya untuk pulang karena tidak larangan bagi CEO seperti dirinya untuk meninggalkan kantor lebih awal. "Tumben sekali kamu mau pulang sekarang, Sakha," ucap Erick sambil berjalan masuk ke ruangan Sakhala.Sakhala berjingkat karena mendengar suara Erick. "Kamu ini mengagetkanku saja, Rick."Erik malah terkekeh lalu meminta maaf karena sudah membuat sahabat sekaligus atasannya itu terkejut. "Tumben sekali kamu mau pulang sekarang? Apa terjadi sesuatu?" tanyanya terdengar khawatir karena desas-desus batalnya pernikahan Sakhala dan Dayana sudah sampai ke telinganya. Kabar itu bahkan sudah menyebar di kantor dan membuat gempar seluruh karya
Pernikahan Sakhala dan Dayana kurang sepuluh hari lagi, tapi Ruth sampai sekarang tetap kêkêh ingin membatalkan pernikahan mereka. Dayana terus berusaha meluluhkan hati Ruth meskipun wanita itu masih bersikap dingin padanya.Seharusnya Dayana memanfaatkan hari liburnya untuk beristirahat, tapi dia malah pergi ke rumah Sakhala. Dia membawa satu keranjang berisi buah-buahan untuk Ruth dan satu kotak cokelat untuk Ariana.Dayana mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Untung saja jalanan ramai lancar. Empat puluh lima menit kemudian dia tiba di rumah Sakhala. Kening gadis itu berkerut dalam melihat sebuah mobil Audi berwarna merah terparkir di depan rumah Sakhala.Entah kenapa mobil tersebut terlihat tidak asing di matanya. Dayana merasa pernah melihat mobil tersebut sebelumnya, tapi dia lupa kapan dan tepatnya.Dayana pun memakirkan mobilnya di sebelah Audy merah itu kemudian meraih keranjang buah dan satu kotak cokelat yang ada di bangku samping kemudi sebelum turun. Dayana tidak
Mendengar penolakan Ruth untuk yang kesekian kalinya membuat Dayana ingin sekali menyerah terhadap hubungannya dengan Sakhala. Gadis itu terlihat pasrah dan menerima apa pun keputusan yang Ruth berikan. Dia sudah lelah dengan semuanya. "Sakha ...."Sakhala tertegun melihat kedua mata Dayana yang berkaca-kaca. Gadis itu pasti sedih karena Ruth kēkēh menolak pernikahan mereka.Dayana menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan agar perasaannya menjadi lebih tenang sebelum. "Aku sudah lelah, Sakha. Sebaiknya kita berhenti sampai di sini saja."Sakhala tersentak mendengar ucapan Dayaba barusan. "Apa yang kamu katakan, Dayana? Kita sudah berjuang sejauh ini. Kenapa kamu tiba-tiba ingin menyerah?"Sakhala menatap sepasang mata hezel milik Dayana dengan lekat, tapi gadis itu malah membuang muka ke arah lain seolah-olah menghindari tatapannya."Mamamu tidak akan pernah memberi restu pada sekeras apa pun kita berusaha membujuknya, Sakha. Aku merasa sangat lelah dan nyaris putus asa.