Setelah lima hari siuman Ferdi sudah terlihat lebih baik dan dibolehkan pulang. Ferdi semenjak sakit lebih banyak diam, suasana yang begitu canggung bagi Naima. Kang mamang sudah siap menunggu di depan rumah sakit untuk menjemput. Kali ini Naima harus lebih hati-hati mengingat kejadian yang sudah menimpanya sebanyak dua kali.Dinda juga tidak mau kalah menunggu Ferdi. Naima benar-benar elus dada dibuat, terlihat dia sudah stand by menunggu di depan untuk menjemput Ferdi dengan style fashion kekiniannya.Naima dan Ferdi berjalan ke luar rumah sakit. Melihat Dinda yang menunggu di depan rumah sakit, secara spontan Ferdi merangkul Naima, membuat Naima sedikit terkejut. Mungkin nalurinya sebagai suami yang membuat Ferdi merangkul istrinya. Naima sampai dibuat tersenyum dan berbunga-bunga lagi, Naima ikut mempererat rangkulannya membuat dada Dinda semakin panas."Fer, pulang sama aku saja, ya." Benar-benar malu sudah hilang, Ferdi hanya diam dan tidak menjawab."Maaf mbak Dinda, Bang Ferdi
"Tidurlah bersamaku, Dek." Naima mengangguk dan mengikuti Ferdi ke kamar.Kenapa pula rasanya canggung sekali seperti sepasang pengantin baru yang baru menikah kemarin. Ferdi juga terlihat grogi, mereka tidur dan larut dengan perasaan masing-masing."Bang!""Dek!"Mereka saling memanggil yang membuat suasana semakin canggung. Mereka berbaring dengan pemikiran masing-masing."Nai, aku dulu gimana jika bersamamu." Naima mulai berfikir, sepertinya si Abang harus di tes biar tahu apakah benar-benar hilang ingatan atau tidak."Abang bucin parah dulu sama aku, nempel kayak perangko.""Iya, kah?" Naima mengangguk dan Ferdi terlihat penasaran."Abang sampai pernah menculikku ketika ada orang jahat yang ingin menculikku duluan, terus abang itu keren ..." Naima menggabungkan kedua jarinya membuat Ferdi malu."Maksudmu keren gitu-gitu." Ferdi ikut meragakan adegan Naima yang menbuat Naima menutup mulut menahan tawa."Iya, Bang. Top pokoknya." Ferdi terlihat malu, demi apa coba Naima menceritakan
Ferdi duduk dan suasana begitu tegang, yang semula tampang penuh arogan hilang seketika. Ternyata mereka masih takut dengan si Bos."Siapa yang ingin menggantikanku?" Ferdi mengulang pertanyaannya dan semua diam."Aku yang ingin menggantikanmu!" tiba-tiba Lisa dan jajarannya datang, ada Bram juga yang hadir. Mereka duduk dan ikut rapat.Suasana semakin panas. Seperti melihat dua kubu yang bersebrangan tidak menyangka Lisa memiliki andil disini."Apa alasannya, Lis? Tidak menyangka kamu juga begitu serakah, apa perusahaanmu sudah diambang kritis, sampai berani menganggu perusahaan ini." Naima deg-degan tidak menyangka Ferdi kembali dengan wajah aslinya yang memang tegas dan keren seperti ini."Pertama aku memiliki saham yang tidak sedikit disini dan yang kedua kamu tidak mungkin bisa bekerja dengan kondisimu yang masih hilang ingatan!" Semua diam dan suasana sangat menegangkan."Kamu pasti tidak tahu 'kan siapa yang ada di ruangan ini dan apa yang harusnya kamu lakukan, itu sama saja
Naima masih penasaran dengan sikap Ferdi, apakah dia selama ini hanya berpura-pura saja untuk lupa ingatan. Lalu, alasannya apa? Naima masih berada di dalam ruangannya Ferdi ingin mendengar cerita sebenarnya dari suaminya."Kenapa mandang kayak gitu?" Ish, gak peka sekali, nih, orang."Sejak kapan Abang ingat?""Oh ... yang itu?""Katakan! sejak kapan, Bang?" Ferdi senyum-senyum melihat tingkah istrinya."Sabar, sabar ... Sayang!" Naima terus memukul suaminya merasa dibohongi."Ingatnya itu ketika di rumah sakit hari ketiga, waktu Dinda datang.""Kok bisa, Bang?""Gak ngerti juga, tiba-tiba begitu saja. Mungkin 3 hari setelah sadar itu hanya pemulihan saja bukan amnesia, tapi memang sekarang masih pusing kalau dipaksa mengingat!""Terus kenapa bohong, Bang! Kenapa!""Biar bisa lihat musuh lebih dekat, ini strategi untuk melihat mana kawan dan lawan, Papa juga dukung." Naima diam, hanya menyimak, ternyata anak dan bapak sudah kompak tahu yang sebenarnya."Dan aku makin cinta dengan ist
"Saya Carlota lokal pembantu kiriman papa Sanjaya." Dia datang dengan style Carlota telenovela, senyum sedikit jutek dan menyeramkan. Ferdi dan Naima hanya menutup mulut menahan tawa, sambil berfikir dimana si Papa menemukan Carlota kawe ini. Hahaha ...Dengan sigap Carlota lokal memetik jarinya, seketika datang 5 pembantu yang lain, penampilan mereka seperti pembantu profesional, lagi-lagi Ferdi dan Naima terkejut. Ini seperti Carlota versi milenial."Ini adalah sister-sister yang akan menjaga Non Naima disini, mereka bukan pembantu biasa, diajak gulat juga bisa." Lagi-lagi Ferdi dan Naima mematung melihat banyak sekali pembantu kiriman Papanya."Banyak amat Carlota lokalnya, Bang." Naima berbisik ditelinga si Abang."Kalau Papa itu orangnya totalitas, Neng. Gak bisa diajak main-main." Oala, enak banget sih, jadi menantu papa Sanjaya."Kalau banyak begini, kita apain, Bang?""Nikmati saja jadi Ratu, Dik. Ambil dua sebagai asisten adik kemana-mana.""Asiyap, Bang!"Bi Ratih tak kalah
Naima dibawa oleh Aryo-- sekertarisnya Ferdi ke Kafe yang menawarkan sensasi dengan nuansa tempo dulu. Ini terlihat dari berbagai gaya dekorasi di Cafe ini yang menggunakan konsep interior ala Kolonial Belanda. Tempat makan yang cukup romantis. Sebab, ditemani oleh alunan live music yang begitu merdu. Naima tidak menyangka Ferdi menyiapkan suprise pernikahannya yang ke 100 hari, terlihat dari tulisan "HARI JADI F & N 100 HARI" Naima tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata."Selamat datang permaisuriku." Ferdi menyambut Naima dengan style yang sangat menawan, Naima sampai menitikkan air mata."Kok nangis, Sayang?" Ferdi langsung memeluk istrinya."Aku khawatir terjadi sesuatu denganmu, suamiku," ucap Naima."Aku baik-baik saja, Sayang. Kita akan selalu dalam keadaan baik-baik saja." Ferdi memeluk erat istrinya, setiap hari cinta selalu bersemi dihati mereka."Sayang suka?" tanya Ferdi."Suka sekali, Sayang. Harusnya di spoiler biar kesayanganmu ini dandan terlebih dahulu." Naima ma
Ferdi dan Naima sampai di sebuah apartemen, Naima heran karena niat awal mereka menginap di hotel, tapi Ferdi justru membawa Naima ke sebuah apartemen. Ini pertama kalinya Ferdi membawa Naima ke sebuah apartemen.“Sayang, ini apartemen milik siapa?” tanya Naima.“Ini apartemen milikmu, Sayang. Hadiah 100 hari pernikahan kita.”“Apa tidak berlebihan, Sayang?”“Tidak berlebihan sayang, ini justru sudah Abang niatkan jika menikah denganmu.” Ferdi memegang tangan istrinya, sementara Naima menitikkan air mata. Terlalu banyak yang Ferdi siapkan untuk dirinya.“Ternyata Abang bucin juga, ya.” Ferdi tersenyum mendengar ucapan istrinya."Hooh, bucin parah sayang." Naima sampai menutup mulut tidak bisa menahan tawa.Ferdi memberikan cardlock apartemen milik Naima, ada haru yang terlihat di wajah Naima. Hadiah terus menerus didapatkan dari suami terhebatnya. Merasakan cinta yang luar biasa, jodoh tak terduga yang diberikan Allah kepadanya. “Ayo buka sayang, Abang sudah tak sabar ingin love stor
Naima masih mengatur nafasnya menyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja, ternyata Dinda melakukan cara yang lain. Luar biasa memang Dinda, entah ini namanya obsesi atau apalah namanya, totalitas sekali ingin merebut Ferdi. "Santai saja, Bu. Pak Ferdi pasti melakukan yang terbaik." Salah satu asisten Carlota menenangkan.Drrt, ponsel berbunyi Ferdi menelpon, dia pasti khawatir karena Naima membuka ponsel dan sudah tahu apa yang terjadi. Sister Carlota pasti yang memberitahu Ferdi."Sayang dimana?""Masih di mobil sayang, emang kenapa?""Nanti masuk ke perusahaan lewat jalur belakang.""Ada masalah sayang?""Keselamatanmu yang terpenting sayang, Dinda membuat klarifikasi palsu, sehingga banyak orang yang ingin mengacaukan peresmiannmu hari ini." Dada Naima turun naik benar-benar menguji iman dan mental."Terus aku harus bagaimana, Sayang?""Tenang saja, Sayang. Semuanya pasti baik-baik saja.""Tunggu Abang datang, abang sedang mencari solusi demi keselamatnmu.""Bang, kita jangan