"Ariana, mama mau pergi arisan di rumah tante Miranda. Kamu mau ikut mama atau tidak?" Ariana yang sedang asyik menggambar kuda poni sontak menoleh, melihat Ruth yang sedang berjalan menuruni tangga. "Enggak." Kening Sakhala berkerut dalam mendengar jawaban Ariana. "Tumben sekali kamu nggak ikut? Biasanya kamu selalu ikut mama pergi arisan," ucapnya heran. "Ariana mau di rumah saja sama Abang," jawan si kecil manja membuat Sakhala menghela napas panjang karena dia harus menghabiskan hari Minggu-nya dengan menjaga Ariana. "Baiklah kalau kamu tidak mau ikut. Abang, mama titip Ariana, ya? Tolong jaga adikmu baik-baik." "Tidak mau," ucap Sakhala membuat Ariana mengerucutkan bibir kesal. Sakhala gemas sekali melihatnya. "Abang ...," rengek anak itu. "Abang cuma bercanda." Sakhala tersenyum lantas mengusap puncak kepala Ariana dengan gemas. Ruth pun segera pergi ke rumah Miranda untuk menghadiri arisan yang rutin diadakan oleh teman-temannya setiap seminggu sekali. Sakhala masih men
Dayana keluar dari kamar setelah membuat pasangan kakak beradik itu menunggu kurang lebih selama lima belas menit. Gadis itu memakai atasan tanpa lengan berwarna broken white yang dipadu dengan maxi pleated skirt berwarna mustard. Dayana tampak manis dan elegan dengan style casual ala Korea itu. Dia tidak lupa membawa croche bag vintage yang dibelinya melalui online shop beberapa hari lalu. "Maaf kalau aku membuat kalian menunggu lama," ucap Dayana sambil menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah cantiknya ke belakang telinga. "Tidak apa-apa, Kak Day," sahut Ariana "Kalau begitu kita berangkat sekarang," ajak Sakhala sambil beranjak dari tempat duduknya. Dia merapikan bajunya yang sedikit kusut lalu menggandeng tangan Dayana dan Ariana keluar. Mereka bertiga masuk ke dalam Audy hitam milik Sakhala yang terparkir di basemant. Sakhala pun bergegas melajukan mobilnya menuju kedai es krim setelah memastikan Dayana dan Ariana duduk dengan aman. Ariana tidak berhenti berceloteh selama
"Abang jawab pertanyaan mama. Apa benar Dayana pernah hamil di luar nikah?" Ruth mengulangi lagi pertanyaannya karena Sakhala tidak kunjung menjawab.Sakhala menarik napas panjang, lalu berjalan menghampiri Ruth dan menggenggam tangan wanita yang telah melahirkannya itu dengan lembut. Sakhala merasa sangat bersalah sudah menyembunyikan masa lalu Dayana dari Ruth."Maaf kalau masa lalu Dayana membuat Mama kecewa. Sekali lagi abang minta maaf."Ruth melepaskan tangannya dari genggaman Sakhala dengan paksa. Kekecewaan tergambar jelas di wajahnya. Padahal dia selama ini berusaha keras mendidik anak-anaknya agar berkata jujur pada dirinya. Akan tetapi, hari ini dia merasa gagal mendidik anaknya karena Sakhala sudah menghancurkan kepercayaannya."Kenapa abang tidak jujur sama mama dari awal kalau Dayana pernah mengandung? Bukankah mama sudah sering mengingatkan Abang agar selalu berkata jujur tentang hal apa pun yang terjadi sama, Abang? Kenapa mama malah mengetahui hal sepenting ini dari o
Sebagai seorang ibu Ruth menginginkan yang terbaik untuk Sakhala. Dia tetap kêkêh menentang pernikahan Sakhala dan Dayana. Sampai sekarang Ruth bahkan masih tidak menyangka jika Dayana gadis nakal, murahan, dan sering mabuk-mabukan.Tabiat dan kebiasaan gadis itu benar-benar di luar dugaannya. Meskipun menyandang status sebagai keluarga konglomerat, orang tua Sakhala tetap memegang teguh norma dan nilai luhur yang sudah diajarkan oleh keluarganya secara turun-temurun."Abang minta maaf, Ma. Abang benar-benar menyesal sudah menyembunyikan hal sepenting ini dari Mama. Tapi abang mohon, jangan batalkan pernikahan abang dan Dayana Ma ...," ucap Sakhala dengan wajah memelas.Dayana tertegun melihatnya karena Sakhala berkali-kali memohon pada Ruth agar tidak membatalkan pernikahan mereka. Padahal pernikahan mereka hanya sandiwara."Sekali tidak, tetap tidak!" putus Ruth tidak bisa dibantah."Tapi, Ma ... "Dayana hanya bisa diam dan pasrah jikalau pernikahannya dan Sakhala batal karena hubu
Salsa berjingkat karena Dayana tiba-tiba datang lalu membanting sebuah kotak makan tepat di hadapannya. Padahal Dayana tadi tidak berselera makan, tapi sahabatnya itu sekarang malah memakan semangkuk tongseng ayam pesanannya dengan lahap.Nafsu makan Dayana tiba-tiba meningkat setelah bertemu dengan Laudya. Dayana benar-benar kesal karena Laudya berani mendekati Sakhala. Dokter muda itu bahkan membawa bekal makan siang untuk calon suaminya.Menyebalkan!Dia pasti tidak akan membiarkan bekal itu sampai ke tangan Sakhala."Jam makan siang masih lama, Day. Pelan-pelan saja kalau makan.""Hmm ...." Dayana menanggapi ucapan Salsa hanya dengan gumaman karena mulutnya sibuk mengunyah makanan.Padahal Salsa tadi mengatakan tongseng ayam tersebut rasanya sangat lezat, tapi entah kenapa makanan tersebut tidak terasa lezat di lidah Dayana. Mungkin karena dia sedang kesal dengan Laudya.Darah di dalam tubuh Dayana seolah-olah mendidih jika mengingat Laudya. Dokter muda itu sangat keterlaluan dan
"Apa maksudmu wanita sialan?!" geram Dayana terdengar penuh amarah.Gadis itu sudah berusaha keras menahan amarahnya agar tidak meledak, tapi Laudya benar-benar menguji kesabarannya. "Aku rasa kaum tidak tuli, Dayana. Leave, Sakhala!""Dasar wanita gila! Jangan bicara sembarangan, Laudya. Aku tidak mungkin meninggalkan Sakhala karena kami akan menikah."Napas Dayana tampak terengah karena emosinya mulai tersulut. Rasanya dia ingin sekali mencakar wajah busuk Laudya untuk melampiaskan amarahnya.Orang yang baru pertama kali melihat Laudya pasti akan menganggap gadis itu seperti malaikat. Namun, siapa yang akan menyangka kalau sifat Laudya seperti iblis. Gadis itu benar-benar licik."Apa aku tidak salah dengar? Bukankah tante Ruth sudah membatalkan pernikahan kalian? Ups, sepertinya mulutku ini terlalu banyak bicara!" Laudya tersenyum miring membuat Dayana semakin kesal."Aku tidak ada waktu untuk meladeni omong kosongmu! Tinggalkan rumahku sebelum aku memanggil satpam untuk mengusirmu
"Aku akan memberi tahu semuanya, tapi tidak di sini.""Memangnya kenapa?"Dayana mengedarkan pandang ke sekitar, semua orang yang ada di lobi sedang berbisik-bisik sambil memperhatikannya dan Sakhala. Mereka pasti sedang membicarakan hal yang tidak-tidak karena kabar pernikahannya dan Sakhala yang batal sudah menyebar dan menjadi gosip paling panas di kantor.Entah siapa yang menyebarkan berita tersebut. Mungkin saja Laudya karena dokter muda itu adalah orang yang paling ingin pernikahannya dan Sakhala batal."Apa kamu tidak lihat? Semua orang yang ada di lobi sedang membicarakan kita." Dayana tersenyum miring lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dia benar-benar muak dengan orang yang suka membicarakan masalah orang lain.Sakhala mengedarkan pandang ke sekitar. Awalnya seluruh karyawan yang ada di lobi memang sedang memperhatikan dan membicarakannya dan Dayana. Namun, mereka langsung menundukkan kepala seolah-olah tidak melakukan apa-apa ketika mendapat tatapan tajam darin
Sakhala merasa sangat lega sekaligus senang karena Dayana tidak menghindarinya lagi. Dia akan berusaha keras meyakinkan sang ibu agar tidak membatalkan pernikahannya dengan Dayana.Sakhala mematikan komputernya, lalu merapikan beberapa berkas yang berserakan di atas meja ke dalam sebuah map berwarna cokelat. Dia ingin pulang meskipun sekarang belum waktunya untuk pulang karena tidak larangan bagi CEO seperti dirinya untuk meninggalkan kantor lebih awal. "Tumben sekali kamu mau pulang sekarang, Sakha," ucap Erick sambil berjalan masuk ke ruangan Sakhala.Sakhala berjingkat karena mendengar suara Erick. "Kamu ini mengagetkanku saja, Rick."Erik malah terkekeh lalu meminta maaf karena sudah membuat sahabat sekaligus atasannya itu terkejut. "Tumben sekali kamu mau pulang sekarang? Apa terjadi sesuatu?" tanyanya terdengar khawatir karena desas-desus batalnya pernikahan Sakhala dan Dayana sudah sampai ke telinganya. Kabar itu bahkan sudah menyebar di kantor dan membuat gempar seluruh karya