Salsa berjingkat karena Dayana tiba-tiba datang lalu membanting sebuah kotak makan tepat di hadapannya. Padahal Dayana tadi tidak berselera makan, tapi sahabatnya itu sekarang malah memakan semangkuk tongseng ayam pesanannya dengan lahap.Nafsu makan Dayana tiba-tiba meningkat setelah bertemu dengan Laudya. Dayana benar-benar kesal karena Laudya berani mendekati Sakhala. Dokter muda itu bahkan membawa bekal makan siang untuk calon suaminya.Menyebalkan!Dia pasti tidak akan membiarkan bekal itu sampai ke tangan Sakhala."Jam makan siang masih lama, Day. Pelan-pelan saja kalau makan.""Hmm ...." Dayana menanggapi ucapan Salsa hanya dengan gumaman karena mulutnya sibuk mengunyah makanan.Padahal Salsa tadi mengatakan tongseng ayam tersebut rasanya sangat lezat, tapi entah kenapa makanan tersebut tidak terasa lezat di lidah Dayana. Mungkin karena dia sedang kesal dengan Laudya.Darah di dalam tubuh Dayana seolah-olah mendidih jika mengingat Laudya. Dokter muda itu sangat keterlaluan dan
"Apa maksudmu wanita sialan?!" geram Dayana terdengar penuh amarah.Gadis itu sudah berusaha keras menahan amarahnya agar tidak meledak, tapi Laudya benar-benar menguji kesabarannya. "Aku rasa kaum tidak tuli, Dayana. Leave, Sakhala!""Dasar wanita gila! Jangan bicara sembarangan, Laudya. Aku tidak mungkin meninggalkan Sakhala karena kami akan menikah."Napas Dayana tampak terengah karena emosinya mulai tersulut. Rasanya dia ingin sekali mencakar wajah busuk Laudya untuk melampiaskan amarahnya.Orang yang baru pertama kali melihat Laudya pasti akan menganggap gadis itu seperti malaikat. Namun, siapa yang akan menyangka kalau sifat Laudya seperti iblis. Gadis itu benar-benar licik."Apa aku tidak salah dengar? Bukankah tante Ruth sudah membatalkan pernikahan kalian? Ups, sepertinya mulutku ini terlalu banyak bicara!" Laudya tersenyum miring membuat Dayana semakin kesal."Aku tidak ada waktu untuk meladeni omong kosongmu! Tinggalkan rumahku sebelum aku memanggil satpam untuk mengusirmu
"Aku akan memberi tahu semuanya, tapi tidak di sini.""Memangnya kenapa?"Dayana mengedarkan pandang ke sekitar, semua orang yang ada di lobi sedang berbisik-bisik sambil memperhatikannya dan Sakhala. Mereka pasti sedang membicarakan hal yang tidak-tidak karena kabar pernikahannya dan Sakhala yang batal sudah menyebar dan menjadi gosip paling panas di kantor.Entah siapa yang menyebarkan berita tersebut. Mungkin saja Laudya karena dokter muda itu adalah orang yang paling ingin pernikahannya dan Sakhala batal."Apa kamu tidak lihat? Semua orang yang ada di lobi sedang membicarakan kita." Dayana tersenyum miring lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dia benar-benar muak dengan orang yang suka membicarakan masalah orang lain.Sakhala mengedarkan pandang ke sekitar. Awalnya seluruh karyawan yang ada di lobi memang sedang memperhatikan dan membicarakannya dan Dayana. Namun, mereka langsung menundukkan kepala seolah-olah tidak melakukan apa-apa ketika mendapat tatapan tajam darin
Sakhala merasa sangat lega sekaligus senang karena Dayana tidak menghindarinya lagi. Dia akan berusaha keras meyakinkan sang ibu agar tidak membatalkan pernikahannya dengan Dayana.Sakhala mematikan komputernya, lalu merapikan beberapa berkas yang berserakan di atas meja ke dalam sebuah map berwarna cokelat. Dia ingin pulang meskipun sekarang belum waktunya untuk pulang karena tidak larangan bagi CEO seperti dirinya untuk meninggalkan kantor lebih awal. "Tumben sekali kamu mau pulang sekarang, Sakha," ucap Erick sambil berjalan masuk ke ruangan Sakhala.Sakhala berjingkat karena mendengar suara Erick. "Kamu ini mengagetkanku saja, Rick."Erik malah terkekeh lalu meminta maaf karena sudah membuat sahabat sekaligus atasannya itu terkejut. "Tumben sekali kamu mau pulang sekarang? Apa terjadi sesuatu?" tanyanya terdengar khawatir karena desas-desus batalnya pernikahan Sakhala dan Dayana sudah sampai ke telinganya. Kabar itu bahkan sudah menyebar di kantor dan membuat gempar seluruh karya
Pernikahan Sakhala dan Dayana kurang sepuluh hari lagi, tapi Ruth sampai sekarang tetap kêkêh ingin membatalkan pernikahan mereka. Dayana terus berusaha meluluhkan hati Ruth meskipun wanita itu masih bersikap dingin padanya.Seharusnya Dayana memanfaatkan hari liburnya untuk beristirahat, tapi dia malah pergi ke rumah Sakhala. Dia membawa satu keranjang berisi buah-buahan untuk Ruth dan satu kotak cokelat untuk Ariana.Dayana mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Untung saja jalanan ramai lancar. Empat puluh lima menit kemudian dia tiba di rumah Sakhala. Kening gadis itu berkerut dalam melihat sebuah mobil Audi berwarna merah terparkir di depan rumah Sakhala.Entah kenapa mobil tersebut terlihat tidak asing di matanya. Dayana merasa pernah melihat mobil tersebut sebelumnya, tapi dia lupa kapan dan tepatnya.Dayana pun memakirkan mobilnya di sebelah Audy merah itu kemudian meraih keranjang buah dan satu kotak cokelat yang ada di bangku samping kemudi sebelum turun. Dayana tidak
Mendengar penolakan Ruth untuk yang kesekian kalinya membuat Dayana ingin sekali menyerah terhadap hubungannya dengan Sakhala. Gadis itu terlihat pasrah dan menerima apa pun keputusan yang Ruth berikan. Dia sudah lelah dengan semuanya. "Sakha ...."Sakhala tertegun melihat kedua mata Dayana yang berkaca-kaca. Gadis itu pasti sedih karena Ruth kēkēh menolak pernikahan mereka.Dayana menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan agar perasaannya menjadi lebih tenang sebelum. "Aku sudah lelah, Sakha. Sebaiknya kita berhenti sampai di sini saja."Sakhala tersentak mendengar ucapan Dayaba barusan. "Apa yang kamu katakan, Dayana? Kita sudah berjuang sejauh ini. Kenapa kamu tiba-tiba ingin menyerah?"Sakhala menatap sepasang mata hezel milik Dayana dengan lekat, tapi gadis itu malah membuang muka ke arah lain seolah-olah menghindari tatapannya."Mamamu tidak akan pernah memberi restu pada sekeras apa pun kita berusaha membujuknya, Sakha. Aku merasa sangat lelah dan nyaris putus asa.
"Abang berangkat ke kantor dulu Ma, Pa." Sakhala berjalan begitu saja melewati kedua orang tuanya yang sedang duduk di meja makan. Dia sengaja melewatkan sarapan karena Ruth selalu membahas pernikahannya dengan Dayana setiap kali ada kesempatan. Sakhala tidak ingin membuat moodnya rusak karena hari ini dia harus menghadiri rapat penting dengan klien. "Abang tidak sarapan dulu?" tanya Ruth setelah berhasil mengejar Sakhala dengan menahan pergelangan tangan putra sulungnya itu."Tidak, Ma. Abang harus berangkat ke kantor sekarang." Sakhala melepaskan tangannya dari genggaman Ruth dengan pelan. "Abang marah sama mama?" Ruth menatap Sakhala dengan sendu. Entah kenapa Ruth merasa kalau Sakhala sedang menghindarinya. Sakhala ingin sekali mengatakan 'iya', tapi kata-kata itu tertahan di bibirnya."Abang, ke sini sebentar, kita sarapan dulu!" perintah Jordan terdengar tegas dan tidak bisa dibantah.Sakhala menghela napas panjang lantas berjalan menuju meja makan dan duduk di samping Arian
Pernikahan Sakhala dan Dayana akan digelar empat hari lagi, tapi mereka tetap masuk kerja. Gosip tentang batalnya pernikahan mereka yang sempat beredar beberapa hari lalu di kantor sekarang sudah mereda seiring berjalannya waktu. Beberapa karyawan Jordan Corps turut bahagia atas pernikahan Sakhala dan Dayana, tapi tidak sedikit karyawan perempuan yang patah hati karena Sakhala akan menikah dengan wanita lain. Sakhala dan Dayana tidak tanggung-tanggung menunjukkan hubungan mereka di depan semua orang. Terutama Sakhala, lelaki itu seolah-olah ingin menunjukkan pada semua orang jika hanya Dayana perempuan yang dia cintai.Sakhala meraih ponselnya yang berada di atas meja karena ingin menelepon Dayana. Teleponnya baru diterima oleh gadis itu setelah dering ketiga. "Halo, Baby.""Iya, Sakha. Ada apa?""Sepertinya kita tidak bisa pulang bersama karena aku ada meeting mendadak. Maaf ...," ucap Sakhala terdengar penuh dengan penyesalan."Tidak apa-apa, Sakha. Jangan minta maaf. Lagi pula aku