Share

Bab 4

Penulis: Ry-santi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-29 11:44:18

Kening Brian mengerut saat mematikan mesin motor di depan pagar minimalis bercat hitam.  Dia mengecek kembali alamat yang jelas-jelas bukan alamat rumah Valentina sebelumnya.  Dia berpikir, mungkinkah Valentina pindah? Jika ya,  seharusnya Brian tahu bukan malah berlagak bodoh seperti sekarang.  Tapi,  jika tidak,  lantas rumah siapa itu?

Ada perasaan aneh yang menghantui Brian beberapa minggu ini.  Entah kenapa setelah memasuki masa profesi ners,  sikap Valentina berubah melebihi 360 derajat. Brian tahu kehidupan mahasiswa ners lebih menyeramkan daripada masa OSPEK yang dulu mereka lalui.  Tugas dan ujian memberondong tiada henti seperti tidak mengizinkan tubuh untuk beristirahat. Belum lagi omelan dari pembimbing ruangan maupun perawat senior seakan menambah beban di pundak calon perawat masa depan itu. 

Valentina keluar, memanggul tas yang terlihat banyak menyimpan buku di dalam sana.  Dia melempar senyum ke arah Brian meski sorot matanya menyimpan sesuatu yang tidak bisa lelaki itu korek. 

"Rumah siapa?" Brian langsung to the point. Nada datar namun tegas,  menyiratkan kekhawatiran atas perubahan sikap sang kekasih.   

"Saudara."

Valentina menjawab asal,  menurunkan kaca helm Brian sambil menyipitkan mata.  "Enggak usah curiga deh. Ini rumah sepupu yang kebetulan deket sama rumah sakit.  Kenapa? Cemburu? Orang dia punya anak masih SMP."

Brian menaikkan kaca helmnya sambil mengembuskan napas. Mungkin yang dikatakan Valentina benar. Dia tidak perlu khawatir,  toh rumah sang pacar juga jauh dari rumah sakit. 

Valentina naik ke jok belakang motor,  merangkul pinggang erat dan melaju saat lelaki tampan itu melesat ke jalanan.  Dia tak memedulikan ada tetangga yang melihatnya memeluk pria lain.  Pernikahannya sedari awal sudah bobrok ditambah dengan kelakuan Raditya yang merusak moodnya. Dalam hati,  Valentina berdoa jika suatu hari nanti dia bisa berpisah dengan suami tiada akhlak itu. Dia tidak pernah bisa mencintai lelaki pilihan orang tuanya sampai kapan pun.  Mereka hanya tahu sampul Raditya sebagai residen yang dikagumi dan lelaki sopan di depan mertua, tapi brengsek di mata istri sendiri. 

Otaknya mencari cara membalas Raditya lebih kejam lagi.  Bibir Valentina tertarik ke atas,  menemukan rencana besar tak sabar bertemu dengan suami pembawa sialnya itu. 

###

"Tumben enggak telat." Bu Fero menyindir tak tahu kondisi saat Valentina tengah memasang infus.  "Sekalian ambil darah deh nanti kamu antar ke laborat."

"Siap,  Bu."

Jika tidak sedang menghadapi pasien,  mungkin Valentina akan pergi ke kamar mandi meninju tembok sambil melempar sumpah serapah.  Padahal dia hanya satu kali terlambat datang,  kenapa harus dilabeli tukang terlambat.  Ekor matanya melirik perempuan paruh baya yang sedang berbicara pada salah satu pasien. Di balik masker yang dikenakan,  Valentina mencibir,  dongkol setengah mati kalau satu shift wanita galak seperti Bu Fero.  

Semenjak ners,  tangan Valentina sudah mulai lihai melakukan tindakan mandiri.  Dulu waktu masih praktik di kampus, dia bolak-balik gagal memasang selang infus atau mengambil darah vena. Sampai-sampai tangan temannya membiru akibat berulang kali ditusuk tanpa ampun dengan imbalan makan di McDonalds walau pada akhirnya Valentina tidak berhasil. Beruntung Brian sangat telaten mengajari sang kekasih cara memegang jarum infus yang benar. Ternyata, butuh kepekaan tinggi antara kulit tangan dan ketajaman matanya dalam memilih vena mana yang perlu ditusuk dengan jarum sebelum dipasang selang infus. 

"Tarik napas dalam ya, Bu, saya suntik ya," kata Valentina sudah menandai vena yang akan ditusuk. Dengan sudut tiga puluh derajat, jemari lentik yang terbalut sarung tangan itu menusuk pembuluh nadi tangan kiri pasien dengan sukses. Bibir Valentina mengembang kala cairan merah kental keluar di flashback chamber lalu cepat-cepat ditampung darah itu ke dalam tabung bening sebelum menyambungkan ke selang infus. 

Beberapa saat suara ribut terdengar dari luar, Valentina berpaling sebentar dan merasa kalau suara serak itu adalah milik kepala UGD yang terkenal kejam melebihi Bu Fero. Dia penasaran siapa dan kenapa mendapat cecaran tak mengenakkan dari sang dokter spesialis emergensi. Dia juga membayangkan kalau dua manusia seperti Bu Fero dan Kepala UGD bersatu, tempat ini serasa menjadi neraka atau rumah hantu sampai tak bisa tidur nyenyak. Kemarin saja setelah ditegur si penyihir, Valentina mendapat mimpi buruk sampai mengigau kalau bukan Okin yang membangunkannya. 

"Saya kirim dulu ya sample darah Ibu sambil menunggu dokter memeriksa," pamit Valentina seramah mungkin. 

"Terima kasih, Suster."

Langkah kaki yang dibalut sepatu pantofel setinggi tiga senti itu terhenti, matanya membeliak dengan mulut menganga tapi hatinya malah bersorak ria menangkap sosok lelaki angkuh yang sudah merusakkan ban motornya kini tertunduk tak berdaya. Valentina berpura-pura ke bagian administrasi sekadar melewati residen yang sedang mendapat ceramah malam, menjulurkan lidah sambil menyiratkan 'kapokmu kapan'. Mood-nya yang hancur kini merekah seperti bunga mawar, dia bahagia bukan main melihat wajah Radit sepucat mayat.

"Emang enak, makan tuh karma!" desis Valentina berbalik melintasi dua dokter itu menuju ke ruang laboratorium. 

###

Raditya berjalan cepat menuju ruang dokter dengan gemuruh yang menghantam dada sambil menggerutu atas umpatan kepala UGD--dokter Adia Hong.  Bukannya apresiasi yang didapat setelah berhasil menurunkan demam salah satu pasien dengan riwayat alergi obat yang kompleks. Padahal jika tidak segera dilakukan, pasien bisa mengalami kejang demam seperti yang tertulis dalam rekam medis. Belum lagi risiko anafilaksis yang mengancam kalau terlalu memaksakan pemberian antipiretik. Jika memberikan aspirin sebagai alternatif, Raditya bisa saja melakukannya. Masalahnya, pasien juga memiliki trombosit di bawah angka seratus ribu yang malah akan mendatangkan risiko perdarahan.

" ... siapa suruh kamu ngasih kortikorsteroid hah!" 

"Siap, saya, Dok!" jawab Raditya mantap. "Saya hanya takut kalau pasien mengalami kejang demam seperti catatan sebelumnya kalau tidak segera diturunkan suhu tubuhnya, apalagi pasien obesitas dan saya takut terjadi syok."

"Kan masih ada alternatif lain. Kalau dia alergi bisa kamu kasih Indometacin kan. Kortikosteroid hanya menimbulkan masking effect tapi penyebab demamnya belum teratasi, Radit! Apa kamu enggak tahu?"

Raditya mengangguk tak berani "Saya takut dia alergi obat itu juga mengingat pasien juga punya alergi antalgin. Jadi pilihan terakhir saya cuma kortikosteroid dan manajemen cairan saja, Dokter. Lagipula, trombositnya juga mepet di angka seratus ribu."

"Aspirin bisa diberikan kalau kita berikan transfusi TC*, kamu enggak konsul dulu main mutusin seenaknya sendiri saja!" gertak dokter Adia berkacak pinggang. 

Tak berapa lama terdengar suara ricuh, Raditya dan dokter Adia bergerak menuju sumber suara. Seperti yang ditakutkan oleh sang kepala UGD, pasien mengalami kejang. Dia melirik tajam ke arah residen tahun kedua itu, lantas menyuruh untuk memberikan pertolongan pasien kejang. 

"Saya sudah bilang kan!" ketusnya berjalan ke arah troli emergensi. "Masking effect!"

"Argh!" rutuk Raditya mengacak rambut, membanting diri di atas sofa. Beberapa saat pintu terbuka menampilkan sosok perempuan dengan pulasan lipstik mencolok mengernyitkan kening lalu bertanya, 

"Kenapa kamu kok kesel gitu?" 

"Enggak apa-apa," jawab Raditya memandangi langit-langit ruang dokter. "Kamu gimana?"

Yang ditanya memilih duduk di samping lelaki yang sudah menjadi kekasih hati semenjak masa koas. Membelai lembut rambut hitam nan tebal milik Raditya yang terlihat berantakan sambil tersenyum tipis. 

"Pasienku malah hampir aja lewat," ucap si perempuan. "Libur jaga kita kencan bentar yuk, Dit."

"Di saat seperti ini emang bisa Julia? Tahu sendiri dokter Adia bikin jadwal neraka gitu."

Perempuan tirus yang mirip dengan Donita itu merajuk, mencubit dada bidang Raditya yang tertutupi baju jaga. Padahal sudah lama mereka tidak bersantai menikmati masa muda walau tanggung jawab sebagai residen di UGD selalu membayangi. Apalagi departemen yang mereka ambil terbilang cukup sulit, jikalau bukan karena Raditya, Julia tak akan memiliki departemen penyakit dalam. Dia lebih suka menjadi residen anak daripada menjadi dokter internis yang mengharuskannya menghafal begitu banyak materi. 

"Besok kan kita jaga malam lagi, bolehlah selepas jaga kita makan bareng sambil bikin laporan, gimana? Anggep kencan kecil-kecilan," kata Raditya mengelus pipi Julia. "Jangan ngambek gitu dong, jadi pengen gigit nih."

"Ih, apaan sih!" pipi Julia merona menahan tawa mendengar bualan tak manis dari seorang Raditya. "Ke rumah kamu? Udah lama enggak ke sana."

"Ke rumah kamu aja deh," elak Raditya. Dia berpikir akan bahaya sekali kalau Julia bisa bertemu dengan istri durhakanya itu. Bisa perang dunia ketiga, pikirnya. 

"Kenapa? Di rumah kamu kan enak lebih luas, Dit. Lebih deket juga sama rumah sakit, aku bisa numpang tidur di sana." 

Julia kembali merajuk setiap kali Raditya menolak permintaannya. Padahal keinginan Julia itu tidak banyak, hanya ingin ke rumah baru Raditya yang tidak pernah diketahui oleh rekan-rekan sesama residen. Entah apa yang membuat lelaki itu merahasiakan kediaman hasil jerih payah sendiri, bukankah berhasil membeli rumah di usia muda merupakan prestasi? 

Selain itu, Julia juga ingin bertemu sang calon mertua sekadar mengambil hati sebagai calon istri masa depan. Terlebih Julia hanya bertemu sekali saat wisuda beberapa tahun lalu, itu pun kedua orang tua Raditya terburu-buru dan tidak sempat mengajaknya makan bersama. Jadi, tidak ada salahnya kan kalau Julia meminta hal ini kepada sang kekasih?

"Ya udah kalau enggak mau." Julia beranjak, bibirnya mengerucut dua senti dengan tatapan sinis. Hatinya dongkol mendapati Raditya tak kunjung memberi jawaban. 

"Eh, iya iya ..." Raditya menarik lengan Julia. "Besok ke rumahku, oke. Jangan marah gitu dong."

"Ya habisnya kamu ... kayak nyimpen rahasia, Dit. Kita pacaran kan enggak sebulan dua bulan, rumah barumu aja aku enggak tahu loh."

"Iya itu kan biar ... enggak disamperin anak-anak, tahu sendiri mereka itu bar-bar kalo bertamu ke rumah orang," kata Raditya bohong padahal dia menyembunyikan alamat rumahnya agar tidak ketahuan kalau sudah punya istri.

"Ya udah, besok ya. Aku balik dulu," pamit Julia mengecup pipi Raditya cepat seraya mengerlingkan mata. "Enggak sabar ketemu mama mertua."

Dan kamu sudah memicu perang dunia sama si Tina, batin Raditya.

Bab terkait

  • Jodohku Dokter Galak   Bab 5

    Jarum jam rasanya bergerak begitu lamat saat pasien di UGD terus berdatangan tanpa henti. Ibarat sarang madu mengundang banyak lebah tuk menikmati manisnya, sementara di ruang gawat darurat mereka mencari pertolongan untuk mempertahankan nyawa melalui tangan-tangan yang dipercaya oleh Sang Pencipta. Termasuk Valentina yang tak sempat duduk barang sedetik saja untuk meluruskan otot betis yang mulai kaku. Walau mesin pendingin menyejukkan ruang P2 sebagai tempat tugasnya, bulir keringat sebesar biji jagung enggan pergi dari kening gadis itu. Rekannya, Okin juga tidak bisa diam. Justru perawat magang laki-laki sepertinya lebih banyak disuruh oleh senior perawat ketimbang perempuan. Bolak-balik, Okin mendorong brankar-brankar berisi pasien untuk dilakukan pemeriksaan di radiologi. Sekarang lihat saja, lelaki bertubuh jumbo itu tengah memindahkan pasien laki-laki lanjut usia yang tidak sadarkan diri ke salah satu bed. Buru-buru Valentina menghampiri Okin usai menyerahkan selembar ker

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01
  • Jodohku Dokter Galak   Bab 6

    "Bangsat!" pekik Raditya mendapati mobil kesayangan bercat putih sudah tidak suci lagi. Coretan tak beraturan kehitaman menghiasi setiap sudut mobil yang sudah menemaninya sejak masa koas hingga sekarang. Rasanya tekanan darah residen tampan itu mendadak naik, apalagi saat menyentuh body mobil berharap noda hitam bisa hilang tapi nyatanya tidak. Semprotan bagai tinta cumi-cumi masih di sana, seolah mengolok Raditya bahwa mereka tak akan pergi apa pun yang terjadi. Saat ini, mana mungkin dia pulang dengan keadaan si putih seperti itu? Yang ada, mereka akan menjadi atensi selama di jalan walau sang pemilik bisa saja bersikap tak acuh karena bersembunyi di balik kaca mobil. Sayangnya, jiwa perfeksionis Raditya meronta-ronta, gemas ingin mencuil satu persatu cat dengan kuku jari. Alhasil, dia menelepon Julia berharap kalau kekasihnya tak jauh dari lokasi rumah sakit. Selagi menunggu suara lembut menyambutnya, Raditya berpikir keras siapa pelaku yang sudah mencoreng-coreng seenak dengku

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-02
  • Jodohku Dokter Galak   Bab 7

    Aroma telur bercampur daun bawang masih melambai-lambai di depan hidung setengah mancung milik Valentina. Dia menjunjung tinggi bungkusan berisi martabak spesial daging sapi berharap suami jahanamnya mau mengampuni kelakuan Valentina. Dia melongok sebentar ke arah pintu rumah bercat hitam sebelum menggeser pagar. Beruntung mobil milik perempuan imitasi Donita itu sudah tidak ada, berganti dengan motor matic Valentina yang masih teronggok tak berdaya dengan ban sepeda yang bocor.Derit pagar berbunyi, Valentina berjalan sambil berjinjit akibat sepatu kanannya tadi siang dilempar ke arah kekasih Raditya, menyisakan kaus kaki putih yang sudah tidak suci lagi. Setelah melepas sebelah pantofel dan kaus kaki, dia membuka pintu dan mendapati Raditya tengah duduk di ruang tamu seraya melipat tangan di dada seakan tahu kalau gadis itu akan pulang selepas maghrib.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-03
  • Jodohku Dokter Galak   Bab 8

    Harap-harap cemas, Valentina sembunyi-sembunyi membuka ponsel untuk mengintip apakah ada notifikasi dari si mata empat. Sayangnya, sampai matahari merangkak ke ubun-ubun pun tidak ada tanda-tanda Raditya mengomentari masakannya atau catatan kecil yang ditinggalkan di atas meja.Di sisi lain, dia sudah mengeluarkan semua tenaga, pikiran, dan hati untuk menulis sebuah surat yang bahkan belum tentu dikirim ke pacarnya sendiri, Brian. Valentina terpaksa memberi diskon besar-besaran atas harga dirinya kepada Raditya supaya lelaki itu memaafkan insiden coretan mobil."Dek mahasiswa!" teriak seseorang. "Mana siswa nersnya!"Tergopoh-gopoh, Valentina keluar dari kamar mandi dekat dengan salah satu bed pasien. Dia langsung mendekati seora

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-04
  • Jodohku Dokter Galak   Bab 9

    "Oke, jadi, itu pasien yang pojok dekat kamar mandi atas nama Pak siapa ya ..." Valentina membuka buku catatannya saat berdiri di depan ruang P2 untuk operan jaga. "Pak Herman dengan diagnosaclosefracturcosta3-5sinistrasamaclosefractur1/3humerussinistra. Tinggal tunggu kamar operasi, tadi dokter Raditya sudah konsul ke bagian Orthopedi.""Wajahmu kenapa, Tin?" tanya Okin yang menangkap gelagat ekspresi wajah temannya. "Dimarahikah sama si penyihir? atau diomeli sama kepala UGD?"Valentina menggeleng pelan tak berani membalas tatapan selidik Okin. "Enggak apa-apa. Oh iya, pasien yang dekat pintu ini, Ibu Sulastri kan diare, tadi sempat en

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-05
  • Jodohku Dokter Galak   Bab 10

    Antara ragu, malu, bercampur baper. Valentina merangkul erat pinggang ramping Raditya untuk pertama kali. Tubuhnya mengikuti motor matic yang dikendarai Raditya cukup cepat, meliuk-liuk melewati kendaraan yang memadati jalanan. Tapi, semua itu tak berarti kala jemarinya yang gemetaran merasakan pahatan perut suaminya sendiri. Jujur saja, pikiran kotor memenuhi otak gadis berusia 23 tahun tersebut. Entah malaikat akan mencatatnya sebagai pahala atau dosa, kala Valentina membayangkan bisa menjelajahi tubuh berotot Raditya.Sejak menikah, Raditya memang tidak seperti lelaki lain yang mengumbar perut sixpack di rumah. Bahkan saat keluar kamar mandi pun, suaminya langsung memakai kaus tipis. Hal ini mengingatkan kejadian viral di akun Tik tok kalau ada perempuan yang menikahi lelaki abal-abal.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • Jodohku Dokter Galak   Bab 11

    "Sayang... " teriak Julia melihat ganggang pel tergeletak di lantai beserta semprotan air pel yang terlihat mulai mengering. "Radit! Ini siapa sih yang ngepel?" Dia berjinjit, bertumpu pada jempol kaki bercat merah menyala nan berkilau menghindari sesuatu yang bisa membuatnya terjatuh.Lantas, gadis berambut panjang yang dicat cokelat agar tampak mirip model papan atas itu duduk di atas sofa. Tak berapa lama, Raditya keluar dari kamar memakai kaus putih dan celana joging hitam seraya mengacak rambut setengah kering, tercengang dengan kedatangan Julia yang terkesan mendadak terutama ganggang pel yang teronggok di sana. Masalahnya, apakah dia bertemu Valentina? Lalu ke mana gadis pendek itu pergi?Mau tak mau, Raditya memungut ganggang pel dan membersihkan lantai sampai kaki Julia terangkat b

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-07
  • Jodohku Dokter Galak   Bab 12

    "Makasih, Pak," ucap Valentina setelah turun dari jok motor ojek online.Kaki yang terbungkus sepatu pantofel hitam itu menuju ICU Anestesi sambil memegangi pinggang seperti orang jompo. Valentina menjadi atensi di sepanjang lorong rumah sakit melewati orang-orang yang lalu lalang termasuk petugas medis yang mendorong kursi roda. Dari wajah mereka tersirat sebuah tanda tanya besar apalagi wajah penuh rintihan itu tampak jelas.Dia menggerutu kesal akibat insiden nahas kemarin ditambah Raditya menambah deret penderitaan. Selain tidak mau mengantar, motor kesayangannya kini dipakai Raditya karena mobil lelaki itu belum selesai di cat. Suaminya mengatakan kalau butuh sekitar seminggu sampai sepuluh hari untuk membuat si putih benar-benar putih seperti sedia kala. Ingin rasanya Valentina menaiki mobil yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-08

Bab terbaru

  • Jodohku Dokter Galak   Extra Part 4

    "Ketan susu meses satu sama sekoteng satu," kata Valentina kepada seorang laki-laki berusia sekitar 20-an mengenakan seragam hijau dan kuning mencolok. "Sayang, kamu mau apa?""Ketan nangka keju sama susu jahe, Mas," titah Raditya. "Makan di sini atau bungkus?" tanya si lelaki."Makan di sini, Mas," jawab Valentina. "Ini uangnya.""Uangnya 50 ribu, total 38 ribu. Ini kembaliannya 12 ribu, silakan ditunggu di dalam, Mbak," ujar si lelaki menyilakan Valentina dan Raditya duduk di kursi selagi menunggu menu mereka disiapkan. "Makasih."Tidak afdal rasanya kalau ke alun-alun kota Batu tidak mengunjungi Pos Ketan yang sudah berdiri sejak 1967. Apalagi ini langganan Raditya sedari jaman-jaman kuliah ketika punya waktu untuk ke Cangar atau sebatas ngopi sambil haha-hihi. Tapi, dia tidak akan bercerita kepada Valentina kalau dulu Raditya pergi bersama Julia dan beberapa anak lain. Dia bersumpah untuk menyimpan rahasia itu seorang diri. Daripada perang dunia nggak dikasih jatah? Siapa yang

  • Jodohku Dokter Galak   Extra Part 3

    Our First and Re-honeymoonSenyum yang mengembang bagai roti kelebihan bahan tidak dapat lenyap begitu saja dari bibir bergincu merah menyala itu. Valentina mematut diri di depan cermin, menyisir rambut tebal nan hitam legam tersebut kemudian mengikatnya ala ekor kuda. Dia bersiul sebentar, memuji diri sendiri betapa cantik dirinya saat ini. Kemudian mengerling mata bagai remaja dilanda kasmaran lantas membenarkan posisi bra agar terkesan penuh dan seksi di depan suami.Baru sadar kalau habis punya anak, dadaku agak gedean dikit. Kalau gini kan dadaku agak mirip sama mantannya Radit si dokter Julia itu. Bawa lingerie yang modelnya kelinci nggak ya?Valentina terkikik sendiri membayangkan dirinya berkamuflase menjadi kelinci genit yang menjamu pria-pria nakal di kelab malam. Dia menggeleng keras mengurungkan niat untuk menggoda Raditya dengan cara seperti itu. Walau tanpa baju-baju cosplay menggiurkan mata, Valentina tahu di mana titik kelemahan Raditya. Di sisi lain, setelah sekian l

  • Jodohku Dokter Galak   Extra Part 2

    "Halo, Siang, Bu Siska," sapa Valentina melalui sambungan telepon. "Maaf, saya boleh titip Salsa sebentar? Ini saya masih di perjalanan, baru selesai rawat luka pasien.""Oh iya enggak apa-apa kok Mamanya Salsa," kata Siska--guru TK."Maaf ya, Bu Siska ... Salsa enggak nakal kan?" tanya Valentina menyalakan mesin motor. "Soalnya lusa kemarin habis bertengkar sama temennya sampai nangis.""Enggak, ini anaknya masih menggambar sama Tio," ucap Siska. "Mamanya Tio juag titip sebentar karena masih di Posyandu.""Salsa enggak borong jajan tanpa uang kan? Saya sungkan loh sama Bu Sri kantin, anak saya selalu minta jajan bayar belakangan," keluh Valentina. "Iya kalau satu buah, satu kresek penuh itu loh Bu

  • Jodohku Dokter Galak   Extra Part 1

    Lima tahun kemudian..."Mama ... Mama ..." teriak bocah kecil yang mengenakan kaus kutang bermotif stroberi juga celana pendek senada. Dia berlari seraya membawa es krim di tangan kanan sementara di tangan kiri menenteng plastik berlogo Indoapril berisi makanan ringan. Mulut anak perempuan berambut pendek itu terkena es krim cokelat yang sesekali dia makan begitu lahap tanpa takut giginya ompong."Tante ..." teriak beberapa anak bersamaan mengekori bocah kecil itu. "Tante! Salsa beli jajan enggak bawa uang lagi!"Valentina yang baru saja mensterilkan alat-alat rawat luka di mesin sterilizer, buru-buru menghampiri sumber suara dan bola matanya nyaris menggelinding mendapati penampilan anaknya sudah tak karuan. Seketika gelombang amarah langsung naik ke ubun

  • Jodohku Dokter Galak   Bab 71 (end)

    ###Suara sirene menggaung keras manakala mobil ambulance melaju dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan padat merayap menuju rumah sakit. Mobil darurat tersebut membawa Valentina yang sedang mengerang kesakitan di bagian perut. Hingga peluh keringat sebesar biji jagung membasahi sekujur tubuh bersamaan napas cepat akibat tak bisa menahan lebih lama sensasi nyeri bagai tulang yang diremukkan bersamaan. Dia menangis seraya memanggil nama Raditya juga mamanya, memohon agar rasa ngilu tanpa ujung ini segera berakhir.Petugas medis yang mendampingi Valentina menyuruh gadis itu untuk menarik napas dalam dan jangan mengejan dulu karena pembukaan belum lengkap. Valentina menggeleng, panik bercampur nyeri, tidak bisa berpikir jernih akibat kontraksi yang menyayat-nyayat setiap lapisan kulit menuju bagian dalam perut. Sementar

  • Jodohku Dokter Galak   Bab 70

    Hal paling menyenangkan setelah menyelesaikan ujian akhir semester dua adalah mereka tidak perlu lagi ke lahan praktik, mengejar-ngejar dosen dan pembimbing klinik untuk minta nilai atau tanda tangan, tidak ada jam begadang untuk menulis laporan kasus di buku jurnal maupun presentasi besar sampai adu debat teori, tidak ada pula ujian-ujian yang menguras pikiran, tidak ada juga tumpukan buku yang menghiasi. Walaupun panggilan kebangsaan 'dek siswa' beserta semua kegiatanhecticdi tempat magang bakal dirindukan.Jujur saja, selama masa praktik, mereka bisa bertemu dengan mahasiswa dari kampus lain baik sesama mahasiswa perawat, dokter muda, farmasi, hingga bidan. Mereka saling tukar ilmu, tukar nomor telepon untuk mempererat pertemanan, hingga follow akun media sosial. Tak jarang pula cinta lokasi lintas jurusan maupun satu kelompok sering terjadi.

  • Jodohku Dokter Galak   Bab 69

    'Jangan berisik!''Sedang mengerjakan KTI''Ners ngenes garai duwek ambles!''OTW wisuda langsung ahh!!!'"Ambigu bener tulisannya," gumam Raditya mendapati deretan tulisan di atas kertas yang tertempel di pintu kamar istrinya. "Tin!" teriaknya sambil mengetuk pintu."Selamat datang Bapak Raditya yang terhormat," ucap Valentina melaluispeaker bluetoothyang sengaja ditaruh di atas laci dekat bersebelahan di antara bingkai foto pernikahan mereka dan vas bunga palsu. Raditya nyaris terperanjat kaget karena tidak menyadari sejak kapan laci itu dipindah dari ruang tamu ke samping pintu

  • Jodohku Dokter Galak   Bab 68

    "Saya mendapat kasus sepsis neonatorum, Bu, atas nama bayi Ny. S usia empat puluh hari," kata Valentina saat berhadapan dengan pembimbing klinik. "Maaf, Bu, untuk data subjektifnya saya agak kesusahan karena orang tua pasien jarang datang ke sini. Jadi, saya pakai data yang ada di rekam medis.""Masa enggak datang sama sekali?" tanya Bu Dewi tanpa memandang Valentina karena fokus mengoreksi hasil pekerjaan tangan gadis itu."Sungguh, Bu, saya sampai titip ke teman saya sama buattakenkontrak kalau ketemu keluarga pasien," jawab Valentina mengacungkan tangan kanan membentuk huruf V."Ini di pemeriksaan B1 kok tidak sesak tapi ada retraksi dinding dada?" tanya Bu Dewi menunjuk bagian pemeriksaan fisik B1--sistem pernapasan. "Ciri-ciri sesak napas

  • Jodohku Dokter Galak   Bab 67

    Maju-mundur seperti undur-undur yang hendak menggali jebakan di tanah ketika iris mata bulat nan lentik itu mengamati boks bayi cukup lama. Suasana hati yang biasanya antusias terhadap hal-hal baru di setiap stase kini mendadak luruh tanpa bekas. Menguap entah ke mana meski dia berusaha mencari sisa-sisa jejaknya. Menggenggam erat botol susu hangat yang sudah disiapkan untuk jadwal pemberian nutrisi bayi, Valentina malah mematung seakan-akan sandal khusus ruang Nicu memiliki perekat bagai lem tikus super.Justru matanya malah berkaca-kaca membayangkan bagaimana jika anaknya berada di dalam kotak itu? Bagaimana jika nanti saat dia melahirkan ada kelainan yang dialami sang jabang bayi? Bagaimana jika makanan dan minuman yang dia konsumsi selama ini tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya? Bagaimana?Kemarin saja ada salah

DMCA.com Protection Status