Antara ragu, malu, bercampur baper. Valentina merangkul erat pinggang ramping Raditya untuk pertama kali. Tubuhnya mengikuti motor matic yang dikendarai Raditya cukup cepat, meliuk-liuk melewati kendaraan yang memadati jalanan. Tapi, semua itu tak berarti kala jemarinya yang gemetaran merasakan pahatan perut suaminya sendiri. Jujur saja, pikiran kotor memenuhi otak gadis berusia 23 tahun tersebut. Entah malaikat akan mencatatnya sebagai pahala atau dosa, kala Valentina membayangkan bisa menjelajahi tubuh berotot Raditya.
Sejak menikah, Raditya memang tidak seperti lelaki lain yang mengumbar perut sixpack di rumah. Bahkan saat keluar kamar mandi pun, suaminya langsung memakai kaus tipis. Hal ini mengingatkan kejadian viral di akun Tik tok kalau ada perempuan yang menikahi lelaki abal-abal.
<"Sayang... " teriak Julia melihat ganggang pel tergeletak di lantai beserta semprotan air pel yang terlihat mulai mengering. "Radit! Ini siapa sih yang ngepel?" Dia berjinjit, bertumpu pada jempol kaki bercat merah menyala nan berkilau menghindari sesuatu yang bisa membuatnya terjatuh.Lantas, gadis berambut panjang yang dicat cokelat agar tampak mirip model papan atas itu duduk di atas sofa. Tak berapa lama, Raditya keluar dari kamar memakai kaus putih dan celana joging hitam seraya mengacak rambut setengah kering, tercengang dengan kedatangan Julia yang terkesan mendadak terutama ganggang pel yang teronggok di sana. Masalahnya, apakah dia bertemu Valentina? Lalu ke mana gadis pendek itu pergi?Mau tak mau, Raditya memungut ganggang pel dan membersihkan lantai sampai kaki Julia terangkat b
"Makasih, Pak," ucap Valentina setelah turun dari jok motor ojek online.Kaki yang terbungkus sepatu pantofel hitam itu menuju ICU Anestesi sambil memegangi pinggang seperti orang jompo. Valentina menjadi atensi di sepanjang lorong rumah sakit melewati orang-orang yang lalu lalang termasuk petugas medis yang mendorong kursi roda. Dari wajah mereka tersirat sebuah tanda tanya besar apalagi wajah penuh rintihan itu tampak jelas.Dia menggerutu kesal akibat insiden nahas kemarin ditambah Raditya menambah deret penderitaan. Selain tidak mau mengantar, motor kesayangannya kini dipakai Raditya karena mobil lelaki itu belum selesai di cat. Suaminya mengatakan kalau butuh sekitar seminggu sampai sepuluh hari untuk membuat si putih benar-benar putih seperti sedia kala. Ingin rasanya Valentina menaiki mobil yang
"Untuk kasus keempat, pasien atas nama Nona A usia 22 tahun dengan cedera kepala sedang,close fraktur femur dextra, danmultiple close fraktur costaesertahematotorakstelah dilakukan pemasangan WSD," terang Raditya menjelaskan kasus yang didapat selama jaga malam.Seakan mendapat serangan fajar, sejak naik jaga sampai pukul tujuh tadi pagi, dia tidak punya waktu walau sekadar menaruh pantat di kursi. Ditambah ada pasien kejang yang dicurigai sakit meningitis namun terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan sampai mengalami penurunan kesadaran. Selain itu, ada pasien kecelakaan motor yang justru kendaraan roda dua miliknya dibawa kabur oleh si penolong. Sungguh semalam adalah faseroller coasteryang pastinya akan selalu terjadi di UGD rumah sakit mana pun."Mbak, tadi keluarganya mana? Saya mau jelasin masalah hasil foto dan pemeriksaan," tanya Raditya.
"Hei, akhirnya ketemu juga," sapa Brian yang kebetulan mengantar pasien ke ruang ICU Anestesi karena butuh penanganan khusus."Hei," sapa Valentina balik dengan canggung.Kenapa aku bisa lupa kalau punya pacar?"Apa kabar? Kamu sibuk banget ya sampai WA-ku enggak dibalas?" sindir Brian dengan senyum nanar."Ng ... sebenarnya aku ...""Ada apa sih sama kamu, Tin?" sembur Brian seakan tak sabar dengan perubahan sikap kekasihnya yang dinilai sudah terlalu menjauh. "Aku merasa status kita cuma tinggal nama doang deh.""Kamu baper banget sih, Brian," ketus Valentina mulai terpancing e
Seperti ditabok dari alam lain, pupil Valentina seketika melebar menyadari betapa tak terkontrol mulutnya bisa membocorkan rahasia besar. Cepat-cepat dia menggeleng sambil meringis dan berkata, "Canda doang. Iya kali dokter Raditya kawin sama saya, Mbak."Hatinya sudah berdetak tak karuan seperti dikejar penagih hutang atau dipelototi dosen penguji sewaktu ujian OSCE. Kalau pun ada satu monitor yang mendeteksi bagaimana debaran di dadanya sekarang, Valentina yakin kalau para perawat di sini akan melempar kejut listrik atau suntik penenang. Selain itu, ingin sekali dia membenturkan kepala sendiri agar tetap waras untuk tetap bungkam bukannya meluncurkan pernyataan yang bisa membuat geger satu rumah sakit.Kayaknya sedunia juga bakalan kaget kalau tahu aku nikah sama si mata empat.
Dasar alay! Bocil kematian!Bisakah Raditya menyematkan dua kata itu untuk Valentina? Dia mengira Valentina dihantui penunggu rumah atau dikejar tikus sampai wajahnya memerah dengan mata sembab. Nyatanya ada hal yang lebih tidak penting yang sedang ditangisi gadis itu. Padahal saat Raditya melihat pertengkaran dua mahasiswa perawat di masjid tadi sore, rasanya Valentina terlihat percaya diri untuk menyatakan pisah dari pacar kekanakannya. Sekarang, lihatlah wahai alam semesta! Gadis bermulut besar ini ternyata hanyalah pembual yang menyesali keputusannya sampai merangkul tubuh Raditya yang lengket karena keringat."Dit ... aku putus ... huhuhu..." keluh Valentina. "Beli tahu tek yuk, Dit, biar aku enggak sedih."Ya Tuhan ... udah tahu patah hati yang di
Detak jam di dinding menunjukkan pukul sebelas malam lewat sepuluh, menyisakan suara kucing atau sesekali suara cicak yang sedang pesta nyamuk di teras rumah. Di ruang tamu yang penerangannya sengaja dimatikan, Valentina tengah merangkul lengan Raditya erat sambil sesekali berteriak kencang. Raditya yang setengah sadar karena kelelahan berjingkat kaget saat melihat adegan hantu 'ibu' tengah berdiri di belakang jendela dengan pandangan kosong. Belum lagi efekbacksoundyang menambah epik film Pengabdi Setan seri pertama yang disutradarai Joko Anwar.Raditya mendengus melihat kelakuan Valentina yang tidak dipegang omongannya. Dia yakin setelah ini gadis itu akan mengganggu Raditya dengan permintaan aneh-aneh seperti sebelumnya. Dia menguap lebar, walau film ini menarik ditonton tapi matanya sudah seperti lampu lima watt mau korsleting tak sanggup menahan kan
"Loh, Tina!" seru Okin berpapasan dengan Valentina di masjid dengan rambut basah. "Enggak punya rumah ya sampai mandi di sini?" ejeknya sambil tertawa."Kampret! Mandi di sini gratis dan praktis, kamu enggak bisa membedakan antara enggak punya rumah sama memanfaatkan fasilitas yang ada," kilah Valentina membuka tasnya dan mencaripouchmake up.Setelah ketemu, barulah dia memulai ritual mengenakan berbagai macam riasan seperti moisturizer agar wajahnya tak kering kerontang bak di gurun pasir, memulas bedak, menggambar alis dan terakhir lip tint oranye. Tak lupa menyemprotkan parfum banyak-banyak agar semerbak."Mau praktik apa open BO?" ledek Okin yang dibalas pukulan di lengan."Jancuk lambemu,ini tuh nam
"Ketan susu meses satu sama sekoteng satu," kata Valentina kepada seorang laki-laki berusia sekitar 20-an mengenakan seragam hijau dan kuning mencolok. "Sayang, kamu mau apa?""Ketan nangka keju sama susu jahe, Mas," titah Raditya. "Makan di sini atau bungkus?" tanya si lelaki."Makan di sini, Mas," jawab Valentina. "Ini uangnya.""Uangnya 50 ribu, total 38 ribu. Ini kembaliannya 12 ribu, silakan ditunggu di dalam, Mbak," ujar si lelaki menyilakan Valentina dan Raditya duduk di kursi selagi menunggu menu mereka disiapkan. "Makasih."Tidak afdal rasanya kalau ke alun-alun kota Batu tidak mengunjungi Pos Ketan yang sudah berdiri sejak 1967. Apalagi ini langganan Raditya sedari jaman-jaman kuliah ketika punya waktu untuk ke Cangar atau sebatas ngopi sambil haha-hihi. Tapi, dia tidak akan bercerita kepada Valentina kalau dulu Raditya pergi bersama Julia dan beberapa anak lain. Dia bersumpah untuk menyimpan rahasia itu seorang diri. Daripada perang dunia nggak dikasih jatah? Siapa yang
Our First and Re-honeymoonSenyum yang mengembang bagai roti kelebihan bahan tidak dapat lenyap begitu saja dari bibir bergincu merah menyala itu. Valentina mematut diri di depan cermin, menyisir rambut tebal nan hitam legam tersebut kemudian mengikatnya ala ekor kuda. Dia bersiul sebentar, memuji diri sendiri betapa cantik dirinya saat ini. Kemudian mengerling mata bagai remaja dilanda kasmaran lantas membenarkan posisi bra agar terkesan penuh dan seksi di depan suami.Baru sadar kalau habis punya anak, dadaku agak gedean dikit. Kalau gini kan dadaku agak mirip sama mantannya Radit si dokter Julia itu. Bawa lingerie yang modelnya kelinci nggak ya?Valentina terkikik sendiri membayangkan dirinya berkamuflase menjadi kelinci genit yang menjamu pria-pria nakal di kelab malam. Dia menggeleng keras mengurungkan niat untuk menggoda Raditya dengan cara seperti itu. Walau tanpa baju-baju cosplay menggiurkan mata, Valentina tahu di mana titik kelemahan Raditya. Di sisi lain, setelah sekian l
"Halo, Siang, Bu Siska," sapa Valentina melalui sambungan telepon. "Maaf, saya boleh titip Salsa sebentar? Ini saya masih di perjalanan, baru selesai rawat luka pasien.""Oh iya enggak apa-apa kok Mamanya Salsa," kata Siska--guru TK."Maaf ya, Bu Siska ... Salsa enggak nakal kan?" tanya Valentina menyalakan mesin motor. "Soalnya lusa kemarin habis bertengkar sama temennya sampai nangis.""Enggak, ini anaknya masih menggambar sama Tio," ucap Siska. "Mamanya Tio juag titip sebentar karena masih di Posyandu.""Salsa enggak borong jajan tanpa uang kan? Saya sungkan loh sama Bu Sri kantin, anak saya selalu minta jajan bayar belakangan," keluh Valentina. "Iya kalau satu buah, satu kresek penuh itu loh Bu
Lima tahun kemudian..."Mama ... Mama ..." teriak bocah kecil yang mengenakan kaus kutang bermotif stroberi juga celana pendek senada. Dia berlari seraya membawa es krim di tangan kanan sementara di tangan kiri menenteng plastik berlogo Indoapril berisi makanan ringan. Mulut anak perempuan berambut pendek itu terkena es krim cokelat yang sesekali dia makan begitu lahap tanpa takut giginya ompong."Tante ..." teriak beberapa anak bersamaan mengekori bocah kecil itu. "Tante! Salsa beli jajan enggak bawa uang lagi!"Valentina yang baru saja mensterilkan alat-alat rawat luka di mesin sterilizer, buru-buru menghampiri sumber suara dan bola matanya nyaris menggelinding mendapati penampilan anaknya sudah tak karuan. Seketika gelombang amarah langsung naik ke ubun
###Suara sirene menggaung keras manakala mobil ambulance melaju dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan padat merayap menuju rumah sakit. Mobil darurat tersebut membawa Valentina yang sedang mengerang kesakitan di bagian perut. Hingga peluh keringat sebesar biji jagung membasahi sekujur tubuh bersamaan napas cepat akibat tak bisa menahan lebih lama sensasi nyeri bagai tulang yang diremukkan bersamaan. Dia menangis seraya memanggil nama Raditya juga mamanya, memohon agar rasa ngilu tanpa ujung ini segera berakhir.Petugas medis yang mendampingi Valentina menyuruh gadis itu untuk menarik napas dalam dan jangan mengejan dulu karena pembukaan belum lengkap. Valentina menggeleng, panik bercampur nyeri, tidak bisa berpikir jernih akibat kontraksi yang menyayat-nyayat setiap lapisan kulit menuju bagian dalam perut. Sementar
Hal paling menyenangkan setelah menyelesaikan ujian akhir semester dua adalah mereka tidak perlu lagi ke lahan praktik, mengejar-ngejar dosen dan pembimbing klinik untuk minta nilai atau tanda tangan, tidak ada jam begadang untuk menulis laporan kasus di buku jurnal maupun presentasi besar sampai adu debat teori, tidak ada pula ujian-ujian yang menguras pikiran, tidak ada juga tumpukan buku yang menghiasi. Walaupun panggilan kebangsaan 'dek siswa' beserta semua kegiatanhecticdi tempat magang bakal dirindukan.Jujur saja, selama masa praktik, mereka bisa bertemu dengan mahasiswa dari kampus lain baik sesama mahasiswa perawat, dokter muda, farmasi, hingga bidan. Mereka saling tukar ilmu, tukar nomor telepon untuk mempererat pertemanan, hingga follow akun media sosial. Tak jarang pula cinta lokasi lintas jurusan maupun satu kelompok sering terjadi.
'Jangan berisik!''Sedang mengerjakan KTI''Ners ngenes garai duwek ambles!''OTW wisuda langsung ahh!!!'"Ambigu bener tulisannya," gumam Raditya mendapati deretan tulisan di atas kertas yang tertempel di pintu kamar istrinya. "Tin!" teriaknya sambil mengetuk pintu."Selamat datang Bapak Raditya yang terhormat," ucap Valentina melaluispeaker bluetoothyang sengaja ditaruh di atas laci dekat bersebelahan di antara bingkai foto pernikahan mereka dan vas bunga palsu. Raditya nyaris terperanjat kaget karena tidak menyadari sejak kapan laci itu dipindah dari ruang tamu ke samping pintu
"Saya mendapat kasus sepsis neonatorum, Bu, atas nama bayi Ny. S usia empat puluh hari," kata Valentina saat berhadapan dengan pembimbing klinik. "Maaf, Bu, untuk data subjektifnya saya agak kesusahan karena orang tua pasien jarang datang ke sini. Jadi, saya pakai data yang ada di rekam medis.""Masa enggak datang sama sekali?" tanya Bu Dewi tanpa memandang Valentina karena fokus mengoreksi hasil pekerjaan tangan gadis itu."Sungguh, Bu, saya sampai titip ke teman saya sama buattakenkontrak kalau ketemu keluarga pasien," jawab Valentina mengacungkan tangan kanan membentuk huruf V."Ini di pemeriksaan B1 kok tidak sesak tapi ada retraksi dinding dada?" tanya Bu Dewi menunjuk bagian pemeriksaan fisik B1--sistem pernapasan. "Ciri-ciri sesak napas
Maju-mundur seperti undur-undur yang hendak menggali jebakan di tanah ketika iris mata bulat nan lentik itu mengamati boks bayi cukup lama. Suasana hati yang biasanya antusias terhadap hal-hal baru di setiap stase kini mendadak luruh tanpa bekas. Menguap entah ke mana meski dia berusaha mencari sisa-sisa jejaknya. Menggenggam erat botol susu hangat yang sudah disiapkan untuk jadwal pemberian nutrisi bayi, Valentina malah mematung seakan-akan sandal khusus ruang Nicu memiliki perekat bagai lem tikus super.Justru matanya malah berkaca-kaca membayangkan bagaimana jika anaknya berada di dalam kotak itu? Bagaimana jika nanti saat dia melahirkan ada kelainan yang dialami sang jabang bayi? Bagaimana jika makanan dan minuman yang dia konsumsi selama ini tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya? Bagaimana?Kemarin saja ada salah