Share

Bab 5. Terpilih

Author: Langit Biru Kelabu
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

"Apa! Maksudmu, aku? Aku mendapat panggilan kerja?"

"Iya, kau berhasil Laras! Kali ini kau yang terpilih."

Kedua sahabat itu berlompatan kegirangan.

"Ayah ... Ayah ... Lihat kertas pemberitahuan ini. Aku masuk mendapatkan panggilan kerja."

"Benarkah?"

"Iya, Ayah nggak bakal percaya kan? Lihat lah, cuma aku yang mendapatkannya."

Lelaki berkacamata itu, melihat kertas pemberitahuan itu. Benar adanya nama anaknya Laras Kencana mendapat panggilan wawancara kerja di sebuah perusahaan

Ayahnya segera memeluk anak semata wayangnya.

"Bersyukurlah, Nak. Kepada Tuhan. Karena sudah mengabulkan semua doa-doamu, Nak. Capailah cita-citamu."

"Oh, Ayah. Aku menyayangi mu, yah."

Ada hujan air mata siang ini. Juga dari Meta sahabatnya.

***

Hari ini, apa yang dijanjikan Ibunya, untuk mendatangnya dua calon isteri untuk Alden terpenuhi.

Dua wanita anggun sudah duduk di ruang tamu yang luas. Satu berbaju biru muda, berbahan satin. Model sabrina, nampak kulit mulusnya bersinar. Layak sebagi istri Tuan muda Alden. Untuk tinggi badannya pun bisa mengimbangi Alden yang tinggi hampir 171 cm. Wajah oval manis, terlihat sebagai wanita yang berpendidikan tinggi.

Yang satunya, bergaun hitam, dan memakai anting besar, berlengan panjang, sopan. Tak banyak memperlihatkan lekuk tubuhnya, ada sebuah kacamata bertengger di hidungnya, sangat pas dan terlihat cantik mempesona.

Joshua, berdehem, melihat dua calon pilihan dari Nyonya Imelda.

"Nyonya, untuk aku satupun mau, sisa pilihan dari Tuan Alden, ya," bisik Joshua  di telinga Imelda.

"Hush ... Kau ini. Tugas apa yang aku berikan padamu? Sudah kau kerjakan?"

"Maaf, belum Nyonya." Lalu, Joshua  meminta kedua wanita itu untuk di ambil fotonya. Dan akan diperlihatkan pada Alden nantinya.

"Dengar ya, bukan hanya penampilan kalian saja yang menarik, aku ingin tahu kepribadian kalian." Imelda duduk diantara mereka. Kebetulan kedua gadis cantik itu adalah anak dari koleganya.

Jushua pamit meninggalkan mereka, segera naik ke kamar atas, menuju kamar Tuan mudanya.

"Lihat, dua calon istrimu, Tuan." Joshua memperlihatkan hasil foto di ponselnya.

Alden memperhatikan mereka, dan tettawa.

"Aku kenal mereka, ha ha ha, ibu tahu saja wanita yang pintar untukku."

"Apa kau kenal mereka?"

"Jangan salah, mereka berdua punya perusahan besar."

"Oh ya ... Kandidat yang istimewa."

Alden tersenyum, tentu saja bisa ditebak, itu semua adalah anak pebisnis handal.

Mereka berdua mau jadi calon istri, orang yang sama dalam pebisnis juga, siapa juga yang tidak kenal dengan Alden.

"Lalu, Tuan, mau pilih yang mana?"

"Ah, mereka bukan seleraku! Tiap hari aku banyak melihat wanita cantik."

Apa, Tuan Alden akan memilih wanita yang tidak cantik? Aku punya stoknya?"

"Ais ... Kau ini, bukan begitu maksudnya. Aku ingin punya istri yang istimewa."

"Siapa? Apa sudah ada calonnya?"

Alden mengangguk kecil, dan tersenyum.

"Mengapa tak bilang pada Nyonya Imelda?"

Alden hanya diam saja. Tak menanggapi belbagai pertanyaan Joshua.

Alden masih sibuk dengan laptopnya, memantau semua kerjaan kantornya yang saat ini semua dihendel chiko.

Tak lama, ada ketukan pintu kamar, dan muncul wajah Rosa penuh binar.

"Tuan Alden diminta ke ruang tamu bawah, ada yang ingin bertemu." ucap Rosa sopan.

"Ahay ...."  jawab Alden dan segera berjalan keluar dari kamarnya, dan berbalik lagi, lalu berdiri di hadapan Rosa.

"Rosa, aku minta tolong padamu, bilang sama ibu aku sudah punya calon sendiri."

"Benarkah, Tuan? Baguslah, tapi Nyonya memintamu untuk turun sebentar."

"Tidak mau! Aku tak mau temui mereka, aku sedang tak berselera, menemui mereka."

Rosa terdiam, melihat tTuannya benar-benar tak mau menemui dua gadis yang cantik.

"Kau tak mau, biar aku saja yang lihat mereka." Joshua segera turun ke bawah melewati Rosa, sambil memgedipkan sebelah matanya.

"Tunggu, Josh! kau!" Alden segera mengejar Joshua dan lari turun ke bawah. Saat melewati ruang tamu, ternyata Joshua dan Alden cuma lewat saja. Mereka malah tertawa ngakak, dan melajukan mobilnya pergi dari rumah. 

Rosa cuma menggelengkan kepalanya. Rosa paham atas kelakuan Tuan mudanya dan asistennya tersebut.

"Maaf, Nyonya, atas kelakuan Tuan Alden." 

"Huh, Alden ... "Imelda melirik pada dua wanita di dekatnya. Nampak mereka melongo saja atas kekonyolan Alden.

Dalam mobil yang melaju, Alden masih terdiam, wajahnya serius memandang ke depan. 

"Joshua, apa yang kau pikirkan tentang ibuku? Apa kau tak menaruh curiga?"

"Maksud Tuan?"

"Mengapa aku tak boleh menengok kakek di kamarnya?

"Sepertinya, sejak Tuan  besar anfal, ruangan sudah Nyonya steril Tuan. Dan ada empat perawat yang menjaganya."

"Oh, ya? Untuk apa?" 

"Entahlah , Tuan." Jushua melirik Tuan mudanya dari spion depan. Banyak yang belum Tuan ketahui. Tapi ini belum saatnya.Batin Joshua. Cukup ketahui saja Tuan, banyak mata-mata mengintai keselamtaan Anda.

***

Kembali pada dua wanita yang duduk di ruang tamu, bersama Nyonya Imelda.

"Kami sangat kecewa, sungguh bukan prilaku lelaki dewasa, pantas saja Alden belum juga menemukan jodohnya." jawab salah satu dari mereka sambil menggelengkan kepalanya.

"Ayo, kita pergi dari sini, aku bukan pengemis jodoh semacam Alden, kami butuh pria dewasa yang menghormati wanita, maaf, Nyonya." Kedua wanita itu pergi tanpa bersalaman dengan Imelda. Ada rasa tersindir dan malu pada diri Imelda, tapi dirinya hanya diam saja, memaklumi perilaku Alden yang terkadang tak terkontrol.

"Ah, aku tunggu kedatangan wanita selanjutnya, Rosa ... Rosa!" panggil Imelda pada asistennya.

Dengan tergopoh, Rosa mendekati Imelda yang duduk sendirian di ruang tamu. Kejadian perginya dua wanita itu membuat lega Rosa, namun kini hatinya kembali resah karena ternyata nyonyanya tersebut, sedang menunggu kedatangan seoarng kandidat lagi.

"Oh Nyonya, nampaknya Tuan Alden sudah tak bersemangat lagi, bila yang Nyonya kenalkan adalah anak dari kolega kerjanya. Itu sepertinya bukan keinginan Tuan Alden, Nyonya."

"Sudahlah, diam saja kamu, Rosa. Aku tak mau Alden memilih wanita yang tak punya pundi uang. Kau paham maksudku bukan, jadi jangan ingatkan aku lagi, paham!"

Imelda segera bangkit dari duduknya dan melangkah menuju kamarnya.

Rosa hanya bisa diam, tak banyak bicara, langsung kembali ke dapur utamanya.

***

"Joshua kita kembali pulang, aku , A-ku."

"Ada apa , Tuan?" 

""Kita pulang."

Joshua tanpa banyak kata lagi, langsung putar kembali mobilnya dan melaju balik ke rumah, yang tadinya hendak berangkat ke kantor.

"Apa perut anda mulas kembali , Tuan?" selidik Joshua.

"Tidak, aku ada terlupa sesuatu dalam kamarku. Bukankah tadi kita tak sempat menguncinya."

UPS, betul, Joshua baru teringat, segera Joshua menginjak gas dan secepatnya sampai di rumah.

Setelah sampai di rumah tanpa permisi, Alden langsung naik ke atas dan berlari menuju kamarnya. Joshua berjalan pelan di belakangnya. Tak disadarinya, ada wanita cantik duduk sendirian di ruang tamu, bukan wanita yang tadi. Ini beda lagi.

"Apa kabar?" sapa Joshua sopan.

Wanita itu hanya mengangguk sopan. Tak lama Aldenpun turun kembali, "Josh ... rupanya kamar kita sudah ada yang mengunci ..." kata-kata Alden berhenti tatkala melihat ada seseorang di sana.

"Kintan?  Ada apa? Mengapa kau ada di sini? "tanya Alden bingung.

Kaugnay na kabanata

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 6. Kecupan Pertama

    Gadis bernama kintan itu, tersenyum manis pada Alden. Gadis blasteran India dan indonesia itu mendekat pada Alden, dan mengulurkan tangannya. Alden tergugu melihat teman semasa SMP-nya kini berada di depannya. Penampilannya sungguh sangat berbeda, dulu tubuhnya yang tambun kini berubah menjadi langsing dan kulitnya putih bersih, perubahan pada fisiknya pun terlihat nyata, dengan buah dadanya yang membusung besar. Akhirnya, Alden menyalami Kontan, dengan ragu-ragu. Ada firasat yang tidak enak atas kehadirannya. "Sekali lagi, aku tanya, ada keperluan apa, kau kemari? Ada acara reuni?" Alden bertanya dengan egoisnya, tanpa basa-basi pada seorang wanita cantik macam Kintan. Gadis berpakaian sopan itu, tersenyum, "Kau tak berubah, Alden. Masih saja angkuh seperti dulu. Aku pun baru tahu kalau kau belum punya pasangan. Ibumu yang memasang iklan, untuk jodohmu. Jadi ... Aku beranikan diri menemuimu. Maaf ..." serunya manja. Ada lirikan menggoda pada sudut matanya. "Ish, kau ini, aku suda

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 7. Terasa

    Mata Alden mendelik pada ke dua adiknya, dirinya paling tidak suka pada sikap keduanya yang membuatnya berang. Tanpa penjelasan yang panjang. Alden meninggalkan mereka di kamarnya, begitu juga Markus. Tomi dan Brendon cuma mendesah saja, lalu mereka pun, turun dengan gerutuan panjang. Kini mereka berkumpul, Nyonya besar, Alden, Tomi dan Brandon. Tomi memandang kakak tirinya yang duduk di ujung meja makan berukuran besar. "Kau tak terima dengan sikapku?" tanya Alden. "Tidak, kak." "Bagus! Aku harap nilai kalian untuk semester ini bagus dan patut dibanggakan." Lanjut Alden, dan memulai memakan sarapannya. "Baik, kak" jawab mereka hampir bebarengan. "Bagus! Aku tak perlu banyak cakap untuk kalian berdua. Pesanku, jaga sikap dan perilaku kalian di rumah." Nyonya Imelda hanya diam saja, atas kejadian yang baginya sudah terbiasa.Terkadang malah terjadi sebuah persilihan antara mereka. "Apa kau tidak masuk kerja, Alden?" tanya ibunya. "Tidak, Bu, hari ini, perutku masih agak mula

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 8. Terasa tersisih

    Terjadi sebuah perdebatan sengit antara Alden dan Bimo . Keduanya dari perusahan yang berbeda, keduanya ingin menangkan tender besar. Alden menatap tajam pada Bimo. Sialan anak ini, benar-benar ingin menusukku dari belakang. Senyum seringai kesombongan ada pada bibir Bimo. Alden menutup meeting, tanpa ada hasil atau keputusan, meeting berikutnya, akan diadakan Minggu depan. Malam menjelang, Alden pulang. Tiba-tiba. "Rosa, aku ingin bicara dengan Ibu." "Baik, tuan." Tak lama, Imelda sudah duduk, menunggu anaknya ingin membicarakan sesuatu. "Tolong Bu, sekali ini jangan halangi aku, siapkan acara untuk aku melamar Laras." "Apa!" Imelda berdiri saling kagetnya. "Kau serius? Ibu sudah ..." "Jangan banyak bertanya Bu, aku ingin besok melamar Laras, bila perlu aku ingin menikah secepatnya, sebelum Bimo menikah." Ibunya kaget, namun masih terdiam. "Aku ingin bertemu, kakek." "Jangan! Dia baru saja istirahat, mohon, jangan diganggu." "Aku hanya ingin, ijin, padanya." "Nanti ibu

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 9. Sembrono

    Markus memandang Denok, dan Rosa bergantian. Dirinya paham atas perilaku tersembunyi, bahkan ada hubungan terlarang. Siapa lagi kalau bukan dari Nyonya Imelda. "Pergilah, ke belakang, kau aman di sana Markus." "Aku akan tetap membongkar ketidak adilan ini, bibi Rosa. Bila ada sebagian dari mereka ada yang tersakiti. Terutama, Pak Pardi. Jangan sakiti orang baik itu." Rosa mengangguk, "aku tahu, Markus, stt, tolong pelankan nada bicaramu." Rosa pun menarik lengan baju Markus untuk keluar dari dapur utama. Markus menuruti saja perintah Rosa, saat tahu ada Nyonya Imelda ada di depan pintu dapur. "Markus! Apa yang kau lakukan di sini!?" "Maafkan dia, Nyonya. Dia hanya haus dan meminta segelas air. Makanya sekarang aku suruh dia pergi dari dapur utama." Markus segera permisi dan meminta maaf karena telah lancang masuk ke dapur utama, yang merupakan dapur khusus untuk orang rumah bukan dapur untuk pekerja rendahan macam Markus, yang hanya sebagai sopir cadangan saja. Markus berjalan

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 10. Perselisihan

    Terjadi sebuah perdebatan sengit antara Alden dan Bimo . Keduanya dari perusahan yang berbeda, keduanya ingin menangkan tender besar. Alden menatap tajam pada Bimo. Sialan anak ini, benar-benar ingin menusukku dari belakang. Senyum seringai kesombongan ada pada bibir Bimo. Alden menutup meeting, tanpa ada hasil atau keputusan, meeting berikutnya, akan diadakan Minggu depan. Malam menjelang, Alden pulang. Tiba-tiba. "Rosa, aku ingin bicara dengan Ibu." "Baik, tuan." Tak lama, Imelda sudah duduk, menunggu anaknya ingin membicarakan sesuatu. "Tolong Bu, sekali ini jangan halangi aku, siapkan acara untuk aku melamar Laras." "Apa!" Imelda berdiri saling kagetnya. "Kau serius? Ibu sudah ..." "Jangan banyak bertanya Bu, aku ingin besok melamar Laras, bila perlu aku ingin menikah secepatnya, sebelum Bimo menikah." Ibunya kaget, namun masih terdiam. "Aku ingin bertemu, kakek." "Jangan! Dia baru saja istirahat, mohon, jangan diganggu." "Aku hanya ingin, ijin, padanya." "Nanti ibu

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 11. Sebuah kesepakatan

    "Gila! Menikah! A-ku ..." Laras terbata mendengar ajakan menikah dari Alden. "Kalau kau mau, kalau nggak diterima, kau tahu akibatnya bukan?" Alden menatap tajam pada Laras. Walau hatinya berharap wanita di depannya mau menerima permintaannya yang konyol. "Tuan ... Apa sebaiknya?" Joshua tak melanjutkan kata-katanya, tatkala tangan Alden menyuruhnya untuk diam. ""Aku hanya butuh kata trima atau tidak? Cukup itu saja, lalu kita menikah." Laras lagi-lagi hanya diam, perkataan ayahnya tempo hari masih terngiang, bila akibat menolak permintaan dari tuan muda ini. Namun, bukan Laras namanya, kalau tantangan seperti ini harus mundur. Kasih sayang pada Ayahnya lah yang menjadikan Laras harus menerima kesepakatan konyol ini. Laras mengangguk! "Bagus!" Alden langsung menjentikkan jarinya, "Joshua antar dia pulang, mobil aku bawa. Kau pesanlah greb untuk pulang." Tanpa banyak kata, Alden langsung membawa mobil itu pergi, meninggalkan Joshua , Asisten pribadinya dan Laras yang masih tak

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 12. Rencana Lain

    Alden memandang Laras tak berkedip. Begitu juga Joshua. Dirinya pun kaget kalau Laras bekerja sebagai ofice girl khusus untuk lantai dua."Kau? Mengapa ada di sini?" tanya Josh."A-ku, aku kerja di sini, Tuan, sudah dua hari yang lalu. Maaf.""Josh, kau mengenalnya?" tanya Alden penuh selidik, sementara Lucky sibuk dengan berkasnya.Laras memandang Alden dengan bingung, apakah ini sebuah lelucon? Pikir Laras. Pandangan Laras seakan tak percaya, gampang sekali Tuan muda ini, mengajaknya menikah, lalu melupakan begitu saja, dan sekarang dihadapannya pura-pura tak mengenalku, batin Laras.Wajahnya ,menunduk tak paham akan semua ini. Jushua menunggu reaksi Tuan mudanya. Wajah kaku dan acuh tak acuh pada wanita di depannya, membuat Joshua ingin menjelaskan pada Tuannya tersebut, namun ... Tak lama, Laras pun pamit meninggalkan ruangan kerja milik Alden."Tuan Alden tak mengenal wanita tadi?""Tidak, tapi rasanya aku pernah mencium aroma ....""Aroma?" Lucky bertanya tak mengerti."Ah, bai

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 13. Kedatangan Annabel

    "Ayah!" Laras langsung memanggil ayahnya. Lihatlah."Ayah hanya bisa tergugu melihat begitu banyak belanjaan anaknya."Kau sudah gajian, Nak?""Ini, semua dari Alden, dan aku sekarang bekerja di kantornya.""Maksudnya? Kau ...""Iya, ternyata aku kerja di perusahaan Alden, lalu dia memindahkan tempat kerjaku yang tadinya aku ... a-ku." Laras tak melanjutkan kalimatnya. "Iya, magangnya sudah selesai jadi aku, sudah ditempatkan, dan aku bekerja pada Alden." jelas Laras berbohong."Lalu, ada hubungan apa, dia membelikan semua ini? Apakah ini, bertanda?"Laras langsung menyanggahnya, teringat sikap Alden yang berubah.'Tidak, Ayah. Tidak ada maksud apa-apa. Aku masuk dulu ke kamar." Laras segera membawa semua barang belanjaan itu.Dalam kamar, Laras bernapas lega. Pelan-pelan, Laras mencoba baju kerjanya, komplit dengan sepatu tinggi, dan tas bermerek mahal.Sementara itu, dalam kamar Joshua masih terus mendekati Alden."Tuan, apa tuan sudah teringat sesuatu? Sebelum kecelakaan yang meni

Pinakabagong kabanata

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 21. Rencana Nakal

    Laras terbaring diam, wajahnya pucat. Sakit lamanya kambuh lagi. Laras mengalami kekurangan sel darah merah. Tubuhnya teramat lelah dan lemas. Untuk membuka mata pun rasanya susah sekali. Tapi telinganya mendengar suara-suara di sekitarnya. Saat Dokter berkata banyak tentangnya. Ayah yang datang, lalu menangis, ada juga Joshua dan seseorang yang entah siapa terus menjaganya sepanjang malam."Bangunlah, Laras. Kau sudah aman sekarang." Sebuah suara membuat Laras ingin membuka matanya. Satu-satunya keinginannya adalah membuka ponsel Alden. Penasaran dengan nomor terakhir yang sempat Laras simpan dengan inisial 'N'.Pelan Laras membuka kelopak matanya, Lalu memejamkan mata kembali. Sinar lampu dalam ruangannya membuat matanya terasa sakit."Pelan-pelan saja, buka matamu."Suara seorang wanita hadir lagi, ah ... Ah suara siapa itu?Laras ikuti perintah itu, dan mencoba membuka matanya pelan. Sepi.Laras menatap atap berwarna putih, tembok putih dan ada alat infus pada tangannya.Mulut La

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 20. Beraksi!

    Di rumah besar, sedang duduk Imelda dan Annabel. Wajah gadis cantik itu tampak tidak senang dengan wanita di depannya."Mengapa Tante menyuruhku, kembali pulang? Padahal kemarin, aku dapat tugas, membuat anak babu itu nggak betah di rumah!""Kau mampu tidak? Aku bilang tanya pada ibumu, dia lihai dalam hal seperti ini.""Tante! Aku nggak mau pulang!""Kalau kamu gak mau pulang, nurut apa kataku. Tadi di rumah sakit kau saja tak bisa melawan anak babu itu!"Annabel mulai mendelik pada Imelda."Lalu apa yang harus aku lakukan?!" Sewotnya sengit."Kau harus mampu bersaing bukan hanya dalam merebutkan Alden, buat dia tak mampu dan tak bisa berkutik di depan suaminya paham.""Cari dan kulik dia, kesalahannya apa, bila tak ada buat kesahan ada padanya."Annabel, terdiam melihat sinis pada wanita di depannya. Imelda hanya tenang saja, "Mengapa? Kau marah padaku?" Sudah aku bilang, telepon ibumu, dan minta bantuan dia, agar bisa mengusir anak babu itu." Imelda pun berdiri, dan meninggalkan An

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 19. Alden Kembali!

    Laras menatap Alden yang tiba-tiba jatuh pingsan saat sudah sampai di rumah sakit.Lelaki yang baru saja semalam menjadi suaminya ini, terbaring dalam luka yang cukup serius, sedangkan dirinya hanya luka ringan pada sikunya. Ponsel Alden sudah aman dalam tas Laras. "Bangun, Alden .... Jangan buat aku jadi janda. Baru saja nikah tadi malam." kata Laras pelan dan mengembuskan napasnya kesal.Namun, Alden masih juga terdiam, dalam pikiran Alden ada seseorang yang memanggilnya dengan pelan. Alam bawah sadarnya terbawa ke masa kecilnya, di mana ayahnya, memeluk erat dirinya saat mobil yang ditumpanginya bermanuver. Hingga tubuh mereka terbentur dalam badan mobil.Tangan ayahnya melindungi kepala Alden dengan kuat. "Ayah, bangun yah!" teriak Alden kecil. Melihat ayahnya terbujur kaku.Beberapa benturan pun akhirnya mengenai kepala bagian kiri Alden. Malang tak dapat di tolak, Alden mengalami gegar otak ringan. Laras melihat suaminya tanpa berkedip. Membelai pipinya, dan tiba-tiba, mengecu

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 18. Kecelakaan ke tiga

    Joshua memandang tajam pada Laras begitu juga Alden."Lepaskan, sakit tahu!""Katakan darimana kau tahu?""Bukankah kau sendiri yang mengatakan padaku?""Kapan?""Saat ... Saat di pantai dulu."Keruyuk .. terdengar dari perut Laras. Alden menelan salivanya."Jalan Josh, kita cari rumah makan."Alden melepas tangan Laras. Dirinya pernah menceritakan tentang hal tersebut? Alden masih meraba-raba lagi ingatannya.Laras mengelus bekas cengkraman tangan Alden, ada bekas merah yang membuatnya meringis sakit."Maaf ..." bisik Alden pelan pada Laras.Laras mengangguk pelan.Joshua pun memasuki area rumah makan yang terlihat sedikit sepi. Mereka pun masuk, mengisi perut yang terasa lapar. Sementara itu, dalam rumah besar itu, duduk Imelda, sedang berusaha menghubungi seseorang berkali-kali."Tante, apa yang harus aku lakukan ..." Annabel cemberut."Buat, wanita hina itu tak betah di rumah ini, ibumu jagonya, tanyakan pada dia," jawab, Imelda masih terus sibuk dengan ponselnya."Mengapa harus t

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 17. Pernikahan

    Laras terdiam duduk di sudut pembaringan yang empuk. Namun hatinya tak tenang. Karena Alden yang terus menatapnya dari tadi dari sudut ruangan dimana Alden duduk di sebuah sofa besar. Bak seorang tawanan. Laras tak tahu lagi mau bicara apa. Dan akhirnya,"Aku mau berganti pakaian." lirih Laras berucap.Alden masih juga menatapnya dalam pandangan yang berbeda.Lebih baik aku katakan terus terang saja, batin Laras."Kau masih ingat perjanjian sebelum nikah kan?" "Perjanjian? Perjanjian yang mana? Sekarang aku saja bingung. Mengapa aku menikahimu. Tapi aku harus menikahimu, membingungkan bukan? Terus sekarang apa yang harus aku lakukan?" "Hah! Masih belum ingat toh," ucap Laras, seakan ada kesempatan untuk bisa menghindari sesuatu yang tak inginkan."Baik, sekarang aku mau berganti pakaian, jadi lebih baik kau keluar saja dulu.""Tapi, kau istriku aku ...""Saat ini jangan fikirkan hal tersebut. Aku mohon." Suara Laras merendah, agar sifat Alden yang sedikit arogan tidak kambuh lagi.T

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 16. Siapa Hendro?

    Laras memperhatikan terus, lelaki yang marah-marah pada Vespanya. Laras hanya tertarik pada kamera jadul yang melingkar pada leher lelaki itu. Sepertinya dia pernah lihat seseoarang membawa dan memegang kamera mahal tersebut. Tapi di mana? Laras kecil sejak ibu pengasuhnya meninggal langsung ikut dengan bibinya di desa. Adik ayahnya inilah yang merawat hingga Laras dewasa, setelah dirinya mampu mandiri. Laras kini bersama ayahnya, menemani sekaligus harus dekat dengan ayah ini. Karena bibinya sudah meninggal. Mata Alden menatap Laras tak berkedip. Cewek ini terlihat biasa saja, tapi mengapa Alden merasa Pasti bahwa Laras adalah orang yang istimewa."Kau kenal dengan diam" tanya Alden"Tidak," Laras tersadar dan menjawab sambil menggelengkan kepalanya.Alden masih menikmati kopi dan rotinya. Kni giliran Laras yang memandang lelaki gagah di depannya. Sepertinya sebuah cerita rahasia yang Alden ungkapkan tempo hari pada Laras sebelum kecelakaan itu, masih terngiang di ingatan Laras. Apa

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 15. Aroma yang tak terlupakan

    Alden terus menatap Laras yang duduk di hadapannya. Laras merasa jengah dan tak nyaman, saat mata tajam Alden terus menatapnya tanpa berkedip."Aku suka memandangmu, tapi apa yang aku suka? Aroma tubuhmu aku suka. Aku seakan terikat dengan pesonamu, siapa sebenarnya kamu?" tanya Alden sambil terus mengingat sesuatu.Laras terdiam, ingin rasanya Laras ungkapkan rahasia yang dulu pernah Alden ungkapkan antara mereka berdua saja. Akan tetapi bibir Laras terkunci rapat. Apakah betul amnesia itu akan hilang. Bila itu terjadi ? Apa Alden ingat rahasia besar yang diungkapkannya secara empat mata bersamanya."Tuan ..." Bisik Laras."Panggil aku Alden dulu kau panggil aku hanya nama bukan?""Tuan ...""Alden ... Al–den""Al den.." Laras berbisik lirih. Suaranya seperti tercekat, pasti kau sangat tersiksa Alden atas ingatan yang tak bisa kau jangkau.Cukup lama Laras memandang Alden, begitu juga Alden, yang sedang dalam taraf penyembuhan ingatannya itu. Secara perlahan, kepala mereka semakin

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 14. Lelaki Misterius

    Joshua memesan sebuah greb dan membawa Laras pergi dari tempat tersebut. Joshua teringat kembali dengan sosok Annabel. Alden dan gadis itu tumbuh bersama. Annabel adalah anak sahabat Nyonya Imelda. Mereka sudah dijodohkan sejak kecil. Tapi, Alden tak pernah akrab ataupun akur dengan Annabel. Tapi wanita itu terus saja membayangi kehidupan Alden. Hingga saat dirinya harus melanjutkan sekolahnya di Belanda, tetap saja Annabel tak kurang akal. Tetap, mengikuti semua kehidupan Alden. Entah ini, kabar dari mana? Tiba-tiba, Annabel ada di sini. Apakah Nyonya Imelda yang menyuruhnya datang? Ataukah ada alasan yang lain?Joshua terus berpikir keras. Apa yang akan terjadi apakah, Alden akan terlihat atau lupa dengan Annabel?Laras, merasakan sakit hati. Sama sekali tak mengenal wanita itu, tapi dirinya merasa terhina. Apalagi menyebut dirinya, anak babu! Sepertinya, dia tahu banyak, tentang Laras dan Ayahnya."Siapa dia, Joshua?""Nanti aku jelaskan, Nona. Maaf tidak sekarang."Laras diam, tap

  • Jodoh Untuk Tuan Arogan   Bab 13. Kedatangan Annabel

    "Ayah!" Laras langsung memanggil ayahnya. Lihatlah."Ayah hanya bisa tergugu melihat begitu banyak belanjaan anaknya."Kau sudah gajian, Nak?""Ini, semua dari Alden, dan aku sekarang bekerja di kantornya.""Maksudnya? Kau ...""Iya, ternyata aku kerja di perusahaan Alden, lalu dia memindahkan tempat kerjaku yang tadinya aku ... a-ku." Laras tak melanjutkan kalimatnya. "Iya, magangnya sudah selesai jadi aku, sudah ditempatkan, dan aku bekerja pada Alden." jelas Laras berbohong."Lalu, ada hubungan apa, dia membelikan semua ini? Apakah ini, bertanda?"Laras langsung menyanggahnya, teringat sikap Alden yang berubah.'Tidak, Ayah. Tidak ada maksud apa-apa. Aku masuk dulu ke kamar." Laras segera membawa semua barang belanjaan itu.Dalam kamar, Laras bernapas lega. Pelan-pelan, Laras mencoba baju kerjanya, komplit dengan sepatu tinggi, dan tas bermerek mahal.Sementara itu, dalam kamar Joshua masih terus mendekati Alden."Tuan, apa tuan sudah teringat sesuatu? Sebelum kecelakaan yang meni

DMCA.com Protection Status