Share

Jodohku Dokter Galak
Jodohku Dokter Galak
Author: Ry-santi

Bab 1

Author: Ry-santi
last update Last Updated: 2023-11-29 11:43:02

Dengan kecepatan tinggi, motor matic bercat hitam meliuk-liuk melewati kendaraan lain dengan lincah bak pembalap internasional. Sesekali dia melirik dengan was-was jarum jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam kurang lima belas menit. Beberapa kali bibir yang tak sempat dipulas lip cream itu mengumpat dan berteriak hingga pengendara yang mendengar menoleh terkejut.

Dia membelokkan motor ke arah pintu masuk area rumah sakit besar nan megah yang berseberangan dengan bangunan mal yang berada di daerah Wonokromo, Surabaya. Sesampai di parkiran, dia berlari ke arah pintu belakang UGD yang bisa terhubung langsung dengan lorong yang mengarah ke rawat inap. Orang-orang di sekelilingnya melihat dengan tatapan aneh seraya menunjuk gadis yang mengenakan seragam merah maroon.

"Mbak, helmnya!" tunjuk salah satu lelaki sambil tertawa.

Ah, helm sialan! rutuk gadis itu dalam hati tak menyadari masih mengenakan helm.

Dia melepas pelindung kepala yang cukup besar daripada kepalanya dan lebih cocok digunakan oleh pengendara laki-laki dibandingkan dengan dirinya yang cungkring akibat menjalani masa kuliah yang penuh derita. Matanya membelalak mendapati sosok tinggi yang mengenakan seragam sama sedang membawa beberapa kertas. Ditarik lelaki berambut sedikit jabrik yang juga satu kelompok shift untuk masuk ke dalam ruangan gelap berisi brankar-brankar kosong.

"Awakmu nang endi ae, Tin? Digoleki Bu Fero!"

(Kamu ke mana saja, Tin? Dicari Bu Fero!)

"Keturon aku... ngantuk mari garap makalah... wong e ngamuk enggak?"

(ketiduran aku, ngantuk habis kerjakan makalah... orangnya marah enggak?)

Lelaki dengan kacamata minus itu mengangguk lalu keluar dan celingukan. "Ayo keluar, aku tadi bilang kalau-"

"Dek mahasiswa!" seru seorang wanita paruh baya yang berdiri tak jauh dari dua siswa magang yang bersembunyi di ruang brankar. Raut wajah menyeramkan dengan tangan terlipat di dada membuat mereka berdua bagai tikus yang kepergok mencuri ikan.

Lelaki berkacamata menarik temannya yang berpenampilan berantakan seraya menunduk dan berbisik agar segara meminta maaf kepada penyihir-sebutan dari mahasiswa yang telah merasakan penderitaan di instalasi gawat darurat. Apalagi ini malam pertama mereka untuk jaga malam, bukannya memberi kesan baik justru mendatangkan petaka. Dulu, mereka berdua pernah mendengar isu dari kelompok lain yang sudah praktik di sini, hasilnya pun tidak beda jauh dari nilai B- dan angka tujuh puluh yang merupakan standar kelulusan, namun pihak dosen pembimbing diberi ceramah panjang lebar seraya menyebutkan nama mahasiswa yang tidak pernah disiplin dalam menjalani praktik yang justru mencuri-curi kesempatan untuk tidur di saat perawat dan dokter lain begadang melakukan berbagai macam tindakan.

"Dari mana kamu kok baru muncul?" tanya Fero dengan tatapan tajam menghunus dada mahasiswa yang kini memilin ujung baju seragamnya. "Valentina Rossi..." dia membaca papan nama yang dikenakan oleh si mahasiswa magang. "Saya bisa melaporkan-"

"Maaf, Bu!" jawab Valentina sambil memohon ampun kepada sang penyihir yang bisa saja menyulap nilainya menjadi C bahkan D. Huruf ketiga alfabet itu merupakan huruf terseram yang bisa menurunkan IPK-nya, apalagi selama masa magang seperti ini banyak anak-anak yang berlomba-lomba mencari muka untuk meningkatkan nilai IPK mereka. "Saya ... saya tadi... ban saya bocor. Saya tidak sempat mengabari Okin karena tidak punya pulsa dan kuota. Ma-maaf, Bu ..."

Wanita yang mengenakan pensil alis cukup tebal hingga mirip karakter sinchan itu hanya bisa menatap iris mata Valentina, mencoba mencari letak kebohongan yang disembunyikan oleh mahasiswa tingkat akhir. Tidak satu kali dua kali dia menerima alasan klise dan akhirnya akan diulangi lagi dan lagi. Padahal sebagai perawat yang dituntut disiplin, proses magang seperti inilah ketepatan waktu mereka diuji. Jika hal seperti ini saja sudah dilanggar, maka dipastikan saat bekerja nanti akan jadi pemalas.

"Baik, saya maafkan," kata Fero membuat secercah sinar terpancar di wajah Valentina. "Tapi, jangan tidur sampai besok pagi. Lalu, semua pasien di P2, kamu yang kerjakan dan Okin di P3."

Mulutnya sudah menyentuh lantai, tapi dia sudah tidak bisa membantah daripada harus mendapatkan hukuman. Setidaknya tersisa waktu sekitar delapan jam lagi sebelum pergantian shift, lagipula biasanya di hari minggu seperti ini UGD tidak seberapa ramai.

Ups! Valentina menepuk bibirnya mengucapkan kalimat haram.

"Oh iya, besok pagi setelah turun jaga kalian serahkan resume askep kepada saya karena CI kalian sedang cuti melahirkan," titah Fero membuat keempat mata mahasiswa di depannya mencuat. Sementara Fero tersenyum miring dan meninggalkan dua anak itu kembali ke ruangannya.

"Mati awak dewe ..." Valentina jatuh terduduk, lemas mendengar penuturan Fero. Padahal CI-clinical instructor-nya adalah alumni kampus yang dikenal sangat berbanding terbalik dengan si penyihir. Bahkan tidak pernah memberatkan tugas dan murah nilai. Jika pembimbing klinik sudah dipegang oleh Fero, maka sudah dipastikan nilai apa yang akan didapat Valentina.

"Sudah yuk kita kerja, nanti diomelin lagi, Tin," sergah Okin menarik lengan Valentina. "Aku ke P3 dulu ya, selamat berjuang di P2!"

###

"Dek, ambil darah!"

"Dek, EKG dulu pasiennya, terus pasang infus!"

"Dek, Ambilin hasil laboratnya pasien ini dong."

"Dek, pasang kateter!"

"Dek, anter ke radiologi dulu ya."

"Masa gini aja enggak bisa? Kamu ners kan? Masa belum diajarin sih?"

Panggilan kebangsaan yang sangat familiar di telinga mahasiswa magang seperti Valentina memang akan terus terdengar sampai akhir shift. Bahkan dia tidak sempat bernapas sedikit saat pasien berdatangan seperti lebah yang mengerumuni madu. Valentina sedikit menyalahkan dirinya sendiri setelah mengucapkan kata haram walau hanya dalam hati.

Kata-kata saru yang tidak boleh diucapkan oleh siapapun yang magang maupun bekerja di bagian instalasi gawat darurat sebagai garda terdepan rumah sakit. Alhasil, sampai menjelang pukul tiga pagi, Valentina masih berkutat dengan salah satu pasien kecelakaan motor, mengantar ke bagian radiologi untuk dilakukan skrining di bagian kepala, mencegah adanya cidera otak karena pasien sempat pingsan saat perjalanan ke rumah sakit.

Usai mengantar ke bagian radiologi, Valentina langsung disuruh mengantarkan sampel urin dan mengambil hasil darah ke laboratorium oleh salah satu perawat laki-laki bertubuh tinggi kurus seperti tiang bendera. Dia menerima dengan mata yang sudah memerah menahan lelah, tak menanggapi ucapan perawat berbaju ungu itu untuk cepat-cepat ambil hasil laborat. Valentina berjalan menyeret kakinya yang terasa pegal ke ruang laboratorium yang bersebelahan dengan ruang radiologi seraya menguap lebar di balik masker medis yang menggantung di bawah hidung.

"Masih empat jam lagi dan aku belum sempat ngerjakan resume," keluh Valentina memandang jam di tangan kiri."Ah ... mataku ngantuk banget ... besok harus presentasi lagi."

Di saat dia menguap tuk kesekian kalinya, tak sengaja seorang laki-laki mengenakan scrub seragam medis berwarna biru muda menabraknya hingga sampel urin terjatuh ke lantai dan mengenai sedikit kain yang dikenakan.

"Jangkrik!" rutuk lelaki itu kesal menyadarkan alam bawah sadar Valentina.

Mereka bertatapan sejenak, selanjutnya gadis berambut pendek sebahu itu mendengkus sambil mengolok bahwa si lelaki tidak mempunyai penglihatan jelas walau sudah memiliki empat mata.

"Ups! Matanya masih kurang?" ejek Valentina.

Mengedarkan pandangan, lelaki berperawakan tinggi itu menarik tangan Valentina dan menempelkan ke lantai yang sudah berceceran urin pasien. Valentina memekik jijik, menarik tangan dan mengusapkannya ke baju si lelaki.

"Sinting!" umpat Valentina.

Lelaki berkacamata itu melepas baju atasnya, menyisakan kaus putih yang melekat pas di dada atletis itu. Lantas dilempar asal baju birunya mengenai muka Valentina. "Cuci!"

Gadis itu tidak terima dan melontarkan balik. "Punya tangan kan?"

Si lelaki masih tidak mau menerima baju kotornya, memberikan secara paksa pada si gadis keras kepala. Bahkan aroma dari cairan ammonia itu mulai menyengat jika tidak cepat-cepat dicuci dan diberi pewangi.

Valentina yang sudah berada di batas ambang kesabaran pun menjatuhkan baju tak berdosa itu ke lantai, menginjak dan menggesek-gesekkan ke cairan kencing pasien seperti layaknya kain pel yang tidak berguna.

"Oh, main kasar ... " tantang lelaki itu lalu berjalan cepat menuju ruang tindakan P2 di mana ada seorang perempuan yang ditakuti oleh mahasiswa perawat. Sudah hampir empat tahun dia mengabdi di rumah sakit ini dan hampir mengenal semua tenaga medis yang bertugas, apalagi dia dikenal dekat dengan beberapa tenaga medis di sana.

Orang-orang yang tengah sibuk melakukan tindakan medis kepada pasien, menoleh ke arah sosok rambut pendek sebatas kerah itu dengan tatapan beraneka macam. Ada yang bertanya-tanya mengapa dia mengenakan kaus putih yang begitu melekat di badan yang terlihat atletis, ada yang menerka jika dia baru saja terbangun dari tidur, dan ada pula yang menebak jika dia terkena sial dari aroma pesing yang mulai tercium.

Dia melangkah ke arah Fero yang sedang memegang sebuah rekam medis dengan sorot mata penuh tanda tanya. "Maaf, Bu Fero, mahasiswa nersnya tolong didisiplinkan lagi."

Kerutan di kening yang sedikit lebar milik Fero seketika muncul, dia menggeleng pelan mengisyaratkan bahwa tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh dokter PPDS itu.

"Maaf, Dok, maksudnya?" tanya Fero.

Valentina muncul di ujung pintu masuk P2 dengan membawa baju biru yang sudah tidak karuan bentuknya, menyusul dokter yang akan mengajukan protes dan bisa membuat nilainya seketika merosot. Dan di saat yang bersamaan, Fero langsung paham dengan sikap mahasiswa yang sudah datang terlambat malah membuat kekacauan lagi.

"Dia!" tunjuk dokter yang sudah naik pitam itu kea rah sosok Valentina. "Sudah menumpahkan cairan urin ke baju saya, Bu."

"Sa-saya kan-"

"Valentina..." geram Fero gemas ingin mengajukan complain kepada dosen kampus mahasiswa itu. Shift belum berakhir, tapi dia sudah membuat kesalahan fatal yang sangat dia benci. Lantas, chief yang harus mengawasi ners itu meminta maaf kepada sang dokter PPDS dan berjanji akan memberi hukuman tambahan dan menyampaikan masalah ini kepada pihak kampus.

Bibir tipis lelaki itu menyeringai, melirik si gadis yang kini memohon ampun kepada chief yang terkenal galak. Kemudian, dia meninggalkan ruangan P2 dengan langkah panjang dan harus membersihkan diri walau terpaksa menghabiskan satu botol sabun cair sekali pun. Bahkan jika bisa, dia ingin berendam air hangat untuk mengusir kuman-kuman yang bisa saja menempel di tubuhnya dari sampel kencing pasien yang tidak tahu riwayat penyakit.

Ditarik kaus putih yang masih melekat di badan dengan ekspresi jijik saat sampai di ruang istirahat khusus dokter. Melepas begitu saja dan membuangnya ke tempat sampah, aroma tak sedap tercium memenuhi kamar yang memiliki dua tempat tidur susun itu. Diraih botol parfum dari dalam tas ransel hitam yang tergeletak di atas kasur pertama dan menyemprotkannya secara sembarangan tak peduli bahwa parfum seharga lima ratus ribu yang baru dia beli kemarin, habis tak tersisa.

"Dasar nenek lampir, rakyat jelata,"gerutunya meraih handuk dan pergi ke kamar mandi. "Tunggu aja pembalasanku."

Related chapters

  • Jodohku Dokter Galak   Bab 2

    "Kenapa mukamu asem gitu? Eh, kok ..." Dyas-teman satu kelompok stase gawat darurat mencium aroma tak sedap yang terendus dari dalam tas dan juga badan Valentina. "Kamu ngompol ya?""Sembarangan!" sembur Valentina melempar jas praktik berwarna peach ke arah gadis berjilbab itu."Ih ... jijay, Tina!!!" pekik Dyas membuang jas praktik itu sembarangan yang dibalas mata tajam temannya. "Lagian kok bisa bau, ada apa emangnya? Eh, gimana kemarin? Aman?"Tak sempat menjawab kalimat Dyas, Okin datang dari kamar mandi sambil menguap lebar. Lingkaran hitam jelas tercetak di bawah mata sayunya, menyamakan panda yang kurang tidur sejak lahir. Dia menepuk bahu Valentina sambil mendelik kesal karena satu shift dengan gadis keras kepala malah berujung malapetaka. Apalagi sejak semalam, Fero sudah mengomeli mereka lagi hingga telinga Okin memerah dibuatnya."Yang ada kena hukuman sama penyihir," tukas Okin mengambil botol minum yang terletak di sisi kiri dekat dengan tumpukan tugas yang sama sekali b

    Last Updated : 2023-11-29
  • Jodohku Dokter Galak   Bab 3

    Mesin motor matic Valentina terhenti di depan rumah bercat putih gading yang terlihat asri. Sudah hampir setahun rumah yang terlalu besar untuk ditinggali itu menjadi tempat tinggalnya selepas masa lajang. Dibuka pintu yang tak terkunci lantas membeliak mendapati area yang sudah ditandai dengan lakban merah terlepas tanpa sisa. Beberapa saat, Raditya terlihat keluar dari arah kamar mandi mengenakan kolor hitam seraya menggali lubang hidung begitu nikmat. Lantas, menjentikkan kotoran itu ke arah sang istri tanpa dosa."Jan--"Ucapan kasar ala anak Surabaya tersendat ketika wanita paruh baya berpotongan sebahu muncul dari dapur membawa sebuah piring berisi capcay yang masih mengepul panas. Buru-buru Valentina berlari kecil membantu ibu mertuanya membawakan masakan tanpa sempat mencuci tangan. Lantas, dia menatap nyalang ke arah lelaki yang masih sibuk menggali emas di gua berbulu. "Kamu kok siang banget pulangnya, Tin?" tanya Sofia--ibu Raditya khawatir. "Sampe kumel gitu mukamu. Eman

    Last Updated : 2023-11-29
  • Jodohku Dokter Galak   Bab 4

    Kening Brian mengerut saat mematikan mesin motor di depan pagar minimalis bercat hitam. Dia mengecek kembali alamat yang jelas-jelas bukan alamat rumah Valentina sebelumnya. Dia berpikir, mungkinkah Valentina pindah? Jika ya, seharusnya Brian tahu bukan malah berlagak bodoh seperti sekarang. Tapi, jika tidak, lantas rumah siapa itu?Ada perasaan aneh yang menghantui Brian beberapa minggu ini. Entah kenapa setelah memasuki masa profesi ners, sikap Valentina berubah melebihi 360 derajat. Brian tahu kehidupan mahasiswa ners lebih menyeramkan daripada masa OSPEK yang dulu mereka lalui. Tugas dan ujian memberondong tiada henti seperti tidak mengizinkan tubuh untuk beristirahat. Belum lagi omelan dari pembimbing ruangan maupun perawat senior seakan menambah beban di pundak calon perawat masa depan itu. Valentina keluar, memanggul tas yang terlihat banyak menyimpan buku di dalam sana. Dia melempar senyum ke arah Brian meski sorot matanya menyimpan sesuatu yang tidak bisa lelaki it

    Last Updated : 2023-11-29
  • Jodohku Dokter Galak   Bab 5

    Jarum jam rasanya bergerak begitu lamat saat pasien di UGD terus berdatangan tanpa henti. Ibarat sarang madu mengundang banyak lebah tuk menikmati manisnya, sementara di ruang gawat darurat mereka mencari pertolongan untuk mempertahankan nyawa melalui tangan-tangan yang dipercaya oleh Sang Pencipta. Termasuk Valentina yang tak sempat duduk barang sedetik saja untuk meluruskan otot betis yang mulai kaku. Walau mesin pendingin menyejukkan ruang P2 sebagai tempat tugasnya, bulir keringat sebesar biji jagung enggan pergi dari kening gadis itu. Rekannya, Okin juga tidak bisa diam. Justru perawat magang laki-laki sepertinya lebih banyak disuruh oleh senior perawat ketimbang perempuan. Bolak-balik, Okin mendorong brankar-brankar berisi pasien untuk dilakukan pemeriksaan di radiologi. Sekarang lihat saja, lelaki bertubuh jumbo itu tengah memindahkan pasien laki-laki lanjut usia yang tidak sadarkan diri ke salah satu bed. Buru-buru Valentina menghampiri Okin usai menyerahkan selembar ker

    Last Updated : 2023-12-01
  • Jodohku Dokter Galak   Bab 6

    "Bangsat!" pekik Raditya mendapati mobil kesayangan bercat putih sudah tidak suci lagi. Coretan tak beraturan kehitaman menghiasi setiap sudut mobil yang sudah menemaninya sejak masa koas hingga sekarang. Rasanya tekanan darah residen tampan itu mendadak naik, apalagi saat menyentuh body mobil berharap noda hitam bisa hilang tapi nyatanya tidak. Semprotan bagai tinta cumi-cumi masih di sana, seolah mengolok Raditya bahwa mereka tak akan pergi apa pun yang terjadi. Saat ini, mana mungkin dia pulang dengan keadaan si putih seperti itu? Yang ada, mereka akan menjadi atensi selama di jalan walau sang pemilik bisa saja bersikap tak acuh karena bersembunyi di balik kaca mobil. Sayangnya, jiwa perfeksionis Raditya meronta-ronta, gemas ingin mencuil satu persatu cat dengan kuku jari. Alhasil, dia menelepon Julia berharap kalau kekasihnya tak jauh dari lokasi rumah sakit. Selagi menunggu suara lembut menyambutnya, Raditya berpikir keras siapa pelaku yang sudah mencoreng-coreng seenak dengku

    Last Updated : 2023-12-02
  • Jodohku Dokter Galak   Bab 7

    Aroma telur bercampur daun bawang masih melambai-lambai di depan hidung setengah mancung milik Valentina. Dia menjunjung tinggi bungkusan berisi martabak spesial daging sapi berharap suami jahanamnya mau mengampuni kelakuan Valentina. Dia melongok sebentar ke arah pintu rumah bercat hitam sebelum menggeser pagar. Beruntung mobil milik perempuan imitasi Donita itu sudah tidak ada, berganti dengan motor matic Valentina yang masih teronggok tak berdaya dengan ban sepeda yang bocor.Derit pagar berbunyi, Valentina berjalan sambil berjinjit akibat sepatu kanannya tadi siang dilempar ke arah kekasih Raditya, menyisakan kaus kaki putih yang sudah tidak suci lagi. Setelah melepas sebelah pantofel dan kaus kaki, dia membuka pintu dan mendapati Raditya tengah duduk di ruang tamu seraya melipat tangan di dada seakan tahu kalau gadis itu akan pulang selepas maghrib.&nb

    Last Updated : 2023-12-03
  • Jodohku Dokter Galak   Bab 8

    Harap-harap cemas, Valentina sembunyi-sembunyi membuka ponsel untuk mengintip apakah ada notifikasi dari si mata empat. Sayangnya, sampai matahari merangkak ke ubun-ubun pun tidak ada tanda-tanda Raditya mengomentari masakannya atau catatan kecil yang ditinggalkan di atas meja.Di sisi lain, dia sudah mengeluarkan semua tenaga, pikiran, dan hati untuk menulis sebuah surat yang bahkan belum tentu dikirim ke pacarnya sendiri, Brian. Valentina terpaksa memberi diskon besar-besaran atas harga dirinya kepada Raditya supaya lelaki itu memaafkan insiden coretan mobil."Dek mahasiswa!" teriak seseorang. "Mana siswa nersnya!"Tergopoh-gopoh, Valentina keluar dari kamar mandi dekat dengan salah satu bed pasien. Dia langsung mendekati seora

    Last Updated : 2023-12-04
  • Jodohku Dokter Galak   Bab 9

    "Oke, jadi, itu pasien yang pojok dekat kamar mandi atas nama Pak siapa ya ..." Valentina membuka buku catatannya saat berdiri di depan ruang P2 untuk operan jaga. "Pak Herman dengan diagnosaclosefracturcosta3-5sinistrasamaclosefractur1/3humerussinistra. Tinggal tunggu kamar operasi, tadi dokter Raditya sudah konsul ke bagian Orthopedi.""Wajahmu kenapa, Tin?" tanya Okin yang menangkap gelagat ekspresi wajah temannya. "Dimarahikah sama si penyihir? atau diomeli sama kepala UGD?"Valentina menggeleng pelan tak berani membalas tatapan selidik Okin. "Enggak apa-apa. Oh iya, pasien yang dekat pintu ini, Ibu Sulastri kan diare, tadi sempat en

    Last Updated : 2023-12-05

Latest chapter

  • Jodohku Dokter Galak   Extra Part 4

    "Ketan susu meses satu sama sekoteng satu," kata Valentina kepada seorang laki-laki berusia sekitar 20-an mengenakan seragam hijau dan kuning mencolok. "Sayang, kamu mau apa?""Ketan nangka keju sama susu jahe, Mas," titah Raditya. "Makan di sini atau bungkus?" tanya si lelaki."Makan di sini, Mas," jawab Valentina. "Ini uangnya.""Uangnya 50 ribu, total 38 ribu. Ini kembaliannya 12 ribu, silakan ditunggu di dalam, Mbak," ujar si lelaki menyilakan Valentina dan Raditya duduk di kursi selagi menunggu menu mereka disiapkan. "Makasih."Tidak afdal rasanya kalau ke alun-alun kota Batu tidak mengunjungi Pos Ketan yang sudah berdiri sejak 1967. Apalagi ini langganan Raditya sedari jaman-jaman kuliah ketika punya waktu untuk ke Cangar atau sebatas ngopi sambil haha-hihi. Tapi, dia tidak akan bercerita kepada Valentina kalau dulu Raditya pergi bersama Julia dan beberapa anak lain. Dia bersumpah untuk menyimpan rahasia itu seorang diri. Daripada perang dunia nggak dikasih jatah? Siapa yang

  • Jodohku Dokter Galak   Extra Part 3

    Our First and Re-honeymoonSenyum yang mengembang bagai roti kelebihan bahan tidak dapat lenyap begitu saja dari bibir bergincu merah menyala itu. Valentina mematut diri di depan cermin, menyisir rambut tebal nan hitam legam tersebut kemudian mengikatnya ala ekor kuda. Dia bersiul sebentar, memuji diri sendiri betapa cantik dirinya saat ini. Kemudian mengerling mata bagai remaja dilanda kasmaran lantas membenarkan posisi bra agar terkesan penuh dan seksi di depan suami.Baru sadar kalau habis punya anak, dadaku agak gedean dikit. Kalau gini kan dadaku agak mirip sama mantannya Radit si dokter Julia itu. Bawa lingerie yang modelnya kelinci nggak ya?Valentina terkikik sendiri membayangkan dirinya berkamuflase menjadi kelinci genit yang menjamu pria-pria nakal di kelab malam. Dia menggeleng keras mengurungkan niat untuk menggoda Raditya dengan cara seperti itu. Walau tanpa baju-baju cosplay menggiurkan mata, Valentina tahu di mana titik kelemahan Raditya. Di sisi lain, setelah sekian l

  • Jodohku Dokter Galak   Extra Part 2

    "Halo, Siang, Bu Siska," sapa Valentina melalui sambungan telepon. "Maaf, saya boleh titip Salsa sebentar? Ini saya masih di perjalanan, baru selesai rawat luka pasien.""Oh iya enggak apa-apa kok Mamanya Salsa," kata Siska--guru TK."Maaf ya, Bu Siska ... Salsa enggak nakal kan?" tanya Valentina menyalakan mesin motor. "Soalnya lusa kemarin habis bertengkar sama temennya sampai nangis.""Enggak, ini anaknya masih menggambar sama Tio," ucap Siska. "Mamanya Tio juag titip sebentar karena masih di Posyandu.""Salsa enggak borong jajan tanpa uang kan? Saya sungkan loh sama Bu Sri kantin, anak saya selalu minta jajan bayar belakangan," keluh Valentina. "Iya kalau satu buah, satu kresek penuh itu loh Bu

  • Jodohku Dokter Galak   Extra Part 1

    Lima tahun kemudian..."Mama ... Mama ..." teriak bocah kecil yang mengenakan kaus kutang bermotif stroberi juga celana pendek senada. Dia berlari seraya membawa es krim di tangan kanan sementara di tangan kiri menenteng plastik berlogo Indoapril berisi makanan ringan. Mulut anak perempuan berambut pendek itu terkena es krim cokelat yang sesekali dia makan begitu lahap tanpa takut giginya ompong."Tante ..." teriak beberapa anak bersamaan mengekori bocah kecil itu. "Tante! Salsa beli jajan enggak bawa uang lagi!"Valentina yang baru saja mensterilkan alat-alat rawat luka di mesin sterilizer, buru-buru menghampiri sumber suara dan bola matanya nyaris menggelinding mendapati penampilan anaknya sudah tak karuan. Seketika gelombang amarah langsung naik ke ubun

  • Jodohku Dokter Galak   Bab 71 (end)

    ###Suara sirene menggaung keras manakala mobil ambulance melaju dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan padat merayap menuju rumah sakit. Mobil darurat tersebut membawa Valentina yang sedang mengerang kesakitan di bagian perut. Hingga peluh keringat sebesar biji jagung membasahi sekujur tubuh bersamaan napas cepat akibat tak bisa menahan lebih lama sensasi nyeri bagai tulang yang diremukkan bersamaan. Dia menangis seraya memanggil nama Raditya juga mamanya, memohon agar rasa ngilu tanpa ujung ini segera berakhir.Petugas medis yang mendampingi Valentina menyuruh gadis itu untuk menarik napas dalam dan jangan mengejan dulu karena pembukaan belum lengkap. Valentina menggeleng, panik bercampur nyeri, tidak bisa berpikir jernih akibat kontraksi yang menyayat-nyayat setiap lapisan kulit menuju bagian dalam perut. Sementar

  • Jodohku Dokter Galak   Bab 70

    Hal paling menyenangkan setelah menyelesaikan ujian akhir semester dua adalah mereka tidak perlu lagi ke lahan praktik, mengejar-ngejar dosen dan pembimbing klinik untuk minta nilai atau tanda tangan, tidak ada jam begadang untuk menulis laporan kasus di buku jurnal maupun presentasi besar sampai adu debat teori, tidak ada pula ujian-ujian yang menguras pikiran, tidak ada juga tumpukan buku yang menghiasi. Walaupun panggilan kebangsaan 'dek siswa' beserta semua kegiatanhecticdi tempat magang bakal dirindukan.Jujur saja, selama masa praktik, mereka bisa bertemu dengan mahasiswa dari kampus lain baik sesama mahasiswa perawat, dokter muda, farmasi, hingga bidan. Mereka saling tukar ilmu, tukar nomor telepon untuk mempererat pertemanan, hingga follow akun media sosial. Tak jarang pula cinta lokasi lintas jurusan maupun satu kelompok sering terjadi.

  • Jodohku Dokter Galak   Bab 69

    'Jangan berisik!''Sedang mengerjakan KTI''Ners ngenes garai duwek ambles!''OTW wisuda langsung ahh!!!'"Ambigu bener tulisannya," gumam Raditya mendapati deretan tulisan di atas kertas yang tertempel di pintu kamar istrinya. "Tin!" teriaknya sambil mengetuk pintu."Selamat datang Bapak Raditya yang terhormat," ucap Valentina melaluispeaker bluetoothyang sengaja ditaruh di atas laci dekat bersebelahan di antara bingkai foto pernikahan mereka dan vas bunga palsu. Raditya nyaris terperanjat kaget karena tidak menyadari sejak kapan laci itu dipindah dari ruang tamu ke samping pintu

  • Jodohku Dokter Galak   Bab 68

    "Saya mendapat kasus sepsis neonatorum, Bu, atas nama bayi Ny. S usia empat puluh hari," kata Valentina saat berhadapan dengan pembimbing klinik. "Maaf, Bu, untuk data subjektifnya saya agak kesusahan karena orang tua pasien jarang datang ke sini. Jadi, saya pakai data yang ada di rekam medis.""Masa enggak datang sama sekali?" tanya Bu Dewi tanpa memandang Valentina karena fokus mengoreksi hasil pekerjaan tangan gadis itu."Sungguh, Bu, saya sampai titip ke teman saya sama buattakenkontrak kalau ketemu keluarga pasien," jawab Valentina mengacungkan tangan kanan membentuk huruf V."Ini di pemeriksaan B1 kok tidak sesak tapi ada retraksi dinding dada?" tanya Bu Dewi menunjuk bagian pemeriksaan fisik B1--sistem pernapasan. "Ciri-ciri sesak napas

  • Jodohku Dokter Galak   Bab 67

    Maju-mundur seperti undur-undur yang hendak menggali jebakan di tanah ketika iris mata bulat nan lentik itu mengamati boks bayi cukup lama. Suasana hati yang biasanya antusias terhadap hal-hal baru di setiap stase kini mendadak luruh tanpa bekas. Menguap entah ke mana meski dia berusaha mencari sisa-sisa jejaknya. Menggenggam erat botol susu hangat yang sudah disiapkan untuk jadwal pemberian nutrisi bayi, Valentina malah mematung seakan-akan sandal khusus ruang Nicu memiliki perekat bagai lem tikus super.Justru matanya malah berkaca-kaca membayangkan bagaimana jika anaknya berada di dalam kotak itu? Bagaimana jika nanti saat dia melahirkan ada kelainan yang dialami sang jabang bayi? Bagaimana jika makanan dan minuman yang dia konsumsi selama ini tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya? Bagaimana?Kemarin saja ada salah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status