Share

Olahraga Bersama

Penulis: Isti12
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-11 11:11:47

Alexander berjongkok dengan satu lutut menyentuh lantai–memasangkan sepatu Arandra. Dengan jacket hitam dan bawahan celana training model klasik yang memiliki panjang sampai ujung kaki, serta sneakers berwarna senada, wanita itu tampak bersemangat untuk olahraga. Dia bangun pagi-pagi sekali–memang berniat untuk ikut Alexander lari pagi.

"Sudah." Alexander bangkit setelah selesai mengikat tali sepatu Arandra. Lelaki dengan kaos laurel green pas badan yang dimasukkan ke dalam celana training itu mengulurkan tangan–menggandeng tangan Arandra.

Arandra bangkit dari sofa bench yang dia duduki. Dengan genggaman tangan Alexander di tangannya, mereka berjalan bersama keluar kamar. Arandra mengayun-ayunkan tangannya yang terutama dengan lelaki itu.

"Kenapa terlihat semangat sekali hari ini? Biasanya sangat malas jika disuruh olahraga." Alexandra menekan dengan gemas kedua pipi Arandra dengan ibu jari dan jari telunjuknya–membuat bibir Arandra tampak maju ke depan.

Arandra menjauhkan tangan Alex
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Bibit Perusak Rumah Tangga

    Alexander masuk dengan lengan melingkar di leher Arandra. Sementara Arandra sendiri sibuk memakan es krim yang dibelinya di jalan."Sir." Seseorang yang berada di ruang tamu langsung bangkit dari duduknya begitu menyadari kehadiran Alexander. Itu Anggita–sekretaris Alexander."Kau di sini? Ada apa?" tanya Alexander sambil melepaskan rangkulannya dari Arandra."Maaf menganggu waktu Anda. Saya ingin meminta tanda tangan Anda untuk berkas yang sangat urgent."Alexander meraih berkas yang diulurkan Anggita. Melihat berkas yang dimaksud."Sebelumnya saya sudah sempat menghubungi Anda, tapi tidak bisa. Jadi saya langsung datang kemari.""Aku meninggalkan ponselku di rumah," kata Alexander dengan tatapan masih pada berkas di tangannya. Lalu dia menatap Arandra. Alexander mengusap sudut bibirnya yang terdapat sisa es krim. "Pergi ke kamar. Bersihkan dirimu dulu. Nanti aku menyusul."Arandra tidak lantas mengangguk. Dia menatap perempuan dengan dress ketat berwarna merah di depannya. Cukup lam

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-12
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Gunting, Batu, Kertas

    Arandra membuka pintu kamar, menggelengkan kepala dengan kedua bibir masuk ke dalam mulut melihat Alexander yang masih berbaring dengan nyaman di tempat tidur. Dia berjalan menghampirinya dengan napas di hela."Alex, bangun." Dengan berdiri di samping ranjang tempat Alexander berbaring, Arandra menusuk-nusuk pelan lengan lelaki itu dengan jarinya. Berusaha membangunkannya.Terdengar gumaman tidak jelas dari Alexander. Namun lelaki itu tidak membuka matanya."Alex, bangun," ulang Arandra dengan nada gemas. Kali ini dengan mengguncang cukup kuat lengan Alexander. "Ini sudah sore. Kenapa kau tidur terus? Ayo kita berbelanja," katanya."Berbelanja untuk apa?" gumam Alexander sembari membuka matanya dengan malas."Untuk hadiah natal," jawab Arandra antusias. Beberapa hari lagi adalah perayaan natal, dan dia ingin berbelanja hadiah natal untuk diberikan pada orang-orang."Minta saja pelayan untuk membelinya. Katakan padanya kau ingin membeli apa."Balasan Alexander membuat Arandra mengerucu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-13
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Kesempatan

    Dengan kaki menyilang dan satu tangan berada di atas meja–menumpu kepalanya, Alexander membalik-balik kertas di depannya dengan satu tangannya yang lain. Kepalanya mengangguk-angguk. "Tapi apa kau yakin pembangunan resort ini akan mendapat persetujuan dari pemerintah setempat?"Mr. Aldrich mengangguk dengan yakin. "Dengan adanya resort ini akan memenuhi kebutuhan para wisatawan di sana. Selain itu, akan dapat menambah daya tarik pada kawasan itu sendiri. Jadi pembangunan resort ini jelas akan menguntungkan mereka juga. Saya juga sudah pergi ke sana sebelumnya dan mendapat tanggapan positif dari mereka.""Bagus. Kalau begitu kita akan memulai pembangunannya segera setelah proyek ini disetujui."Semua langsung menghembuskan napas lega setelah banyak keluhan diberikan oleh Alexander atas perencanaan pembangunan resort selama tiga jam melakukan rapat. Alexander adalah tipikal bos yang paling tidak suka jika ada suatu kekurangan. Semua harus berjalan dengan baik dan sempurna.Semua orang

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-14
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Harapan Terus Bersama

    Alexander membuka matanya, duduk, lalu menolehkan kepala ke kiri dan kanan. Tubuhnya terasa sakit semua. Kasur yang dia tiduri tidak empuk sama sekali, ranjangnya berderit hanya karena sedikit saja gerakan. Dia tidak akan mau lagi tidur di sini.Alexander menginap di rumah Rosaline bersama Arandra. Awalnya dia hanya berniat menjemput Arandra–Arandra belum juga pulang saat Alexander pulang dari kantor. Alexander menjemputnya, tapi dia merengek ingin menginap di sana. Dan seperti biasa, Alexander tidak bisa menolak keinginannya.Alexander turun dari ranjang. Membuka pintu kamar, menoleh ke kiri-kanan. Rosaline yang sedang menata makanan di meja makan datang menghampirinya."Tuan sudah bangun? Saya sudah menyiapkan makanan. Setelah ini kita bisa sarapan bersama."Alexander menatap meja makan–piring-piring berisi berbagai macam makanan tertata dengan rapi di atasnya. Alexander mengangguk, lalu dia bertanya. "Di mana istriku?""Nyonya Arandra ikut suami saya pergi ke ladang, Tuan. Katanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-15
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Obat

    Mereka merayakan natal di kediaman William. Bersama dengan Arthur dan Anggy, juga semua keluarga dari pihak Arthur dan beberapa dari pihak Anggy yang akan datang tidak lama lagi.Arandra terlihat tengah sibuk menyusun tumpukan kotak kado warna biru dan putih di bawah pohon natal, setelah sebelumnya telah mendekorasi pohon natalnya sendiri."Pohon natalnya sudah selesai?"Arandra yang sedang berjongkok di bawah pohon natal menoleh, mengangguk pada Anggy yang berjalan masuk dari pintu ruang keluarga sambil membawa tumpukan kado lain. Wanita itu meraih kotak-kotak yang di bawah Anggy dan menyusunnya bersama kado-kado yang dia bawa."Cantik tidak, Ibu?" tanya Arandra, meminta pendapat untuk pohon natal yang telah selesai dia dekorasi. Dengan ornamen dan pernak-pernik berwarna biru dan putih–memberikan kesan musim dingin yang sejuk dan khas natal. Perpaduan warna yang cocok dengan warna hijau pada pohon natal. Terlihat simpel tapi tetap menarik perhatian."Cantik sekali." Anggy menjawab de

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-16
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Kotak Musik

    "Jingle bells, jingle bells, jingle all the way... Oh what fun it is to ride, in a one-horse open sleigh, hey! Jingle bells, jingle bells, jingle all the way... Oh what fun it is to ride, in a one-horse open sleigh..."Malam natal tiba. Mansion William tampak sangat meriah. Semua keluarga berkumpul–berbincang-bincang riang ditemani suara denting lonceng dan iringan lagu natal yang membuat suasana makin meriah.Semua orang tampak riang dan bergembira menyambut perayaan natal. Berbeda dengan Arandra yang hanya berdiri diam di tepi ruangan. Kedua tangannya menyilang di perut–menatap sekitar dengan pandangan kosong, hingga matanya tanpa sengaja beradu dengan mata Alexander yang tengah berdiri di seberang ruangan–berbincang dengan suami Alena dan sepupunya yang lain. Lalu Alexander berjalan menghampirinya."Aku mencarimu sejak tadi. Kau kemana saja?" tanya Alexander sembari merengkuh pinggang Arandra–menariknya mendekat.Sejak Alexander pulang dari kan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-16
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Nama untuk Anak Mereka

    Ada yang berbeda dari Arandra. Selama menginap beberapa hari di mansion ayah dan ibunya, Alexander merasa Arandra menghindarinya. Arandra seolah mendiamkannya. Entah hanya perasaannya saja atau tidak, karena dia pun tidak merasa sedang bertengkar dengan Arandra. Arandra masih menyiapkan pakaiannya, memasangkan dasinya seperti biasa–tapi dengan tatapan yang lebih sering terlihat dingin. Raut perhatian dan cerianya tidak tampak."Ara, setelah sarapan kita pulang," kata Alexander bermaksud memberitahu, tidak untuk bertanya pada Arandra.Tapi Arandra membalasnya dengan penolakan. "Kau saja yang pulang. Aku masih mau di sini dulu," ucapnya sambil menyuap makanan ke dalam mulut–tidak menatap Alexander."Tidak bisa disebut pulang jika tidak denganmu," balas Alexander tegas–mulai kesal dengan sikap Arandra. Berkali-kali dia bertanya padanya, tapi jawaban Arandra selalu sama. Tidak ada apa-apa. Lalu dari mana Alexander bisa tahu apa yang menjadi masalahnya?"Ibu, tidak apa-apa kan kalau aku me

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Dunianya Sendiri

    Alexander menutup laptopnya, lalu mengangkat kedua tangannya–merenggangkan otot-ototnya yang terasa pegal, sebelum bangkit dari kursi kerjanya. Kemudian berjalan keluar menuju kamar.Di dalam tidak ada Arandra. Alexander menatap ke sekitar ketika ponselnya di atas nakas berdering. Melangkah ke arah ranjang, Alexander duduk di tepi ranjang dan mengangkat panggilan dari ibunya.["Apa yang sudah kau lakukan pada Arandra?"] Tanpa sapaan atau basa-basi terlebih dahulu, pertanyaan bernada kesal Anggy langsung terdengar begitu Alexander menempelkan ponselnya ke telinga.Alexander mengerutkan kening tidak paham. "Apa?"["Kau berbuat salah apa pada Arandra? Ibu mengamati tingkah kalian berdua. Wajah Arandra terlihat murung setiap saat. Dan dia juga mengabaikan mu kan?"]"Tidak...," jawab Alexander terdengar tidak yakin dari suaranya. "Aku dan Ara baik-baik saja..."["Jangan berbohong pada Ibu."] Anggy menyela cepat perkataan putranya. ["S

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17

Bab terbaru

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Sempurna

    "Alexander! Pulang sekarang! Arandra akan melahirkan!"Alexander memacu kakinya secepat mungkin. Berlari menyusuri koridor rumah sakit setelah melewati satu jam perjalanan.Jadi ini saatnya...Setelah melalui sembilan bulan yang panjang–mereka yang masih beberapa kali bertengkar perihal masalah yang sama, Arandra yang beberapa kali kesakitan, dan Alexander yang terus diliputi ketakutan–sekarang akan berakhir. Dan semuanya akan baik-baik saja."Bagaimana Arandra?" tanya Alexander cepat begitu sampai di hadapan Anggy dan Arthur yang duduk di depan ruang persalinan. Napasnya tidak beraturan."Arandra di dalam. Cepat temani dia," kata Arthur pelan sembari menepuk bahu putranya. Sementara Anggy masih duduk dengan kepala tertunduk–berdoa untuk keselamatan menantu dan kedua cucunya.Alexander menarik napas dalam. Dia berjalan memasuki ruangan tempat Arandra akan melahirkan. Degup jantungnya berpacu dengan keras, serta tangannya yang men

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Bicara dan Bukti

    Arandra menunduk dengan kedua tangan tertaut. Punggungnya menempel di kepala ranjang, selimut menutupinya kakinya yang diposisikan lurus. "Maaf, Ibu. Pesta kejutan untuk ayahnya jadi batal karena aku," katanya merasa bersalah.Sejak Arandra bangun, Anggy sudah ada di sini dengan tatapan kesal pada Arandra Dia tidak mengatakan apapun, hanya diam saja. Jadi tidak salah jika Arandra berpikir wanita itu marah padanya."Kau pikir Ibu kesal karena itu?" balas Anggy dengan nada bicara garang.Arandra lantas mengangkat kepalanya, mendongak menatap Anggy yang berdiri di sebelah ranjang dengan kedua tangan terlipat di dada."Kau hamil. Sampai sudah berapa bulan itu? Tapi Ibu tidak tahu sama sekali," sindir Anggy. Arandra membuka bibirnya, baru tahu kenapa Ibunya kesal seperti itu. Dia menarik sudut bibirnya, tersenyum merasa bersalah. "Aku ingin memberitahu Ibu dan Ayah. Tapi belum ada waktu," berinya alasan."Belum ada waktu?" Anggy berd

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Pemikiran Jahat

    Kelopak mata Arandra bergerak-gerak karena terusik oleh kecupan-kecupan yang mendarat di wajahnya. Perlahan dia membuka mata, lalu mendapati Alexander di depannya dengan sebuah senyuman tipisnya."Kau sudah pulang?!" Arandra langsung bangun, menerjang Alexander dan langsung memeluknya sambil tertawa riang. Alexander terkekeh kecil. "Rapatnya tadi lebih lama dari biasanya. Jadi aku pulang telat," beritahunya. "Aku menghubungimu beberapa kali. Tapi kau tidak mengangkatnya."Arandra menyengir. "Aku tidur.""Sepanjang hari?"Arandra mengangguk. "Aku bermain sebentar dengan Zzar tadi. Setelah itu kembali tidur."Alexander mengusap puncak kepala Arandra sambil mengamati wajahnya. "Wajahmu kenapa pucat?" Lelaki itu memperhatikan wajah Arandra dengan teliti, baru menyadarinya.Kening Arandra berkerut. "Memangnya iya?" Dia menyentuh wajahnya sendiri–memeriksa tanpa melihat wajahnya. "Tapi aku baik-baik saja. Mungkin karena terlalu banyak tidur," jawabnya asal. Alexander berdecak, dia akan me

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Tidak Bisa Lagi Marah

    Arandra sedikit mendongakkan kepala untuk menatap wajah Alexander. Lelaki itu berbaring di sebelahnya–menyangga kepalanya dengan satu tangan di saat tangannya yang lain mengusap kepala Arandra."Tidur," kata Alexander dengan raut tenangnya sembari terus mengusap kepala Arandra. Sudah cukup dia marah pada wanita ini. Alexander tidak bisa terus melakukannya. Arandra selalu memiliki cara untuk menghentikan amarahnya.Arandra memperlihatkan deretan giginya yang tersusun dengan rapi–tersenyum cerah. Lalu dia menempelkan wajahnya di dada Alexander, memejamkan matanya."Aku sangat menyayangimu, Ara."Arandra membuka lagi matanya, menatap Alexander. Lalu sebelah tangannya terangkat, menyentuh rahang Alexander."Alex..." Arandra menatap serius Alexander. "Aku berjanji akan melahirkan mereka dengan selamat. Mereka berdua akan baik-baik saja sampai dilahirkan nanti."Alexander mengangguk dengan senyum kecil. "Dan kau juga harus baik-baik saja," ucapnya menambahkan.Arandra tidak memberikan tangg

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Candaan Penyebab Masalah

    "Sebuah teori menyebutkan bahwa Ayah akan lebih cenderung merawat anaknya dengan lembut dan penuh kasih sayang jika anak tersebut mirip dengannya." Kening Arandra berkerut membaca sebuah kalimat dalam buku yang sedang dibacanya. Arandra merebahkan tubuhnya dengan posisi telungkup–mencari posisi yang lebih nyaman untuk membaca. Namun menyadari apa yang dia lakukan, wanita itu langsung beranjak bangun lagi.Arandra mengusap perutnya dengan gumaman permintaan maaf. Kemudian dia melirik Alexander yang berada di sofa dengan posisi setengah berbaring. Matanya terpaku pada ponsel di tangannya. Arandra tersenyum. "Kalian harus mirip dengan Alex ya ketika sudah lahir nanti," gumam Arandra, berbicara pada kedua anaknya. Alexander yang sempurna. Mereka harus mirip dengannya. "Kenapa?" tanya Arandra ketika kemudian Alexander menolehkan kepala ke arahnya. Di saat wanita itu yang sejak tadi memandangi Alexander, dia malah yang bertanya dengan santainya.Alexander mengarahkan kembali matanya pada

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Mencari Jawaban Pasti

    Alexander menampilkan wajah datar di saat matanya menatap tanpa berkedip layar monitor yang memperlihatkan dua janin seukuran buah stroberi. Mereka kembar. Karena itu Arandra menyebut kata 'mereka' dalam kalimatnya sebelumnya.Apakah Alexander merasa senang? Dia tidak tahu. Setelah kehilangan anaknya yang pertama, sekarang Tuhan menggantinya dengan memberikannya dua sekaligus. Tapi apakah harus dengan taruhan nyawa Arandra? Lebih baik tidak perlu. Alexander hanya membutuhkan Arandra. "Apakah jenis kelamin bayinya sudah bisa diketahui?!"Bola mata Alexander melirik Arandra yang berbaring di ranjang–tampak antusias dengan pertanyaan yang diajukannya pada dokter. "Belum ya, Mrs. Alexander. Jenis kelamin bayinya baru bisa diketahui setelah sekitar 16 minggu kehamilan."Lalu tampak Arandra mengerucutkan bibirnya sebagai tanda kecewa atas jawaban yang diberikan dokter perempuan itu. Hanya sebentar ketika kemudian wanita itu mendongak–menatap Alexander yang berdiri di samping kepalanya den

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Menginginkan dan Menghilangkan

    Alexander tidak kembali ke kamar mereka hingga malam tiba. Dia tidak mau berbicara dengan Arandra. Ketika memiliki masalah, mereka hanya perlu saling membicarakannya–lalu masalah mereka selesai begitu saja. Tapi jangankan untuk berbicara, Alexander bahkan sepertinya tidak mau melihat wajahnya. Arandra menunduk dalam. Dia tahu dia salah. Alexander pasti sangat kecewa padanya. Arandra tidak berniat terus menyembunyikan kehamilannya darinya. Dia hanya ingin menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya. Arandra ingin meyakinkannya terlebih dahulu bahwa dia akan baik-baik saja dengan kehamilan ini. Tapi Alexander ternyata mengetahuinya lebih dulu. Dan sekarang lelaki itu sangat marah."Jangan didengarkan perkataan Alex tadi, ya. Dia hanya sedang marah," ucap Arandra sambil mengelus perutnya dengan sayang. Bagaimanapun anak ini adalah anaknya. Alexander pasti akan menerimanya. Arandra menghapus air matanya, kemudian menyingkap selimut–menurunkan kakinya dari ranjang. Berniat keluar untuk

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Jaminan

    Arandra memberikan gelasnya kembali ke pelayan setelah meminum sedikit airnya. Kemudian meletakkan kepalanya lagi di kepala ranjang–masih merasa pusing."Nyonya Arandra pingsan karena terlalu kelelahan." Rosaline bersuara. Lalu dia menatap Arandra dengan wajah garang–seperti seorang ibu yang siap memarahi anaknya. "Saya kan sudah bilang agar Nyonya istirahat saja. Tapi Nyonya tidak mendengarkan dan ngotot berkebun. Karena itu berakhir pingsan seperti ini."Arandra meletakkan jemarinya di pelipis–memijatnya sambil memejamkan mata. Tidak menanggapi kalimat Rosaline yang terdengar seperti omelan untuknya. Arandra hanya memajukan bibirnya sesaat. Tapi kemudian dia membuka mata cepat ketika menyadari sesuatu. Jas biru Alexander–yang lelaki itu pakai saat ke kantor tadi pagi–sudah tersampir di sandaran sofa sejak Arandra membuka matanya beberapa saat lalu."Alex sudah pulang?" tanya Arandra cepat. "Sudah, Nyonya. Saya tadi menghubungi Tuan dan memberitahukan jika Nyonya Arandra pingsan. Tu

  • Jodohku Calon Kakak Iparku   Harapan Setelah Kesedihan

    Alexander menusuk potongan roti tawar dengan selai blueberry di dalamnya menggunakan garpu, kemudian memasukkannya ke dalam mulut di saat satu tangannya lagi sibuk bergerak di atas layar ponselnya. "Rosaline!" "Iya, Tuan?" Wanita paruh baya yang namanya terpanggil itu bergegas menghampiri Alexander–berdiri di samping Alexander yang duduk dengan tenang di meja makan. "Kemungkinan aku akan pulang malam nanti. Kau awasi Arandra. Pastikan dia makan, tidur siang, dan meminum vitaminnya," pesan Alexander pada pelayan pribadi Arandra itu. "Baik, Tuan." Rosaline mengangguk patuh. "Apakah Nyonya Arandra masih tidur?" "Hm. Bangunkan dia saat sudah waktunya sarapan. Sekarang biarkan saja dulu. Dia–" "Alex..." Ucapan Alexander terpotong karena suara lembut seseorang yang sudah sangat dia kenali. Arandra muncul dari balik pintu ruang makan dengan gaun tidurnya yang berwarna biru–terlihat jelas baru bangun tidur dan belum mencuci wajahnya, rambutnya pun masih berantakan. "Kemari." Alexande

DMCA.com Protection Status