Nico dan Raihan kini sedang duduk santai di ruang keluarga sembari mendengar celotehan David yang tiada hentinya hingga membuat menantu kesayangannya tak bisa menahan tawanya. Sedangkan Nico, ia hanya duduk cuek menikmati minuman kaleng sembari mendengarkan ayahnya yang terus menceritakan hal konyol yang pernah dilakukan oleh putranya sendiri.
Tiba-tiba Raisya turun dari tangga dan menghampiri mereka. “Girl’s only!” serunya, ia lalu menarik Raihan. “Aku pinjam kak Raihan dulu, ya?”
“Sesukamu sajalah!” kata Nico.
Raisya lalu menarik Raihan untuk naik tangga dan berjalan menuju kamar gadis cantik berwajah blasteran itu. Raihan begitu takjub begitu Raisya membuka pintu kamarnya sehingga tampak betapa girly-nya kamar Raisya dengan nuansa warna pastel. Dan di sana ada Hasya sedang duduk di ranjang.
“Kak Raihan, ayo masuk!” kata Raisya sambil menarik Raihan masuk ke dalam dan mengaja
Mata Raihan mengerjap-ngerjap, ia serasa tak percaya kini ia berada di taman bermain. Entah sudah berapa lama ia tak main ke sana, terakhir kali ia ke sana bersama sahabatnya , Wulan, saat mereka masih dekat. Terdengar suara riuh, gelak tawa dan teriakan orang-orang karena wahana bermain tertentu, cukup ramai padahal hari itu bukanlah hari libur.“Kenapa, kau baru saja ke sini?” sindir Nico.“Enak saja!” cibir Raihan, “sudah lama sekali aku tidak bermain ke tempat hiburan.”“Sejak kapan?”“Aku lupa,” kata Raihan, “tapi dulu aku cukup sering bermain di tempat seperti ini.”“Oh, ya?” Nico malah menekan gemas puncak kepala istrinya namun segera ditepis kesal oleh Raihan. “Kalau begitu buktikan!”“Oh, okay …” kata Raihan menerima tantangan dari suaminya.Mereka pun mulai mencoba wahana bermain dan Raihan sengaja memilih
Pesta acara launcing Royal Green Residence kini berlangsung. Nico, Jeremy, beberapa komisaris perusahaan, semua clien, tamu dan juga Olive yang sebagai brand ambassador sedang berkumpul di taman yang sudah ditata sedemikian untuk pelaksaann acara launching tersebut. Ada begitu banyak hiasan balon dan beberapa bunga papan ucapan selamat dari perusahaan lain atas acara tersebut, berjejeran di sekitar pintu masuk.Nico mengintim jam yang bertengger di lengannya dengan agak gelisah, seakan menunggu kedatangan seseorang. Ia tampak begitu rapi dan tampan dengan setelan jasnya, ia agak kesal karena Raihan malah ingin datang belakangan karena ingin membelikan hadiah untuknya. Entah hadiah apa yang akan Raihan berikan hingga wanita itu begitu bersemangatnya.“Nico ….”Nico menoleh dan tampak Olive yang mengenakan gaun berwarna merah marun dan make-up yang senada dengan gaunnya, membuatnya terlihat sangat can
Pagi itu Raihan terbangun, ia menoleh ke sampingnya dan tidak menemukan Nico di sana. Di lemparnya pandangannya ke arah pintu kamar yang terbuka. Tidak biasanya suaminya ke kantor pagi-pagi buta begini, apa suaminya ingin bertemu lagi dengan gadis bernama Olive itu? pikir Raihan.Raihan lalu turun dari ranjang dan keluar dari kamar. Saat ia berjalan menuju dapur, aroma tumisan makanan menyambar indera penciumannya, wangi sekali. Saat di dapur, ia menemukan suaminya sedang berkutat di depan kompor. Nico sedang memasak rupanya.Tampak Nico sudah rapi dengan baju kaos putih sedang memasak, rambutnya terlihat masih basah menandakan pria itu sudah mandi. Gerakannya terlihat luwes ketika meniriskan pasta spageti yang sudah ia rebus setelah itu ia kembali berkutat di depan kompor, mengaduk-ngaduk saos berwarna putih di Teflon.“Nico,” panggil Raihan sembari menghampiri Nico dan melihat apa yang Nico lakukan, “sejak kapan kau memasak?” tanyanya,
“Ini … dari orang tuanya temanku dulu …” jawab Raihan, sebentar, aku jawab dulu, ya,” katanya ke Nico, ia lalu menerima panggilan dari ibunya Wulan. “Ya halo, Tante?” sapanya.“Raihan …” suara wanita paruh baya yang terdengar cemas.“Ya, ada apa, Tante?”“Wulan ….”Kening Raihan mengerut, ia bisa merasakan ada yang tidak beres dari nada suara di seberang telepon. “Kenapa dengan Wulan, Tante?”“Wulan masuk di Rumah Sakit sekarang…”“Wulan sakit apa, Tante?”“Kata dokter Wulan leukemia ….”Raihan terkejut mendengar mendengar ucapan ibunya Wulan. Wulan sakit leukimia? Dia tidak salah dengar, kan? Gadis yang dulu dekat dengannya dan pernah menyakitinya.“Raihan … Tante bisa minta tolong?”“Ya. Apa itu, Tante?”“Tolong buj
Dari kejauhan Nico bergeming memandang istrinya dipeluk oleh pria lain yang tak lain adalah karyawan yang bekerja di perusahaannya, bahkan sudah menjadi orang penting di perusahaannya. Tubuhnya terasa kaku, ia tak pernah menyangka bahwa istrinya kini bersama pria lain di sana dan pria itu adalah Bily.“Raihan!” pekik Nico dan sukses membuat dua sejoli di hadapannya itu tersentak lalu menoleh ke arahnya. Nico bisa melihat wajah keterkejutan Raihan saat mendapatinya berdiri di sana.Nico mendengus marah, ia mengepalkan tangannya kuat-kuat dan dengan wajah menggeram ia menghampiri Bily dan Raihan yang masih terkejut di sana, seakan tak siap dengan kehadiran Nico yang telah menyaksikan mereka apalagi kini Nico melangkah menghampiri mereka.Bily melepas pelukannya dan menatap tajam ke arah Nico yang sedang melangkah menghampirinya seakan tak ada ketakutan di sana. Ia sepertinya sudah siap dan bisa menebak apa yang akan Nico lakukan padanya.
Nico memasuki club malam. Musik disco disc jockeymengalun begitu kencang diikuti goyangan heboh para pengunjung yang berjoget ria serta lampu warna-warni yang berkelap-kelip. Sudah lama sekali ia tidak meninggalkan dunia malamnya sejak ia menikah karena ia berkomitmen untuk menjadi suami yang baik jika ia sudah berkeluarga. Namun, saat ini rasanya ia butuh hiburan untuk melupakan sejenak kejadian hari ini.Nico mengambil duduk di depancounter bar dan langsung memesan minuman, cukup ramai di sana apalagi adaseorang bartender pria yang memperlihatkan aksinya dengan lemparan-lemparan botol berisi cocktail dan disambut oleh tepuk tangan orang-orang di sana.Nico meneguk minumannya sambil memandang orang-orang berjoget namun ia sepertinya tidak bisa menikmati suasana di sana. Bahkan musik yang membuat ratusan orang di sana bergoyang tidak membuatnya tertarik untuk ikut bergoyang. Walaupun emosinya sudah mereda namun hatinya masih
Entah sudah berapa lama Raihan duduk di sofa kamarnya, ia tampak merenung memandang jendela sambil menopan dagu di lengan sofa dengan tatapan sendu. Ekspresi kemarahan Nico yang menyiratkan bahwa betapa terlukanya pria itu, terus terbayang-bayang di kepalanya seakan menghantuinya hingga rasa bersalah pun mulai menyiksanya.Raihan tampak sangat menyesal, karena larut dalam suasana ia membiarkan dirinya berada di pelukan Bily, lebih buruknya lagi ia sempat menyesali pernikahannya begitu mengetahui selama ini ia telah salah paham ke Bily. Dalam hati, Raihan tak hentinya merutuki dirinya sendiri bahwa betapa bodohnya ia berpikir demikian, padahal selama ini suaminya begitu memperlakukannya dengan sangat baik dan kehidupan rumah tangga mereka baik-baik saja walau belum ada cinta di antara mereka.Ah, cinta … mengapa itu tak kunjung datang jua di antara mereka.Lagi-lagi handphone miliknya berbunyi. Sejak daritadi Bily terus mencoba menghubunginya namu
Sinar matahari pagi begitu cerah masuk ke kamar apartemen Nico melalui celah gorden. Dari dalam kamar bisa terdengar suara burung-burung bernyanyi dengan merdunya di luar sana. Bunga-bunga tampak mulai bermekaran di taman apartemen menandakan musim hujan telah lewat.Tampak Nico sedang duduk di sofa kamarnya yang menghadap ranjang, ia sudah lengkap dengan stelan jasnya yang rapi. Matanya terus menatap ke arah istrinya yang kini masih tertidur pulas, mungkin karena lelah sudah mengisi malam yang indah bersama Nico,Ah … benah-benar malam yang indah, Nico menyunggingkan senyum tipis di wajahnya. Memang ia sudah sering melalui malam penuh gairah dan desahan bersama istrinya namun semalam itu benar-benar beda baginya karena Nico melakukannya dengan segenap perasaan, tidak hanya sekedar bermain dengan nafsu sebagaimana malam-malam sebelumnya. Tiap kecupan, sentuhan dan belaian Nico berikan dengan napas cinta dan Nico tidak bisa melupakan bagaimana istrinya membalas t