Mata Olive membulat, mulutnya sedikit terbuka kala mendengar ucapan Raihan. Olive sedikit menggeleng, ia sendiri tak yakin dengan apa yang barusan ia dengar. Wanita cantik yang kini duduk di hadapannya bersedia bercerai dengan Nico? Apakah ia tak salah dengar?
“Kau … bersedia bercerai dengannya?” tanya Olive, memastikan apa yang ia dengar memang tak salah.
Raihan malah melemparkan senyumnya yang lembut. “Iya, aku bersedia bercerai dengannya.”
“Benarkah?” Bola mata Olive membulat sempurna, suaranya menyeru begitu Raihan mengulangi kembali ucapannya.
“Iya …” jawab Raihan, “tapi …”
Olive menatap tanya Raihan. Barusan ia diberi harapan besar, ternyata memang tak semudah itu membujuk istri dari kekasih hatinya.
“Aku pasti bersedia bercerai dengan Nico, asalkan … Nico sendiri yang memintanya.”
Wajah Olive seketika tampak kegirangan. “Ka
Bola mata coklat Nico menatap tajam pantulan dirinya di pintu lift yang berbahan logam keras, rahangnya yang tegas dan kokoh berkedut, wajah blasteran tampan itu kini tampak tak ramah namun ia hanya terdiam sepanjang lift bergerak ke atas.Setelah beranjak dari restoran, ucapan Olive terus menggema di pikirannya, memenuhi isi di kepalanya. Bukan lantaran senangnya ia mendapati kabar bahwa ia bisa bersama kembali dengan kekasih hatinya yang dahulu ia idam-idamkan namun ia begitu tak habis pikir akan istrinya. Karena itu, ia pun meninggalkan Olive dan segera pulang ke rumahnya tanpa memesan menu untuk bisa menikmati makan malamnya bersama gadis yang ia cintai itu. Pintu lift terbuka. Langkah kaki Nico langsung melangkah lebar menuju apartemen miliknya seakan ia tak sabar lagi untuk segera sampai dan menemui istrinya. Begitu ia masuk ke apartemennya, ia langsung mencari sosok Raihan namun wanita itu tak berada di ruang tamu maupun ruangan tengah.Nico segera
PukSebuah bola kertas yang diremas-remas mengenai wajah tampan Nico dan sukses membuyarkan lamunannya. Nico menoleh ke arah Jeremy yang terkikik geli karena berhasil melempari partner kerjanya itu dengan bola kertas yang ia buat dan membuat pria itu sadar dari lamunannya.Nico meraih bola kertas itu dan membukanya. Matanya mendelik melihat kertas yang sudah diremas bulat-bulat oleh Jeremy. “Astaga Jeremy … ini kan surat perjanjian yang tadi sudah kutandatangi!” seru Nico. Ia lalu menatap tak menyangka ke arah partnernya itu, pria brewok itu malah tertawa kegirangan, seolah puas telah ‘mengerjai’ partnernya.“Halah, kau malah tertawa … ini bagaimana?” omel Nico.Jeremy malah berdecak. “Itu gampang saja!” ucapnya enteng, “kau minta saja ke klien untuk mengirim surat perjanjian baru,” lalu pria itu tertawa lagi.Nico menatap aneh partner kerja sekaligus sabahatnya itu. Bisa-bis
“Hasya, perkenalkan, beliau ini Pak Bily,” kata Hendra, asisten Bily, ke Hasya, “gadis ini bernama Nona Hasya Kuiper, dia adik dari Pak Nico. Atas permintaan Pak Nico, Nona Hasya akan magang di sini ….”Sejenak Hasya dan Bily hanya diam saling berpandangan, mereka belum saling melupakan pertemuan mereka di suatu club malam dan Hasya tidak menyangka bahwa atasan dia saat ini adalah pria yang ia temukan begitu mengenaskan di malam itu. Hasya mengamati wajah tampan pria yang kini menjadi atasannya itu, luka-luka di wajahnya masih terlihat nyata walau sudah mengering tapi entah mengapa luka-luka itu malah terkesan menambah nilai ketampanan pria itu.Bily lalu berdehem sungkan. “Silahkan duduk, Nona Hasya!” ucapnya.“Iya …”“Hendra, kau juga duduk di situ!”Hendra mengambil duduk di samping Hasya.“Sudah tiga hari aku tidak masuk kerja, dan hari ini aku akan
“Nico, anakku!” seru David sambil melompat memeluk Nico ketika ia membuka pintu rumahnya untuk putra dan menantunya. Setelah memeluk Nico, David memandang Raihan yang berdiri di samping belakang Nico. “Menantuku yang cantik …” kata David seraya hendak memeluk Raihan namun Nico dengan cepat menarik ayahnya. “Heh, jangan asal main peluk saja, itu istriku!” hardik Nico. “Kenapa sih kamu ini, tidak bisa lihat ayahmu bahagia barang sebentar saja!” balas David. “Kalau mau peluk cewek muda Ayah bisa cari istri lagi, kan? Ayah kan mampu ….” “Dasar anak kurang ajar kau ini!” tukas David. “Kak Raihan …” tiba-tiba Raisya muncul dan memeluk Raihan. “Ini lagi satu, bukannya memeluk kakak kandungnya dulu malah memeluk iparnya!” protes Nico pada Raisya. “Raihan ini kakakku juga~” “Dasar semuanya … sama saja….” umpat Nico dengan ekspresi jengkelnya pada keluarga. Raihan yang menatap pemandangan hubungan keluarga “harmoni
Tiba-tiba tangan besar merebut foto itu. “Kau bisa mandi sekarang!” kata Nico sembari menyimpan foto itu kembali ke dalam laci.“Oh … kau masih mau menyimpannya?”Nico kembali mengambil foto itu dan membuangnya ke tempat sampah. Tiba-tiba Nico mendengar ada suara bisik-bisik dari luar pintu kamarnya. Dengan cepat Nico melangkah ke arah pintu dan membuka pintu kamarnya. Dan benar saja di sana ia menemukan ayah dan Raisya yang sedang menguping di sana.“Apa-apaan sih kalian ini?” bentak Nico langsung ke arah David dan Raisya.“Ti-tidak kok, Kak …” sahut Raisya gelagapan, “aku hanya lewat saja tadi ….”“I-iya … a-aku juga,” kata David.“Dasar kalian ini!” murka Nico hingga membuat ayah dan adiknya itu kabur dari sana.Nico kembali masuk ke kamar dan menutup pintunya rapat-rapat. “Bisa-bisanya mereka itu …” om
Nico dan Raihan kini sedang duduk santai di ruang keluarga sembari mendengar celotehan David yang tiada hentinya hingga membuat menantu kesayangannya tak bisa menahan tawanya. Sedangkan Nico, ia hanya duduk cuek menikmati minuman kaleng sembari mendengarkan ayahnya yang terus menceritakan hal konyol yang pernah dilakukan oleh putranya sendiri. Tiba-tiba Raisya turun dari tangga dan menghampiri mereka. “Girl’s only!” serunya, ia lalu menarik Raihan. “Aku pinjam kak Raihan dulu, ya?”“Sesukamu sajalah!” kata Nico.Raisya lalu menarik Raihan untuk naik tangga dan berjalan menuju kamar gadis cantik berwajah blasteran itu. Raihan begitu takjub begitu Raisya membuka pintu kamarnya sehingga tampak betapa girly-nya kamar Raisya dengan nuansa warna pastel. Dan di sana ada Hasya sedang duduk di ranjang.“Kak Raihan, ayo masuk!” kata Raisya sambil menarik Raihan masuk ke dalam dan mengaja
Mata Raihan mengerjap-ngerjap, ia serasa tak percaya kini ia berada di taman bermain. Entah sudah berapa lama ia tak main ke sana, terakhir kali ia ke sana bersama sahabatnya , Wulan, saat mereka masih dekat. Terdengar suara riuh, gelak tawa dan teriakan orang-orang karena wahana bermain tertentu, cukup ramai padahal hari itu bukanlah hari libur.“Kenapa, kau baru saja ke sini?” sindir Nico.“Enak saja!” cibir Raihan, “sudah lama sekali aku tidak bermain ke tempat hiburan.”“Sejak kapan?”“Aku lupa,” kata Raihan, “tapi dulu aku cukup sering bermain di tempat seperti ini.”“Oh, ya?” Nico malah menekan gemas puncak kepala istrinya namun segera ditepis kesal oleh Raihan. “Kalau begitu buktikan!”“Oh, okay …” kata Raihan menerima tantangan dari suaminya.Mereka pun mulai mencoba wahana bermain dan Raihan sengaja memilih
Pesta acara launcing Royal Green Residence kini berlangsung. Nico, Jeremy, beberapa komisaris perusahaan, semua clien, tamu dan juga Olive yang sebagai brand ambassador sedang berkumpul di taman yang sudah ditata sedemikian untuk pelaksaann acara launching tersebut. Ada begitu banyak hiasan balon dan beberapa bunga papan ucapan selamat dari perusahaan lain atas acara tersebut, berjejeran di sekitar pintu masuk.Nico mengintim jam yang bertengger di lengannya dengan agak gelisah, seakan menunggu kedatangan seseorang. Ia tampak begitu rapi dan tampan dengan setelan jasnya, ia agak kesal karena Raihan malah ingin datang belakangan karena ingin membelikan hadiah untuknya. Entah hadiah apa yang akan Raihan berikan hingga wanita itu begitu bersemangatnya.“Nico ….”Nico menoleh dan tampak Olive yang mengenakan gaun berwarna merah marun dan make-up yang senada dengan gaunnya, membuatnya terlihat sangat can