Dayana mengerjapkan kedua matanya perlahan. Entah kenapa perutnya terasa berat, seperti ada sesuatu yang menindihnya. Kening Dayana berkerut dalam melihat sebuah tangan yang melingkari perutnya dengan erat serta dengkuran halus yang berasal dari belakang tubuhnya. Dayapun pun berbalik. Kedua mata gadis itu sontak membulat, seolah-olah ingin loncat keluar dari tempatnya karena dada bidang dan perut Sakhala yang kotak-kotak terpampang sangat jelas di matanya.Sakhala terlihat err ... sangat seksi.Sakhala menggeliat pelan karena merasa tidurnya terganggu. Bukannya bangun dia malah mendekap Dayana semakin erat. "Good morning, Sayang," gumam Sakhala dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Selamat pagi juga, Sakha." Dayana ingin melepaskan diri dari dekapan Sakhala. Namun, lelaki itu malah memeluknya semakin erat hingga membuatnya tidak bisa bergerak."Sakha, lepas! Aku mau mandi karena badanku lengket semua." Dayana terus berusaha melepaskan diri dari dekapan Sakhala. Namun, dia s
Selesai sarapan dan mencuci piring, Sakhala dan Dayana menghabiskan waktu dengan menonton televisi seharian di rumah sambil ditemani dengan berbagai camilan. Mereka benar-benar menikmati waktu bersama.Sakhala berbaring di atas karpet berbulu dan meletakkan kepalanya di atas pangkuan Dayana. Dayana terlihat begitu serius menatap layar televisi 72 inci yang sedang menampilan drama Korea favoritnya sambil mengusap rambut Sakhala."Sayang!" Sakhala berulang kali memanggil Dayana, tapi wanita itu tidak menghiraukan panggilannya sama sekali karena terlalu asyik menonton televisi.Sakhala pun bangun lantas mendudukkan diri di samping Dayana dan mematikan televisi. "Loh, kok, mati?" Dayana terlihat bingung karena televisi yang ada di hadapannya tiba-tiba mati. Sedetik kemudian dia mengerucutkan bibir kesal setelah tahu jika Sakhala yang mematikan televisinya."Kenapa tivinya dimatiin sih, Sakha? Aku kan, lagi asyik nonton." "Apa drama Korea itu lebih menarik dari pada wajah tampan suamimu
"Kenapa kamu terlihat murung, Sayang? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" tanya Sakhala khawatir melihat Dayana mendorong kereta belanja dengan tatapan kosong.Dayana tergagap karena Sakhala tiba-tiba mengusap pipinya dengan lembut. "Em, tidak. Aku baik-baik saja. Oh, iya, Sakha. Apa ada lagi yang ingin kamu beli?""Bagaimana kalau nanti malam kita movie date?" tanya Sakhala terdengar antusias. Dia memang memiliki impian ingin menonton film dengan sang istri jika sudah menikah. Menyenangkan sekali bukan?"Movie date?"Sakhala mengangguk. "Iya, kita nonton film bersama-sama. Bagaimana? Kamu mau, kan?" Dayana malah terkekeh. "Kamu mirip sekali dengan remaja yang baru mengenal cinta, Sakha. Apa kamu lupa kalau kita sudah menikah?""Apa kamu lupa kalau aku memang baru pertama kali ini menjalin hubungan dengan seorang wanita, Dayana?" Sakhala malah membalik pertanyaan Dayana."Iya, aku ingat sekali." Dayana mengangguk-angguk. "Baiklah, aku akan menuruti semua keinginanmu Tuan Sakh
Dayana mengerjapkan kedua matanya perlahan karena cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah cantiknya. Semalam dia ketiduran padahal film yang dia tonton bersama dengan Sakhala belum selesai. Sakhala masih tertidur lelap di sampingnya. Sepertinya lelaki itu lelah karena menyiapkan kejutan manis untuknya. Dayana pun mengecup kening Sakhala sekilas lalu turun dari atas tempat tidur. Dia ingin pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah itu membuka tirai agar cahaya matahari bisa masuk. Kamar mereka yang semula gelap seketika berubah terang. Sakhala mengerang tertahan karena cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar jatuh mengenai wajahnya yang tampan."Sekarang sudah jam sembilan, Sakha. Apa kamu tidak ingin bangun?"Sakhala pun bangun lantas mendudukkan diri di atas tempat tidur. Dia menguap pelan karena masih sangat mengantuk."Buruan mandi, aku ingin menyiapkan sarapan di bawah," ucap Dayana sambil beranjak meninggalkan kamar.
"Let's go honey moon, Baby." Sakhala mengajak Dayana masuk ke dalam pesawat pribadi miliknya.Dayana masih tidak menyangka dengan apa yang Sakhala siapkan untuk bulan madu mereka karena dia baru pertama kali ini naik pesawat pribadi. Pesawat jenis Gulfstream G550 yang dimiliki Jordan Corps memiliki kapasitas yang cukup besar untuk penumpang. Di bagian dalam dilengkapi tempat duduk yang dapat diubah menjadi tempat tidur seukuran Queen Eropa serta beberapa spot lain yang sangat menarik seperti kabin.Pesawat itu sering Sakhala gunakan untuk kepentingan bisnis. Akan tetapi kali ini dia menggunakan pesawat tersebut untuk berbulan madu bersama Dayana."Bagaimana, Sayang? Apa kamu suka?" tanya Sakhala saat keduanya sudah duduk di dalam pesawat."Apa kamu tidak bisa melihat bagaimana ekspresi wajahku sekarang?"Kening Sakhala berkerut dalam. "Aku suka sekali, Sakha. Rasanya seperti mimpi karena aku baru pertama kali ini naik pesawat pribadi." Dayana terlihat begitu kegum dengan pesawat pri
Shakala dan Dayana merasa haus setelah mengelilingi Royal Grand Palace. Apa lagi cuaca di Thailand saat ini terasa cukup panas. Mereka pun berhenti di salah satu kafe terdekat untuk membeli minuman dan beristirahat sebentar. Sakhala memesan iced Americano sedangkan Dayana memesan jus strawberry. Mereka memilih tempat duduk yang berada di dekat jendela agar bisa melihat orang berlalu lalang di luar kafe. "Apa kamu tidak lelah, Sayang?" tanya Sakhala heran melihat Dayana yang begitu bersemangat mengelilingi Royal Grand Palace. Padahal cuaca di Thailand benar-benar sangat panas. "Tidak, kapan lagi aku bisa datang ke sini Sakha? Aku harus bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan baik." Dayana terlihat begitu bersemangat, kebahagiaan terpancar jelas di wajah cantiknya. "Baiklah. Kalau capek jangan dipaksa karena kita bisa pergi ke sini lagi lain kali," ucap Sakhala terdengar penuh perhatian."Oke." Dayana menyeruput kembali jus strawberry-nya. Setelah itu dia mengajak Sakhala ke Train N
Dayana meninggalkan makanannya begitu saja karena dia sudah kehilangan selera setelah bertemu dengan Mike. Mantan kekasihnya itu membuat luka yang sudah dia coba dia kubur dalam-dalam sontak kembali ke permukaan. Rasanya benar-benar menyakitkan."Sialan!" geram Dayana terdengar kesal karena teringat dengan apa yang sudah Mike lakukan pada dirinya.Sedetik kemudian dia meminta maaf pada Sakhala karena mengajak lelaki itu pergi begitu saja. Padahal makanan mereka belum habis."Maafkan aku, Sakha. Bagaimana kalau kita cari tempat makan lain?" usul Dayana."Tidak perlu. Sebaiknya kita kembali ke hotel.""T-tapi ...." "Sudahlah, aku bisa memesan makanan di hotel. Yang paling penting sekarang kamu. Apa kamu baik-baik saja setelah bertemu lelaki tadi?" Sakhala menatap Dayana dengan lekat. Dia ingin tahu bagaimana perasaan Dayana setelah bertemu dengan mantan kekasihnya."Im fine, Sakha. Jangan khawatir. Lagi pula dia orang tidak penting," jawab Dayana pelan.Sakhala tidak percaya begitu saj
Dayana segera membereskan barang-barangnya ketika tiba di kamar, begitu pula dengan Sakhala karena mereka akan pergi ke ke Krabi sebentar lagi.Dayana memang ingin pergi ke tempat yang lebih tenang, selain itu dia ingin menghabiskan waktu dengan Sakhala. "Sudah selesai?"Dayana mengangguk untuk menjawab pertanyaan Sakhala barusan karena dia sudah selesai bersiap-siap."Kita berangkat sepuluh menit lagi," ucap Sakhala sambil melihat jam tangan merek Rolex seharga empat ratus juta yang melingkari pergelangan tangan kirinya. "Hmm ...." Dayana menanggapi ucapan Sakhala hanya dengan gumaman.Setelah itu tidak ada yang membuka suara lagi di antara mereka. Sakhala terlihat serius memperhatikan layar ponselnya, membaca hasil rapat yang dia pimpin pagi tadi. Sedangkan Dayana hanya diam, helaan napas panjang berulang kali lolos dari bibirnya. Entah kenapa, Dayana merasa Sakhala berubah semenjak melihatnya bersama Mike di taman siang tadi.Apa lelaki itu masih marah pada dirinya?"Baiklah, kit