Hayo loh.. dah ah, komen duluuu cobaaa
“Hah … akhirnya selesai juga.” Kayla berkata lega saat dirinya sudah selesai melakukan meal prep, sebuah kebiasaan yang selama ini sering dia lakukan untuk menghemat waktu saat memasak dan sudah menjadi kebiasaannya saat di luar negeri. Begitulah Kayla, sejak tinggal di luar negeri dia selalu membuat perencanaan tentang makanan yang masuk ke dalam perutnya. Pagi tadi, saat melihat isi kulkas William yang dalam keadaan bersih, dia akhirnya memutuskan untuk pergi ke supermarket dan tentunya dia memberitahukan hal ini pada William, takutnya tiba-tiba pria itu muncul mendadak seperti kemarin, ini akan membuatnya terkejut. Kayla duduk di sofa depan televisi besar, dia meluruskan kakinya dan merebahkan tubuhnya, lalu matanya tertuju pada tablet William yang dia pindahkan dari ruang makan ke atas meja ini sebelum dia pergi. “Oh, jadi dia benar-benar tidak pulang untuk mengambilnya?” gumam Kayla. Dia lalu beranjak dan mengambil benda itu, kemudian dia berjalan masuk ke ruang kerja Willia
Kayla melebarkan matanya, dia tidak menyangka kalau suaminya ini akan membawanya ke keluarga besar dari pihak papanya, yang mana selama ini, Kayla tidak tahu apapun tentang hal itu, karena keluarga papa William tidak pernah terlihat.“Berapa lama kita akan ada di sana?” tanya Kayla lagi.“Mungkin sedikit lebih lama karena aku akan mengurus pekerjaanku.” William berkata datar.“Kak Will masih bekerja di sana? Bukannya Kak Will ….” Kayla menggantung kalimatnya, dia takut kelepasan untuk mengatakan kalau mungkin saja pria ini sudah mengurus masalah warisan dari Nenek Yulia.William diam menunggu Kayla mengatakan sesuatu.“Ehm, maksudku … tentang izin tinggalku nanti di sana … semuanya sudah habis masa berlaku dua minggu lalu.” Kayla mengalihkan pembicaraan mereka.“Aku akan meminta temanku untuk mengurusnya untukmu. Jadi, jangan khawatir.” William menjawab dengan tenang.“Oh, oke…” Kayla mengangguk sebelum akhirnya menatap tangan William yang masih menggenggamnya. “Apa … ada hal lain, Ka
“Ha ha ha!” Kayla tertawa, “Kak Will, jangan bercanda kelewatan ah!” Seumur-umur, Kayla baru tahu kalau William pandai bercanda. Dia kira kulkas berjalan ini hanya tahu berbicara serius! Namun, di luar dugaan, William membalas, “Aku tidak bercanda. Aku serius.” Balasan itu membuat Kayla mengerjapkan mata. “Hah? Kak Will serius ingin memberikan dana padaku?” “Ya.” “Kenapa?!” “Kenapa tidak?” balas William. “Kamu bilang kamu mau, jadi sebagai suamimu, bukankah seharusnya aku mendukungmu?” Kayla ternganga. Mana ada hal sebaik ini di dunia ini!? Terlebih lagi hal itu datang dari seorang Kaisar William Drake! “Kak, membuka restoran yang kumau itu tidak cukup dengan satu-dua juta loh ya! Mungkin perlu kisaran puluhan sampai ratusan juta!” “Lalu, apa masalahnya?” Apa masalahnya? Kayla tidak elak mengulangi pertanyaan itu di benaknya. Ya jelas karena masalahnya adalah bagaimana bisa William begitu santai saat akan mengeluarkan uang sebanyak itu?! Memang, Kayla tahu keluarga William c
Kayla memperhatikan William dengan seksama, dia juga melihat raut perubahan pada diri pria itu, walaupun sekilas dia melihat saat itu William terkejut dengan pertanyaannya.“Itu …,” ucap William terputus lalu kemudian mengangguk dan menjawab, “ya.”Mendengar hal itu, Kayla langsung berpikir cepat, dia baru menyadari satu hal yang terlewat. Selama ini dia tidak pernah ingin tahu dimana William bekerja. Yang diketahui Kayla adalah … sejak William pergi ke Amerika, pria itu tidak kembali lagi untuk waktu yang lama. Dia hanya sesekali saja kembali ke Indonesia dalam waktu singkat.Dari Ghafa yang bercerita sekilas tentang William, Kayla hanya tahu William bekerja di luar negeri dan terakhir di acara ulang tahun kakaknya dia juga mendengar cerita-cerita dari teman-teman William kalau dia selalu sibuk dengan pekerjaannya.Apa mungkin …?“Kak Will, apa aku boleh meminta sesuatu?”Hal ini membuat William menautkan alisnya. “Apa?”“Ah, tapi sebelumnya aku mau bertanya, Kakak mengajakku ke Ame
Saat ini, Kayla sudah ada di lobi Menara Twin Star, salah satu gedung perkantoran yang cukup elit di kawasan pusat kota. Niat hati ingin memenuhi janji mengantarkan makan siang untuk William, Kayla malah berakhir terpukau dengan area kantor tersebut. Di dalam gedung ini hanya ada perusahaan-perusahaan dari luar negeri yang bonafit saja, termasuk di dalamnya Ellysium Luminar.Baru saja Kayla ingin menghubungi William, memberitahukan kalau dia sudah sampai di bawah, tetapi matanya sudah menangkap sosok pria itu. Kayla tersenyum dan ingin melangkahkan kakinya mendekat, namun baru saja melangkah kakinya harus kembali terhenti, karena tiba-tiba saja seorang wanita mendekati William dengan membawa kantong makanan siang yang dibungkus rapi.“Pak William, saya perhatikan sepertinya Bapak sering melewatkan makan siang karena urusan pekerjaan. Ini saya bawakan makan siangnya, Saya tahu pasti Pak William belum makan, kan?” Wanita dengan setelan blazer coklat muda itu tersenyum manis pada Willia
“Dia adalah istr–” “Adik sahabatnya!” seru Kayla cepat, memotong jawaban William dan mengejutkan wanita tadi. “Hah?” Jawaban Kayla tampak tidak memuaskan bagi sang wanita. Alis kanannya naik, seakan mempertanyakan jawaban aneh itu.Ekspresi yang tak jauh berbeda juga tampak di wajah William, pria itu tampak ‘sangat’ tidak senang dan siap melahap Kayla hidup-hidup!Takut William nekat berbicara–atau melakukan–yang macam-macam, Kayla pun langsung mengambil satu keputusan!“K-kalau tidak ada urusan lain, aku pinjam orang ini dulu! Permisi!”Gegas, Kayla menarik tangan William keluar lobi, meninggalkan panggung yang menjadikan mereka pusat perhatian.Wanita yang ditinggalkan di tengah lobi dengan menyedihkan itu menghentakkan kakinya kesal. “Apa-apaan sih!? Menggagalkan usahaku mendekati Pak William saja!”**“Kamu lihat di sana!”“Itu Pak William ‘kan?!”“Loh itu seberangnya siapa!? Kok mereka berdua dekat banget?!”Desas-desus dari kafetaria yang cukup ramai membuat Kayla sangat tida
Setelah mereka selesai makan siang bersama, Kayla pun diantar William ke lobi.“Kakak antar sampai sini saja. Mobilku di parkiran ….”“Kuantar sampai parkiran lebih aman.”Kayla menghela napas, lalu tersenyum tidak berdaya. Pria di depannya ini begitu keras kepala.“Kak Will, Kakak tahu aku tidak suka dipaksa, ‘kan?” Ditanya seperti itu, William cukup terkejut. “Aku … bukan bermaksud memaksa, tapi–”“Jarak lobi dan tempat parkir dekat kok, Kak! Tidak perlu khawatir, oke?” ucap Kayla dengan senyum menenangkan.Melihat gadis itu begitu keras kepala, akhirnya William pun mengalah. “Ya sudah, kalau begitu hati-hati di jalan, nanti kalau ada sesuatu—”“Hubungi aku,” potong Kayla cepat dengan gaya khas William, sedikit mencontoh pria itu sebelum akhirnya tersenyum. “Ya, ’kan?” William yang sempat tersentak, akhirnya tersenyum sambil mengangguk. “Ya, hubungi aku.”“Jangan khawatir, aku akan hubungi Kak Will kalau ada apa-apa,” ujar Kayla lagi. Dia mengambil beberapa langkah untuk menuruni
Beberapa jam sebelumnya, di kamar hotel Daniel Brown.“Apa kamu bilang, Dan?” Anastasia berkata dengan nada tinggi pada Daniel, wajahnya terlihat tidak terima dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Daniel. “Stella diminta CEO Ellysium untuk menggantikanmu sebagai perwakilan kerja sama dua perusahaan!? Bagaimana bisa!? Apa yang sudah kamu lakukan!?”Daniel yang sedang memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya di sofa untuk menenangkan diri berakhir menghela napas kasar.“Apa kamu bisa diam sebentar dan jangan berisik, Ana?!”“Bagaimana aku bisa diam sedangkan kamu sendiri seperti seorang pecundang di hadapan si Stella! Kamu tahu sendiri dia itu sering sombong dan juga–”“Ana, kumohon berhentilah bicara!” Kembali Daniel mengulang kata-katanya.“Ya, tapi … proyek ini adalah proyek khusus dari kakekmu agar kamu bisa membuktikan kalau kamu memang sudah layak untuk menjadi pemimpin di Terra Brown, itu yang selalu kamu katakan padaku, kan? Aku juga melihat semua perjuanganmu, kamu itu ora
Frank membawa Kayla menuju salah satu villa yang ada di pinggiran kota, tempat ini memiliki suasana yang cukup nyaman dan tenang. “Ini tempatnya, Nyonya.” Frank berkata pelan.Kayla melangkah keluar, sedikit menggigil karena udara dingin. Namun, tatapan hangat William yang sudah menunggunya di pintu vila langsung menghapus rasa dinginnya. Pria itu mengenakan pakaian kasual — kaos polos dengan sweater bewarna gelap dengan celana panjang santai — membuatnya terlihat begitu berbeda dari sosok formal seperti sebelum William berangkat ke kantor“Kak Will!” seru Kayla sambil berlari kecil menghampiri William dan langsung memeluk pria itu.“Ayo cepat masuk, di luar sangat dingin.” William membawa Kayla masuk ke dalam dan di tempat ini memang sangat hangat. William menuntunnya berjalan ke ruang makan. Di atas meja sudah terlihat hidangan makanan yang sangat lezat. Kayla lalu melihat ke arah William, mempertanyakan maksud pria itu.“Ini …?”“Dinner di luar selain di rumah,” jawab William sin
Kayla terdiam, pikirannya yang semula terfokus pada acara yang akan dihadiri bersama William tiba-tiba buyar begitu saja. Dia tidak tahu harus merespons seperti apa."Tapi ini...," Kayla mencoba mengumpulkan keberanian untuk menolak, namun lidahnya terasa kelu. Rasanya tidak mungkin untuk menentang permintaan Nenek Daisy."Acara ini sangat penting untuk menjaga nama baik keluarga Drake. Kamu hanya perlu datang dan tampil dengan baik. Semua persiapan akan diatur oleh orang-orang nenek," ujar Daisy dengan nada santai, seolah-olah ini hal kecil.Kayla masih terdiam. Hatinya mulai diliputi kegelisahan. Pikirannya bercabang ke berbagai kemungkinan. Apakah ini cara Nenek Daisy untuk memastikan dia benar-benar tidak bisa datang ke acara bersama William?"Kay, nanti selama di sana, tolong perhatikan sikapmu. Akan ada banyak tamu penting, termasuk pejabat dan kemungkinan walikota serta dewan kota. Keluarga Drake memiliki hubungan dekat dengan mereka. Aku harap kamu bisa menjaga citra keluarga i
Stella mengeluarkan beberapa batuk kecil sebelum bersuara, "Aku disuruh masuk atau harus berdiri di depan pintu jadi kurir saja?" ujarnya sambil tersenyum lebar, mengangkat kotak kue di tangannya sebagai bukti tugasnya.Kayla yang tengah sibuk memeriksa pesan di ponselnya langsung tersadar dan terkekeh ringan. "Ah, maaf, sampai lupa! Masuk, dong, Stell."Setelah Stella masuk dan duduk di sofa ruang tamu, dia langsung memulai ceritanya. "Tadi aku ada rapat di kantor Ellysium sama Tuan Kaisar William Drake. Setelah selesai, tiba-tiba dia manggil aku secara khusus dan bilang, ‘Tolong temui istriku, dia pasti sedang kesepian dan butuh teman.’" Stella menirukan nada serius William, lalu terkikik.Kayla, yang kini duduk di sebelah Stella, tersenyum lebar mendengar cerita itu. Pandangannya beralih ke kotak kue yang Stella bawa. Matanya berbinar penuh antusias."Itu kue cokelat, ya? Pasti suamiku yang minta sekretarisnya siapkan. Kak Will memang tahu banget apa yang aku suka!" Kayla berseri-se
Pagi hari, Kayla membuka matanya perlahan, dan pandangannya langsung tertuju pada William yang masih tertidur di sampingnya. Lengannya melingkar erat di pinggang Kayla, seolah tak ingin melepasnya. Suara dengkuran halus dari suaminya membuat Kayla tersenyum lembut, hatinya terasa hangat melihat sisi William yang begitu tenang. Ditambah lagi setelah pembicaraan panjang semalam.Dengan hati-hati, Kayla menyentuh pipi William, jari-jarinya mengelus lembut kulit suaminya. “Kak Will,” bisiknya pelan, mencoba membangunkannya.Mata William sedikit terbuka, pandangannya masih berat. “Hmm, pagi,” jawabnya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.“Pagi, Kak Will,” sapa Kayla dengan nada manis. Senyuman tipis langsung terukir di wajah William, membuat Kayla merasa seolah mendapatkan hadiah pertama di pagi hari.“Jam berapa sekarang?” William bertanya sambil menarik Kayla lebih dekat dalam pelukannya, memejamkan matanya lagi.“Hampir jam tujuh. Bangun, Kak Will, hari ini kamu masih a
Mendengar kata-kata William yang tulus, Kayla merasa hatinya menghangat. Perasaan dihargai oleh suaminya membuat dadanya penuh dengan emosi. William bahkan rela meluangkan waktu dari kesibukannya hanya untuk mendengarkan ceritanya. Beberapa saat dia hanya diam, matanya terarah pada pria di hadapannya, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dia semakin menyadari betapa dirinya makin mencintai suaminya itu.“Kay,” suara lembut William memecah keheningan. “Apa kamu masih ragu, hehm?” tanyanya sambil menarik tubuh Kayla ke dalam pelukannya. Wangi citrus dan mint yang khas dari parfum William menyeruak, mengisi ruang di antara mereka.Kayla memejamkan mata dan membenamkan wajahnya di dada bidang suaminya. “Kak Will …” ucapnya lembut, suaranya terdengar manja. Tanpa sadar, tangannya memeluk pria itu lebih erat. Pelukan itu, di tengah tekanan yang baru saja ia alami, seolah menjadi tempatnya meluruhkan segala beban.William mengecup lembut puncak kepalanya. “Hehm… apa kamu belum mau menceritakan
“Kay,” tegur William, dan ini membuat lamuan Kayla buyar hingga nyaris menjatuhkan tas yang dipegangnya. Kondisi ini membuat William dengan sigap menolongnya. Bau mint yang menguar dari wangi sabun mandi milik William ini masuk ke dalam indra penciumannya, membuatnya juga cepat tersadar kalau saat ini William sudah berada di dekatnya dengan handuk yang melilit di tubuhnya. “Kamu bertemu dengan Stella hari ini, apa yang dia katakan?” tanya William setelah meletakkan tas itu ke atas meja kembali. Kayla melihat ke arah William dengan tatapan datarnya dan bertanya dalam hati, “Apa … aku harus mengatakan hal ini pada Kak Will?” “Hei, kamu kembali melamun?” William membuyarkan kembali pikiran Kayla. “Ah, Kak Will sudah selesai?” Kayla dengan cepat mengulas senyum di wajahnya, dia memutuskan untuk menunda dulu membicarakan hal ini. William melihat ke arah Kayla dengan tatapan menyelidik. “Kay, aku … minta maaf.” Suara pria itu terdengar sangat lembut di telinga Kayla. “Maaf, karena ak
Sesampainya di rumah, Kayla terkejut karena William sudah ada di rumah. “Kay, kemana saja kamu? Bukannya sudah kukatakan kalau kamu harus pergi bersama dengan Frank?” Nada suara William sedikit lebih tinggi dari biasanya, raut wajahnya terlihat bentuk kekhawatiran di sana. “Itu … bukankah sebelumnya sudah kukatakan kalau aku menemani Nenek pergi? Nenek juga sudah menyuruh Frank secara langsung untuk pulang, karena itu–” “Tidak peduli siapa pun menyuruhnya, kamu harus tetap bersama dengan Frank dari keluar rumah sampai kembali lagi ke rumah. Ini demi keselamatanmu, karena di sini tidak sama dengan di Indonesia, Kay.” William berkata dengan penuh penekanan, hal ini membuat diam untuk beberapa saat. Benar dia memang salah tidak memberitahu William secara langsung terkait dirinya yang pergi bersama sang nenek, karena saat itu posisi ponselnya berdaya lemah, tetapi sebelumnya dia sudah menghubungi William, dan William tidak meresponsnya. Lalu, Nenek Daisy menyuruh Frank untuk segera
“Kay!” panggil Stella sembari menepuk pelan pungung tangannya yang ada di atas meja.“Ah, iya, aku ….”“Aku tidak tahu ada berapa banyak calon pewaris keluarga Drake, tapi cerita yang barusan kudengar kemarin saat aku tiba di tempat ini sebenarnya membuatku bertanya-tanya, karena sepengetahuan berita yang beredar diantara kami, keluarga besar Drake hanya memiliki satu pewaris tunggal dan itu adalah … suamimu.” Stella berkata dengan wajahnya yang dipasang sangat serius.Kayla mengangguk pelan membenarkan.Stella nampak terkejut. “Kay, apa … hubunganmu sebenarnya dengan Kak Williammu ini baik-baik saja?” tanya Stella dengan nada rendah dan pelan, khawatir menyakiti perasaan Kayla.Kayla mendesah dalam. “Sebenarnya ….” Kayla lalu menceritakan hal itu pada Stella, tentang bagaimana dirinya pertama kali disambut di keluarga Drake,lalu perubahan sikap nenek WIlliam. Namun, dalam hubungannya dengan William tidak ada hal yang serius. Pria itu tetap memperlakukannya seperti biasa, bahkan belaka
Satu minggu berlalu sejak kejadian itu. Rencana Daisy yang akan mengunjungi Kayla di kediaman mereka batal karena tiba-tiba saja sang Kakek harus ke luar kota hingga membuat Daisy harus mempersiapkan banyak hal untuk perjalanan mereka.Kayla tidak mempermasalahkannya, bahkan dia sedikit lega. Entah kenapa perubahan sikap neneknya yang cukup mendadak ini membuat Kayla sedikit heran. Apa pikirannya saja atau … tetapi melihat William yang tidak terlalu membahas lebih dalam masalah ini dia juga tidak memikirkan lebih jauh.Selama seminggu ini juga, dia sibuk belajar membuat kue kesukaan Daisy, dengan mendapatkan resep dari chef kediaman keluarga Drake. Semua berjalan tenang dan hubungannya dengan William semakin hari makin dekat. Bahkan William akan selalu menghubungi Kayla di tengah kesibukannya. Hal ini membuat Kayla tidak akan pernah jauh-jauh dari ponselnya.“Kak Will, nanti aku akan pergi dengan Stella.” Kayla memberikan laporannya pada William. Sebenarnya dia juga sudah memberitahuka