Pernikahan Sakhala dan Dayana kurang sepuluh hari lagi, tapi Ruth sampai sekarang tetap kêkêh ingin membatalkan pernikahan mereka. Dayana terus berusaha meluluhkan hati Ruth meskipun wanita itu masih bersikap dingin padanya.Seharusnya Dayana memanfaatkan hari liburnya untuk beristirahat, tapi dia malah pergi ke rumah Sakhala. Dia membawa satu keranjang berisi buah-buahan untuk Ruth dan satu kotak cokelat untuk Ariana.Dayana mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Untung saja jalanan ramai lancar. Empat puluh lima menit kemudian dia tiba di rumah Sakhala. Kening gadis itu berkerut dalam melihat sebuah mobil Audi berwarna merah terparkir di depan rumah Sakhala.Entah kenapa mobil tersebut terlihat tidak asing di matanya. Dayana merasa pernah melihat mobil tersebut sebelumnya, tapi dia lupa kapan dan tepatnya.Dayana pun memakirkan mobilnya di sebelah Audy merah itu kemudian meraih keranjang buah dan satu kotak cokelat yang ada di bangku samping kemudi sebelum turun. Dayana tidak
Mendengar penolakan Ruth untuk yang kesekian kalinya membuat Dayana ingin sekali menyerah terhadap hubungannya dengan Sakhala. Gadis itu terlihat pasrah dan menerima apa pun keputusan yang Ruth berikan. Dia sudah lelah dengan semuanya. "Sakha ...."Sakhala tertegun melihat kedua mata Dayana yang berkaca-kaca. Gadis itu pasti sedih karena Ruth kēkēh menolak pernikahan mereka.Dayana menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan agar perasaannya menjadi lebih tenang sebelum. "Aku sudah lelah, Sakha. Sebaiknya kita berhenti sampai di sini saja."Sakhala tersentak mendengar ucapan Dayaba barusan. "Apa yang kamu katakan, Dayana? Kita sudah berjuang sejauh ini. Kenapa kamu tiba-tiba ingin menyerah?"Sakhala menatap sepasang mata hezel milik Dayana dengan lekat, tapi gadis itu malah membuang muka ke arah lain seolah-olah menghindari tatapannya."Mamamu tidak akan pernah memberi restu pada sekeras apa pun kita berusaha membujuknya, Sakha. Aku merasa sangat lelah dan nyaris putus asa.
"Abang berangkat ke kantor dulu Ma, Pa." Sakhala berjalan begitu saja melewati kedua orang tuanya yang sedang duduk di meja makan. Dia sengaja melewatkan sarapan karena Ruth selalu membahas pernikahannya dengan Dayana setiap kali ada kesempatan. Sakhala tidak ingin membuat moodnya rusak karena hari ini dia harus menghadiri rapat penting dengan klien. "Abang tidak sarapan dulu?" tanya Ruth setelah berhasil mengejar Sakhala dengan menahan pergelangan tangan putra sulungnya itu."Tidak, Ma. Abang harus berangkat ke kantor sekarang." Sakhala melepaskan tangannya dari genggaman Ruth dengan pelan. "Abang marah sama mama?" Ruth menatap Sakhala dengan sendu. Entah kenapa Ruth merasa kalau Sakhala sedang menghindarinya. Sakhala ingin sekali mengatakan 'iya', tapi kata-kata itu tertahan di bibirnya."Abang, ke sini sebentar, kita sarapan dulu!" perintah Jordan terdengar tegas dan tidak bisa dibantah.Sakhala menghela napas panjang lantas berjalan menuju meja makan dan duduk di samping Arian
Pernikahan Sakhala dan Dayana akan digelar empat hari lagi, tapi mereka tetap masuk kerja. Gosip tentang batalnya pernikahan mereka yang sempat beredar beberapa hari lalu di kantor sekarang sudah mereda seiring berjalannya waktu. Beberapa karyawan Jordan Corps turut bahagia atas pernikahan Sakhala dan Dayana, tapi tidak sedikit karyawan perempuan yang patah hati karena Sakhala akan menikah dengan wanita lain. Sakhala dan Dayana tidak tanggung-tanggung menunjukkan hubungan mereka di depan semua orang. Terutama Sakhala, lelaki itu seolah-olah ingin menunjukkan pada semua orang jika hanya Dayana perempuan yang dia cintai.Sakhala meraih ponselnya yang berada di atas meja karena ingin menelepon Dayana. Teleponnya baru diterima oleh gadis itu setelah dering ketiga. "Halo, Baby.""Iya, Sakha. Ada apa?""Sepertinya kita tidak bisa pulang bersama karena aku ada meeting mendadak. Maaf ...," ucap Sakhala terdengar penuh dengan penyesalan."Tidak apa-apa, Sakha. Jangan minta maaf. Lagi pula aku
Tidak butuh waktu lama bagi Sakhala dan Dayana untuk fitting baju pengantin. Tepat pukul delapan malam mereka sudah selesai memilih baju yang akan dipakai di acara pernikahan mereka nanti. "Terima kasih banyak, Mbak," ucap Dayana pada karyawan yang sudah membantunya fitting baju pengantin. Setelah itu dia segera pergi ke rumah Sakhala untuk menemui Ruth dan Jordan.Dayana tanpa sadar terus meremas jemari tangannya selama di jalan. Gadis itu merasa sangat gugup karena sebentar lagi akan bertemu dengan Ruth lantaran selama beberapa hari ini hubungan mereka sedikit kurang baik. Sakhala tampak fokus memperhatikan jalanan yang ada di hadapannya, tapi dia sebenarnya tahu kalau Dayana sedang tidak baik-baik saja karena gadis itu berulang kali menghela napas panjang sambil meremas kesepuluh jari tangannya. Sakhala tiba-tiba menghentikan mobilnya di pinggir jalan membuat Dayana tersadar dari lamunan. Kedua matanya menatap Sakhala dengan heran. "Kenapa kita berhenti di sini, Sakha?" "Kenap
Waktu seolah-olah berhenti selama beberapa saat. Dayana masih tidak menyangka akhirnya dia menjadi seorang pengantin hari ini. Bibir kenyal Sakhala mendarat sempurna di atas bibir ranum miliknya. Para tamu undangan yang hadir pun sontak bertepuk tangan seolah-olah ikut bahagia atas perikahannya dan Sakhala.Dayana melepas pagutan bibirnya dengan paksa. Dia merasa sangat malu karena banyak pasang mata yang melihatnya sedang berciuman dengan Sakhala. Sakhala membingkai pipi Dayana dengan kedua telapak tangannya yang besar lalu mengusap bibir gadis itu yang terlihat sedikit basah karena ulahnya. Jantung Dayana seketika berdetak dua kali lebih cepat karena Sakhala menatapnya dengan lekat. Tanpa sadar kedua tangannya meremas gaunnya dengan erat sebagai pelampiasan."Sepertinya aku terlalu terbawa suasana. Maaf kalau aku sudah membuatmu merasa tidak nyaman, Dayana," bisik Sakhala terdengar lembut."Em, aku baik-baik saja, Sakha. Jangan minta maaf," ucap Dayana gugup.Malam harinya Sakhala
"Em, Sakhala, tunggu!"Sakhala sontak berhenti mengecup leher Dayana. "Ada apa, Baby? Bukankah ini malam pertama kita?" bisiknya tepat di telinga gadis itu.Dayana menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat sebum menjawab pertanyaan Sakhala. Keraguan tergambar jelas di wajah cantiknya. "Iya, memang. Tapi aku masih belum siap, Sakha."Sakhala memutar tubuh Dayana agar menghadapnya. Sepasang mata abu-abu miliknya menatap Dayana dengan lekat. "Kenapa kamu belum siap, Dayana? Bukankah kita sudah pernah melakukannya?"Dayana malah diam. Jujur, dia merasa bersalah karena Sakhala bukan orang pertama yang menyentuh tubuhnya. Sebagai seorang istri dia seharusnya bisa menjaga kehormatannya dengan baik.Tapi apa yang dia lakukan?Dia malah tidur dengan mantan kekasihnya hingga hamil di luar nikah."Apa yang kamu pikirkan, Dayana?" Dayana tergagap karena mendengar suara Sakhala."Apa kamu masih memikirkan mantan kekasihmu?""Em, ti-tidak," jawab Dayana terdengar gugup.Sakhala malah tersenyum. "Ka
Dayana mengerjapkan kedua matanya perlahan. Entah kenapa perutnya terasa berat, seperti ada sesuatu yang menindihnya. Kening Dayana berkerut dalam melihat sebuah tangan yang melingkari perutnya dengan erat serta dengkuran halus yang berasal dari belakang tubuhnya. Dayapun pun berbalik. Kedua mata gadis itu sontak membulat, seolah-olah ingin loncat keluar dari tempatnya karena dada bidang dan perut Sakhala yang kotak-kotak terpampang sangat jelas di matanya.Sakhala terlihat err ... sangat seksi.Sakhala menggeliat pelan karena merasa tidurnya terganggu. Bukannya bangun dia malah mendekap Dayana semakin erat. "Good morning, Sayang," gumam Sakhala dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Selamat pagi juga, Sakha." Dayana ingin melepaskan diri dari dekapan Sakhala. Namun, lelaki itu malah memeluknya semakin erat hingga membuatnya tidak bisa bergerak."Sakha, lepas! Aku mau mandi karena badanku lengket semua." Dayana terus berusaha melepaskan diri dari dekapan Sakhala. Namun, dia s