Detak jam di dinding menunjukkan pukul sebelas malam lewat sepuluh, menyisakan suara kucing atau sesekali suara cicak yang sedang pesta nyamuk di teras rumah. Di ruang tamu yang penerangannya sengaja dimatikan, Valentina tengah merangkul lengan Raditya erat sambil sesekali berteriak kencang. Raditya yang setengah sadar karena kelelahan berjingkat kaget saat melihat adegan hantu 'ibu' tengah berdiri di belakang jendela dengan pandangan kosong. Belum lagi efek backsound yang menambah epik film Pengabdi Setan seri pertama yang disutradarai Joko Anwar.
Raditya mendengus melihat kelakuan Valentina yang tidak dipegang omongannya. Dia yakin setelah ini gadis itu akan mengganggu Raditya dengan permintaan aneh-aneh seperti sebelumnya. Dia menguap lebar, walau film ini menarik ditonton tapi matanya sudah seperti lampu lima watt mau korsleting tak sanggup menahan kan
"Loh, Tina!" seru Okin berpapasan dengan Valentina di masjid dengan rambut basah. "Enggak punya rumah ya sampai mandi di sini?" ejeknya sambil tertawa."Kampret! Mandi di sini gratis dan praktis, kamu enggak bisa membedakan antara enggak punya rumah sama memanfaatkan fasilitas yang ada," kilah Valentina membuka tasnya dan mencaripouchmake up.Setelah ketemu, barulah dia memulai ritual mengenakan berbagai macam riasan seperti moisturizer agar wajahnya tak kering kerontang bak di gurun pasir, memulas bedak, menggambar alis dan terakhir lip tint oranye. Tak lupa menyemprotkan parfum banyak-banyak agar semerbak."Mau praktik apa open BO?" ledek Okin yang dibalas pukulan di lengan."Jancuk lambemu,ini tuh nam
Kamar mandi yang menjadi salah satu fasilitas masjid yang ada di rumah sakit tempat Valentina magang sepertinya selalu menjadi saksi bisu semua curahan hati. Maklum saja, setelah mempermalukan diri sendiri di depan banyak koas dan mahasiswa perawat lain, Valentina menjadi bualan karena sudah dianggap terlalu agresif menyatakan perasaan ke Raditya. Manalagi si residen kampret tidak membela Valentina sama sekali hanya terdiam sambil menulis hasilvisitepasien ke rekam medis.Valentina berjongkok, mengobok air seraya terus mengomel di antara suara keran air yang memenuhi ember bercat hijau tua. Sekarang gadis itu tidak tahu harus di mana menaruh mukanya saat bertemu Raditya nanti. Apakah efek ciuman itu sungguh melemahkan otak dan mengaburkan ingatan kalau mereka sebenarnya saling tak cinta? Atau justru menggetarkan hati untuk memercik api-api cinta? V
"Wah, ada gebetan baru nih!" sindir Julia di kantin rumah sakit setelah akhirnya bertemu Raditya di akhirshift.Dia menyedot minumannya sampai tak tersisa lalu menyandarkan punggung ke kursi sambil melipat tangan di dada. "Kayaknya dari tatapan kamu, kalian berdua kenal dekat."Raditya yang sedang menikmati seporsi nasi ayam geprek mengabaikan sejenak ocehan kekasihnya. Perutnya sudah melilit akibat tenaga yang sudah terkuras habis setelah melakukan kunjungan pasien, responsi dengan dokter bimbingannya, sampai mengajari anak-anak koas. Walau masih tahun kedua, banyak PPDS senior yang merekomendasikan Raditya sebagai tempat untuk belajar para calon dokter muda. Alhasil, pujian itu menjadi beban besar di punggung. Kadang dia berpendapat kalau lebih baik menjadi dokter yang biasa-biasa saja daripada harus menonjol seperti ini. Sayang, sisi lain Raditya yang ambisi
"Ish, kampret, kampret awakmu, Tin!" rutuk Valentina memukul kepalanya dengan kepalan tangan sambil berjongkok di depan ember kamar mandi. Kemudian dipandang nyalang pintu kayu bercat cokelat itu sambil mencibir Raditya yang bisa-bisanya mengajaknya dalam kesesatan dunia. Lalu, dia membasuh muka terutama bibir yang bolak-balik dijamah suami jahanam tak luput mengintip dada di balik kaus Minions dan berkata, "Anjir ... " Valentina merinding setengah mati saat Raditya hendak melepas celananya. Otomatis sisa kesadaran Valentina yang mengibarkan deretan cita-cita sebelum benar-benar punya anak membangunkan gadis itu. Refleks dia mendorong tubuh Raditya lalu berlari menuju kamar mandi menghiraukan suaminya yang sudah dipuncak gairah. Apakah hal ini termasuk dosa karena tidak bisa melayani sang suami? pikir Valentina. "Mana dia bilang sayang lagi, bilang aja pengen nganu," cibir Valentina mengambil sikat gigi untuk membersihkan giginya dari jejak Raditya. "Sebenarnya dia tuh suka sama ak
Seperti anak ayam, tiga mahasiswa itu berdiri sejajar seraya menundukkan kepala mendengar omelan yang seharusnya dilontarkan kepala ruangan. Entah salah siapa dan apa yang mereka lakukan hingga sang residen yang terkenal kejam itu menceramahi Valentina dkk masalah etika di rumah sakit. Sampai Dyas menyikut Valentina menyiratkan kalau dia tidak mengerti apa yang dipermasalahkan.Valentina menyuruh Dyas diam daripada Raditya kebakaran jenggot dan bisa melaporkannya ke kepala ruangan yang sedang menghadiri rapat untuk akreditasi rumah sakit. Sementara Okin memajukan mulutnya tak terima harus bertemu dengan dokter yang pernah mempermalukannya di UGD. Sayang, hubungan dokter-perawat seperti mereka tidak akan pernah bisa dipisahkan sekalipun ingin memaki kesombongan sang residen."Kamu juga Valentina!" tunjuk Raditya berkacak
"Heh! Ngapain ke sini!" hardik Julia seakan menangkap basah tikus kotor berwujud Valentina. Bagaimana mungkin gadis berpakaian daster itu berada di rumah Raditya? Ataukah pembantu yang selama ini diceritakan sang kekasih adalah Valentina? Lantas kenapa Raditya harus berbohong sejauh ini padanya? Hubungan macam apa sampai gadis itu mau menjadi pengurus rumah seorang bujangan tampan seperti Raditya?"Lah, ngapain dokter datang ke sini?" balas Valentina berusaha setenang mungkin menutupi rasa gugup yang mulai menguasai. Dia merutuki Julia dalam hati kenapa dokter sok cantik yang mulutnya ngalahin emak-emak ditagih rentenir malah datang tanpa permisi. "Ini kan rumah saya.""Rumah kamu?" Dia menganga lebar lantas tersenyum miring menyorot penampilan kumuh Valentina. "Ck, dadi pembantu ae sombong!"(jadi pembantu aja sombong)Hilang sudah kesabaran Valentina, kedua tangannya otomatis mengangkat ember berisi air bekas pel yang sudah sangat keruh kemudian menyiramkannya tepat mengenai wajah s
Siku kanan Valentina menyikut tulang iga Raditya sambil menggerutu kenapa masalah ini sampai terdengar ke Sofia yang notabene adalah mertuanya. Tidak hanya perempuan paruh baya itu tapi juga ibunya sendiri duduk di samping Sofia seperti menjadi hakim anggota persidangan kecil ini. Valentina perlu waktu lebih banyak untuk menebalkan telinganya saat dua mak-mak bersatu. Mungkin ocehan mertuanya Valentina akan tahan, tapi tidak dengan omelan ibunya sendiri yang bisa dari huruf A sampai Z tanpa memedulikan ada hujan dan panas.Di sisi lain, kemarin Sofia kaget bukan main mendapat telepon dari Julia yang dianggap sudah menjadi mantan Raditya ternyata masih menjalin hubungan dengan putra tunggalnya. Untung saja perempuan paruh baya yang tidak menunjukkan tanda-tanda penuaan itu tidak memiliki riwayat penyakit jantung ketika mendengar anaknya telah memberikan janji kepada Julia. Sebuah u
"Pathwaypenyakit sampai munculnya diagnosa keperawatan, bisa kamu jelasin?" tanya pembimbing ruangan rawat inap perempuan bernama Novi.Dibalik kacamata minus yang dikenakan dan tampang bak pelawak Soimah, Novi dikenal sebagaiclinicalinstructorpaling perfeksionis kedua setelah Bu Christina di ruang ICU anestesi. Tentunya jangan lupakan Bu Fero di UGD, dia juga perfeksionis dan kejam. Tadi Okin kena semprot Bu Novi karena tidak bisa menjawab salah satu pertanyaan terkait pohon masalah atau proses terjadinya penyakit sampai timbul diagnosa keperawatan. Padahal kasus yang diambilnya termasuk mudah yaitu tentang gagal ginjal akut. Alhasil, dia disuruh mengulangpre-conferencebesok plus menghafal cara penghitunganbalancecairan.
"Ketan susu meses satu sama sekoteng satu," kata Valentina kepada seorang laki-laki berusia sekitar 20-an mengenakan seragam hijau dan kuning mencolok. "Sayang, kamu mau apa?""Ketan nangka keju sama susu jahe, Mas," titah Raditya. "Makan di sini atau bungkus?" tanya si lelaki."Makan di sini, Mas," jawab Valentina. "Ini uangnya.""Uangnya 50 ribu, total 38 ribu. Ini kembaliannya 12 ribu, silakan ditunggu di dalam, Mbak," ujar si lelaki menyilakan Valentina dan Raditya duduk di kursi selagi menunggu menu mereka disiapkan. "Makasih."Tidak afdal rasanya kalau ke alun-alun kota Batu tidak mengunjungi Pos Ketan yang sudah berdiri sejak 1967. Apalagi ini langganan Raditya sedari jaman-jaman kuliah ketika punya waktu untuk ke Cangar atau sebatas ngopi sambil haha-hihi. Tapi, dia tidak akan bercerita kepada Valentina kalau dulu Raditya pergi bersama Julia dan beberapa anak lain. Dia bersumpah untuk menyimpan rahasia itu seorang diri. Daripada perang dunia nggak dikasih jatah? Siapa yang
Our First and Re-honeymoonSenyum yang mengembang bagai roti kelebihan bahan tidak dapat lenyap begitu saja dari bibir bergincu merah menyala itu. Valentina mematut diri di depan cermin, menyisir rambut tebal nan hitam legam tersebut kemudian mengikatnya ala ekor kuda. Dia bersiul sebentar, memuji diri sendiri betapa cantik dirinya saat ini. Kemudian mengerling mata bagai remaja dilanda kasmaran lantas membenarkan posisi bra agar terkesan penuh dan seksi di depan suami.Baru sadar kalau habis punya anak, dadaku agak gedean dikit. Kalau gini kan dadaku agak mirip sama mantannya Radit si dokter Julia itu. Bawa lingerie yang modelnya kelinci nggak ya?Valentina terkikik sendiri membayangkan dirinya berkamuflase menjadi kelinci genit yang menjamu pria-pria nakal di kelab malam. Dia menggeleng keras mengurungkan niat untuk menggoda Raditya dengan cara seperti itu. Walau tanpa baju-baju cosplay menggiurkan mata, Valentina tahu di mana titik kelemahan Raditya. Di sisi lain, setelah sekian l
"Halo, Siang, Bu Siska," sapa Valentina melalui sambungan telepon. "Maaf, saya boleh titip Salsa sebentar? Ini saya masih di perjalanan, baru selesai rawat luka pasien.""Oh iya enggak apa-apa kok Mamanya Salsa," kata Siska--guru TK."Maaf ya, Bu Siska ... Salsa enggak nakal kan?" tanya Valentina menyalakan mesin motor. "Soalnya lusa kemarin habis bertengkar sama temennya sampai nangis.""Enggak, ini anaknya masih menggambar sama Tio," ucap Siska. "Mamanya Tio juag titip sebentar karena masih di Posyandu.""Salsa enggak borong jajan tanpa uang kan? Saya sungkan loh sama Bu Sri kantin, anak saya selalu minta jajan bayar belakangan," keluh Valentina. "Iya kalau satu buah, satu kresek penuh itu loh Bu
Lima tahun kemudian..."Mama ... Mama ..." teriak bocah kecil yang mengenakan kaus kutang bermotif stroberi juga celana pendek senada. Dia berlari seraya membawa es krim di tangan kanan sementara di tangan kiri menenteng plastik berlogo Indoapril berisi makanan ringan. Mulut anak perempuan berambut pendek itu terkena es krim cokelat yang sesekali dia makan begitu lahap tanpa takut giginya ompong."Tante ..." teriak beberapa anak bersamaan mengekori bocah kecil itu. "Tante! Salsa beli jajan enggak bawa uang lagi!"Valentina yang baru saja mensterilkan alat-alat rawat luka di mesin sterilizer, buru-buru menghampiri sumber suara dan bola matanya nyaris menggelinding mendapati penampilan anaknya sudah tak karuan. Seketika gelombang amarah langsung naik ke ubun
###Suara sirene menggaung keras manakala mobil ambulance melaju dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan padat merayap menuju rumah sakit. Mobil darurat tersebut membawa Valentina yang sedang mengerang kesakitan di bagian perut. Hingga peluh keringat sebesar biji jagung membasahi sekujur tubuh bersamaan napas cepat akibat tak bisa menahan lebih lama sensasi nyeri bagai tulang yang diremukkan bersamaan. Dia menangis seraya memanggil nama Raditya juga mamanya, memohon agar rasa ngilu tanpa ujung ini segera berakhir.Petugas medis yang mendampingi Valentina menyuruh gadis itu untuk menarik napas dalam dan jangan mengejan dulu karena pembukaan belum lengkap. Valentina menggeleng, panik bercampur nyeri, tidak bisa berpikir jernih akibat kontraksi yang menyayat-nyayat setiap lapisan kulit menuju bagian dalam perut. Sementar
Hal paling menyenangkan setelah menyelesaikan ujian akhir semester dua adalah mereka tidak perlu lagi ke lahan praktik, mengejar-ngejar dosen dan pembimbing klinik untuk minta nilai atau tanda tangan, tidak ada jam begadang untuk menulis laporan kasus di buku jurnal maupun presentasi besar sampai adu debat teori, tidak ada pula ujian-ujian yang menguras pikiran, tidak ada juga tumpukan buku yang menghiasi. Walaupun panggilan kebangsaan 'dek siswa' beserta semua kegiatanhecticdi tempat magang bakal dirindukan.Jujur saja, selama masa praktik, mereka bisa bertemu dengan mahasiswa dari kampus lain baik sesama mahasiswa perawat, dokter muda, farmasi, hingga bidan. Mereka saling tukar ilmu, tukar nomor telepon untuk mempererat pertemanan, hingga follow akun media sosial. Tak jarang pula cinta lokasi lintas jurusan maupun satu kelompok sering terjadi.
'Jangan berisik!''Sedang mengerjakan KTI''Ners ngenes garai duwek ambles!''OTW wisuda langsung ahh!!!'"Ambigu bener tulisannya," gumam Raditya mendapati deretan tulisan di atas kertas yang tertempel di pintu kamar istrinya. "Tin!" teriaknya sambil mengetuk pintu."Selamat datang Bapak Raditya yang terhormat," ucap Valentina melaluispeaker bluetoothyang sengaja ditaruh di atas laci dekat bersebelahan di antara bingkai foto pernikahan mereka dan vas bunga palsu. Raditya nyaris terperanjat kaget karena tidak menyadari sejak kapan laci itu dipindah dari ruang tamu ke samping pintu
"Saya mendapat kasus sepsis neonatorum, Bu, atas nama bayi Ny. S usia empat puluh hari," kata Valentina saat berhadapan dengan pembimbing klinik. "Maaf, Bu, untuk data subjektifnya saya agak kesusahan karena orang tua pasien jarang datang ke sini. Jadi, saya pakai data yang ada di rekam medis.""Masa enggak datang sama sekali?" tanya Bu Dewi tanpa memandang Valentina karena fokus mengoreksi hasil pekerjaan tangan gadis itu."Sungguh, Bu, saya sampai titip ke teman saya sama buattakenkontrak kalau ketemu keluarga pasien," jawab Valentina mengacungkan tangan kanan membentuk huruf V."Ini di pemeriksaan B1 kok tidak sesak tapi ada retraksi dinding dada?" tanya Bu Dewi menunjuk bagian pemeriksaan fisik B1--sistem pernapasan. "Ciri-ciri sesak napas
Maju-mundur seperti undur-undur yang hendak menggali jebakan di tanah ketika iris mata bulat nan lentik itu mengamati boks bayi cukup lama. Suasana hati yang biasanya antusias terhadap hal-hal baru di setiap stase kini mendadak luruh tanpa bekas. Menguap entah ke mana meski dia berusaha mencari sisa-sisa jejaknya. Menggenggam erat botol susu hangat yang sudah disiapkan untuk jadwal pemberian nutrisi bayi, Valentina malah mematung seakan-akan sandal khusus ruang Nicu memiliki perekat bagai lem tikus super.Justru matanya malah berkaca-kaca membayangkan bagaimana jika anaknya berada di dalam kotak itu? Bagaimana jika nanti saat dia melahirkan ada kelainan yang dialami sang jabang bayi? Bagaimana jika makanan dan minuman yang dia konsumsi selama ini tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya? Bagaimana?Kemarin saja ada salah