“Iya, nanti aku langsung pulang.”“Harus.” Di seberang sana, Aline berkata dengan serius, “Calon pengantin kan suka ada-ada aja cobaannya, Tha. Mbak nggak mau kamu kenapa-kenapa di jalan atau di mana pun itu.”“Iya, Mbak, Atha ngerti kok.” Athalia tersenyum pelan sambil menggoyangkan kakinya yang menggantung di tepi ranjang. “Habis makan siang, Atha pulang. Ini udah pesen makanan soalnya.”“Oke.” Aline menghela napasnya lagi. “Kabarin Mbak kalau udah mau pulang ya?”“Iya, Mbakku yang cantik dan baik hatinya.”Aline mendengus, tapi tak bisa menahan tawa yang seketika meluncur di bibirnya. Sambungan telepon itu pun berakhir dan Athalia memilih untuk merebahkan tubuhnya di ranjang.Hari ini adalah hari terakhirnya benar-benar di kos ini. Sejak dua minggu yang lalu, Athalia sudah mencicil untuk memindahkan barang-barangnya ke rumahnya dan Asa. Ia dan Asa akhirnya sepakat untuk menerima rumah pemberian Badai dan Padma, dengan catatan cukup rumah itu sebagai hadiahnya. Biar isinya Asa dan A
“Ya ampun, aku ketiduran pas lagi makeup?”Aline tergelak dan mengangguk. “Iya, untung kepalamu nggak tiba-tiba jatuh ke depan gitu. Nggak lucu kan kalau pengantinnya malah benjol.”Gerakan MUA yang tengah meriasnya membuat Athalia menahan diri untuk meringis. Pagi tadi ia dibangunkan Aline dengan heboh, padahal dirinya baru mulai tertidur pukul satu malam saking gugupnya menghadapi hari ini—hari pernikahannya.Hampir seminggu telah berlalu dari pertemuan terakhir Athalia dengan Asa, saat lelaki itu tiba-tiba muncul di kos-kosannya. Mereka berkencan di Baca di Tebet sampai pukul enam sore, lalu berkeliling kawasan Tebet yang memiliki banyak kafe serta tempat makan yang populer untuk makan malam.Setelahnya, Asa memulangkan Athalia tepat pukul delapan malam. Mereka berciuman cukup lama di dalam mobil karena tahu kalau hampir mustahil untuk bertemu lagi sebelum hari pernikahan mereka. Keduanya baru berpisah setelah Aline mengetuk kaca mobil Asa sambil melotot.“Asa udah bangun belum ya,
Athalia cantik setiap hari.Tapi kalau diharuskan memilih kapan Athalia sangat cantik, maka Asa akan memilih Athalia yang hari ini.Yang hari ini resmi jadi istrinya.“Dilihatin terus, Bang.” Ilana yang berdiri di samping Asa sengaja menyenggol bahu sang kakak dengan jahil. “Tenang aja sih, nggak bakal ke mana-mana Mbak Atha-nya.”Asa tertawa saja diledek begitu oleh adiknya, Meisie yang berada di sisi kanannya pun ikut tertawa dengan Ilana. Tatapan mata Asa tetap tertuju pada Athalia yang tengah mengobrol dengan Teguh dan Jihan.Tadi Asa memang pamit ke toilet sebentar, selain karena ingin buang air kecil, Asa juga ingin Athalia memiliki waktu khusus dengan Teguh dan Jihan. Sebelumnya pun Athalia sudah menghabiskan waktu dengan Astrid dan Reza—suami baru Astrid.Tamu undangan yang terbatas, juga didominasi oleh kerabat dan teman yang memang benar-benar mereka kenal, membuat keduanya memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengobrol bersama keluarga dan para tamu. Asa bersyukur mereka
“Capek? Mau aku pijatin?”“Capek sih. Tapi nggak usah, nggak apa-apa, Sayang.” Athalia memutuskan untuk menyudahi kegiatannya merapikan pakaian di lemari, lalu naik ke atas ranjang dan disusul oleh Asa. “Rebahan dulu aja deh sambil nonton televisi.”“Mau minum?”Athalia menggeleng. “Belum haus sih. Kamu mau minum?”“Nggak, cuma nawarin kamu aja.” Cengiran Asa membuatnya terlihat boyish dan menggemaskan di mata Athalia, hingga ia mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi sang suami yang terima-terima saja atas tindakannya.Tangan Athalia beralih mengambil remote televisi di atas nakas kamar Asa yang mereka tempati sejak semalam tiba di Bali, lalu menyalakan benda berbentuk persegi panjang itu. Tubuhnya terlonjak kaget saat tahu-tahu tangan Asa sudah ada di betisnya, lalu memijat betisnya dengan lembut tapi cukup bertenaga hingga rasa pegal yang dirasakan Athalia sejak tadi… mulai lebih baik.“Asa….”“Kenapa?” Asa pura-pura tak melihat tatapan protes Athalia dan memamerkan senyumnya unt
Athalia menyelesaikan sapuan terakhirnya di teras belakang rumah dan menghela napas lega. Sejak pagi tadi ia dan Asa berjibaku untuk membersihkan rumah, karena ART yang seharusnya mulai bekerja di rumah ini baru bisa datang minggu depan.Walau begitu, Athalia tidak keberatan untuk membereskan rumah ini. Rumah mereka—Asa dan Athalia.“Sayang, makanannya udah dateng,” seru Asa dari dalam rumah. “Makan, yuk.”“Ayo.” Athalia bergegas ke ruangan di sebelah dapur, di mana tempat peralatan bersih-bersih mereka berada. Saat hendak ke ruang tengah, ternyata Asa sudah tiba di dapur dan membuka plastik dari restoran yang makanannya mereka pesan kurang dari satu jam yang lalu.Sepulang dari honeymoon, keduanya mulai menghuni rumah baru mereka ini. Masih ada dua hari lagi sebelum keduanya kembali bekerja. Jadi Asa dan Athalia memutuskan untuk merapikan rumah mereka.Sebelum resmi menikah, semua barang-barang milik keduanya sudah dipindahkan ke rumah ini. Furnitur pun sudah terbeli sejak dua bulan
“Mau jemput Atha, Bang?”“Nggak, Pa. Abang mau ke kosan Athalia yang lama.”“Ngapain?” Badai mengernyitkan keningnya, bingung dengan jawaban Asa. Lelaki paruh baya itu bersandar di dinding lift yang baru saja tertutup dan hanya dihuni oleh mereka berdua. “Ada barang yang ketinggalan?”“Nggak juga sih, Pa. Cuma ada paket yang masih dikirim ke sana. Mungkin hadiah pernikahan.”“Oh. Kenapa nggak bareng Atha?”“Katanya harus lembur, hari ini ada sampel bahan baru masuk dan dia yang harus ngawasin proses masuknya.”“Kasihan, habis honeymoon langsung disuruh lembur,” ledek Badai yang hanya menuai tawa Asa. “Perlu telepon Ksatria nggak biar istrimu disuruh pulang aja?”“Nggak usah, Pa. Yang ada nanti Athalia malah ngamuk sama aku, hehehe.”“Dia hardworker ya,” komentar Badai lagi. “Sama kayak mamamu.”“Iya.” Untuk yang itu, Asa setuju. Athalia mungkin bukan tipe orang yang sering lembur untuk bekerja. Tetapi, Asa bisa melihat betapa passionate-nya Athalia terhadap apa yang ia kerjakan.Sekal
Athalia membuka matanya secara perlahan. Ia mengerang pelan dan tangannya tak sengaja mengusap permukaan ranjang di sebelahnya yang ternyata kosong.Kedua mata yang tadinya belum sepenuhnya terbuka, langsung terbelalak kaget saat mendapati tidak ada Asa di sampingnya."Asa?" panggilnya pelan, masih mengira bahwa Asa mungkin ada di kamar mandi. Tapi saat tak kunjung ada sahutan, Athalia menegakkan tubuhnya dan bersandar pada headboard seraya mengucek matanya."Sayang?" Athalia kembali mencoba memanggil suaminya.Saat tak terdengar sahutan sama sekali, Athalia memutuskan untuk bangkit dari ranjang dan mengecek kamar mandi. Asa tidak di sana, begitu pula dengan balkon kamar yang baru-baru ini jadi spot favorit Asa di rumah.Apa dia lagi masak mie? p
Hari ini suasana hati Athalia benar-benar bagus.Meskipun ia baru tertidur pukul setengah tiga pagi (karena tidak mungkin setelah makan mie instan ia langsung tidur kan?) dan otomatis jam tidurnya berkurang, tapi Athalia tidur dengan hati yang damai.Ia dan Asa berhasil menghadapi hadiah pernikahan dari orang yang tidak mereka inginkan kehadirannya lagi di hidup mereka. Rasanya lega sekali, saat mereka bisa membuka kotak itu tanpa merasa perlu berteriak histeris atau dengan tangan yang gemetar tak terhingga.“Pengantin baru… senyum-senyum terus.”Ledekan Astrid hanya ditanggapi dengan senyum oleh Athalia. Sepulang kerja hari ini, Athalia menemani Astrid makan di salah satu restoran yang berada di kawasan Gunawarman.Sejak persiapan pernikahan At