"Untuk kasus keempat, pasien atas nama Nona A usia 22 tahun dengan cedera kepala sedang, close fraktur femur dextra, dan multiple close fraktur costae serta hematotoraks telah dilakukan pemasangan WSD," terang Raditya menjelaskan kasus yang didapat selama jaga malam.
Seakan mendapat serangan fajar, sejak naik jaga sampai pukul tujuh tadi pagi, dia tidak punya waktu walau sekadar menaruh pantat di kursi. Ditambah ada pasien kejang yang dicurigai sakit meningitis namun terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan sampai mengalami penurunan kesadaran. Selain itu, ada pasien kecelakaan motor yang justru kendaraan roda dua miliknya dibawa kabur oleh si penolong. Sungguh semalam adalah fase roller coaster yang pastinya akan selalu terjadi di UGD rumah sakit mana pun.
"Mbak, tadi keluarganya mana? Saya mau jelasin masalah hasil foto dan pemeriksaan," tanya Raditya.
"Hei, akhirnya ketemu juga," sapa Brian yang kebetulan mengantar pasien ke ruang ICU Anestesi karena butuh penanganan khusus."Hei," sapa Valentina balik dengan canggung.Kenapa aku bisa lupa kalau punya pacar?"Apa kabar? Kamu sibuk banget ya sampai WA-ku enggak dibalas?" sindir Brian dengan senyum nanar."Ng ... sebenarnya aku ...""Ada apa sih sama kamu, Tin?" sembur Brian seakan tak sabar dengan perubahan sikap kekasihnya yang dinilai sudah terlalu menjauh. "Aku merasa status kita cuma tinggal nama doang deh.""Kamu baper banget sih, Brian," ketus Valentina mulai terpancing e
Seperti ditabok dari alam lain, pupil Valentina seketika melebar menyadari betapa tak terkontrol mulutnya bisa membocorkan rahasia besar. Cepat-cepat dia menggeleng sambil meringis dan berkata, "Canda doang. Iya kali dokter Raditya kawin sama saya, Mbak."Hatinya sudah berdetak tak karuan seperti dikejar penagih hutang atau dipelototi dosen penguji sewaktu ujian OSCE. Kalau pun ada satu monitor yang mendeteksi bagaimana debaran di dadanya sekarang, Valentina yakin kalau para perawat di sini akan melempar kejut listrik atau suntik penenang. Selain itu, ingin sekali dia membenturkan kepala sendiri agar tetap waras untuk tetap bungkam bukannya meluncurkan pernyataan yang bisa membuat geger satu rumah sakit.Kayaknya sedunia juga bakalan kaget kalau tahu aku nikah sama si mata empat.
Dasar alay! Bocil kematian!Bisakah Raditya menyematkan dua kata itu untuk Valentina? Dia mengira Valentina dihantui penunggu rumah atau dikejar tikus sampai wajahnya memerah dengan mata sembab. Nyatanya ada hal yang lebih tidak penting yang sedang ditangisi gadis itu. Padahal saat Raditya melihat pertengkaran dua mahasiswa perawat di masjid tadi sore, rasanya Valentina terlihat percaya diri untuk menyatakan pisah dari pacar kekanakannya. Sekarang, lihatlah wahai alam semesta! Gadis bermulut besar ini ternyata hanyalah pembual yang menyesali keputusannya sampai merangkul tubuh Raditya yang lengket karena keringat."Dit ... aku putus ... huhuhu..." keluh Valentina. "Beli tahu tek yuk, Dit, biar aku enggak sedih."Ya Tuhan ... udah tahu patah hati yang di
Detak jam di dinding menunjukkan pukul sebelas malam lewat sepuluh, menyisakan suara kucing atau sesekali suara cicak yang sedang pesta nyamuk di teras rumah. Di ruang tamu yang penerangannya sengaja dimatikan, Valentina tengah merangkul lengan Raditya erat sambil sesekali berteriak kencang. Raditya yang setengah sadar karena kelelahan berjingkat kaget saat melihat adegan hantu 'ibu' tengah berdiri di belakang jendela dengan pandangan kosong. Belum lagi efekbacksoundyang menambah epik film Pengabdi Setan seri pertama yang disutradarai Joko Anwar.Raditya mendengus melihat kelakuan Valentina yang tidak dipegang omongannya. Dia yakin setelah ini gadis itu akan mengganggu Raditya dengan permintaan aneh-aneh seperti sebelumnya. Dia menguap lebar, walau film ini menarik ditonton tapi matanya sudah seperti lampu lima watt mau korsleting tak sanggup menahan kan
"Loh, Tina!" seru Okin berpapasan dengan Valentina di masjid dengan rambut basah. "Enggak punya rumah ya sampai mandi di sini?" ejeknya sambil tertawa."Kampret! Mandi di sini gratis dan praktis, kamu enggak bisa membedakan antara enggak punya rumah sama memanfaatkan fasilitas yang ada," kilah Valentina membuka tasnya dan mencaripouchmake up.Setelah ketemu, barulah dia memulai ritual mengenakan berbagai macam riasan seperti moisturizer agar wajahnya tak kering kerontang bak di gurun pasir, memulas bedak, menggambar alis dan terakhir lip tint oranye. Tak lupa menyemprotkan parfum banyak-banyak agar semerbak."Mau praktik apa open BO?" ledek Okin yang dibalas pukulan di lengan."Jancuk lambemu,ini tuh nam
Kamar mandi yang menjadi salah satu fasilitas masjid yang ada di rumah sakit tempat Valentina magang sepertinya selalu menjadi saksi bisu semua curahan hati. Maklum saja, setelah mempermalukan diri sendiri di depan banyak koas dan mahasiswa perawat lain, Valentina menjadi bualan karena sudah dianggap terlalu agresif menyatakan perasaan ke Raditya. Manalagi si residen kampret tidak membela Valentina sama sekali hanya terdiam sambil menulis hasilvisitepasien ke rekam medis.Valentina berjongkok, mengobok air seraya terus mengomel di antara suara keran air yang memenuhi ember bercat hijau tua. Sekarang gadis itu tidak tahu harus di mana menaruh mukanya saat bertemu Raditya nanti. Apakah efek ciuman itu sungguh melemahkan otak dan mengaburkan ingatan kalau mereka sebenarnya saling tak cinta? Atau justru menggetarkan hati untuk memercik api-api cinta? V
"Wah, ada gebetan baru nih!" sindir Julia di kantin rumah sakit setelah akhirnya bertemu Raditya di akhirshift.Dia menyedot minumannya sampai tak tersisa lalu menyandarkan punggung ke kursi sambil melipat tangan di dada. "Kayaknya dari tatapan kamu, kalian berdua kenal dekat."Raditya yang sedang menikmati seporsi nasi ayam geprek mengabaikan sejenak ocehan kekasihnya. Perutnya sudah melilit akibat tenaga yang sudah terkuras habis setelah melakukan kunjungan pasien, responsi dengan dokter bimbingannya, sampai mengajari anak-anak koas. Walau masih tahun kedua, banyak PPDS senior yang merekomendasikan Raditya sebagai tempat untuk belajar para calon dokter muda. Alhasil, pujian itu menjadi beban besar di punggung. Kadang dia berpendapat kalau lebih baik menjadi dokter yang biasa-biasa saja daripada harus menonjol seperti ini. Sayang, sisi lain Raditya yang ambisi
"Ish, kampret, kampret awakmu, Tin!" rutuk Valentina memukul kepalanya dengan kepalan tangan sambil berjongkok di depan ember kamar mandi. Kemudian dipandang nyalang pintu kayu bercat cokelat itu sambil mencibir Raditya yang bisa-bisanya mengajaknya dalam kesesatan dunia. Lalu, dia membasuh muka terutama bibir yang bolak-balik dijamah suami jahanam tak luput mengintip dada di balik kaus Minions dan berkata, "Anjir ... " Valentina merinding setengah mati saat Raditya hendak melepas celananya. Otomatis sisa kesadaran Valentina yang mengibarkan deretan cita-cita sebelum benar-benar punya anak membangunkan gadis itu. Refleks dia mendorong tubuh Raditya lalu berlari menuju kamar mandi menghiraukan suaminya yang sudah dipuncak gairah. Apakah hal ini termasuk dosa karena tidak bisa melayani sang suami? pikir Valentina. "Mana dia bilang sayang lagi, bilang aja pengen nganu," cibir Valentina mengambil sikat gigi untuk membersihkan giginya dari jejak Raditya. "Sebenarnya dia tuh suka sama ak