“Caca? Kapan dateng? Kenapa enggak bilang mau pulang?” Arsha menyeret langkahnya menuju meja di mana ketiga wanita berumur itu sedang duduk dengan sebuah senyum hangat menyambutnya. Dimana Rachel? Seharusnya ia menghubungi Rachel dulu sebelum ke sini. Arsha menyalami dan mengecup punggung tangan
“Papa tau apa artinya kalau selama dua minggu Abang Kama enggak pulang dan enggak menyelesaikan masalah dengan Caca?” Nenek Rena bertanya kepada sang suami yang duduk anteng di sampingnya. Kini keduanya dalam perjalanan menuju Vietnam, kebetulan mereka langsung mendapat jadwal penerbangan saat itu
Sang kepala asisten rumah tangga membuka pintu untuk siapapun yang berada di belakangnya. “Tuan dan Nyonya Gunadhya!” Wanita paruh baya itu berseru terkejut. Sama terkejutnya dengan Rena juga Andra yang mendapati kedua orang tua Arsha berada di sana. Akbi mengangguk sedikit disertai senyum tipis
Seluruh keluarga inti Kama maupun Arsha sudah mengetahui berita mengenai keretakan rumah tangga mereka. Kecuali Opa Beni, semua merahasiakan dari beliau karena khawatir penyakit jantungnya akan kambuh. Hanya tinggal menunggu waktu yang di minta Daddy untuk mendengar keputusan Kama. Selama semingg
Kama termenung mendengar rentetan informasi yang ia terima dari Vina. Harapan sang istri terkabul, Arsha sukses dalam pamerannya di London. Tidak tanggung-tanggung seorang Ratu dari kerajaan Inggris yang membeli lukisannya. Kama menatap pena yang ia mainkan di atas meja, lalu tersenyum ironi. Ten
Kama mengembuskan napas berat, menunduk menatap lantai kamar mandi dengan kedua tangan menopang pada meja wastafel berbahan marmer. Ia telah memutuskan untuk melepaskan Arsha dengan banyak pertimbangan dan menurutnya keputusan ini adalah benar. Arsha tidak pernah membutuhkannya, wanita itu bisa su
Ia mendapati sang adik sudah mandi dengan seprei dan selimut yang telah diganti. “Mau makan siang di luar, Ca? Jalan-jalan yuk!” tawarnya, berusaha menghibur. Arsha menggelengkan kepala, sang adik tampak lebih pucat dari biasanya. “Tapi kamu belum makan, Ca ... yang tadi kamu muntahin lagi.” “C
Hari sudah melewati tengah malam saat Aarav dan Arkana tiba di Penthose Kama. Pria itu tidak sabaran menekan bel kemudian menggedor pintu ganda berwarna abu-abu yang terdapat kaca di tengahnya. Kama yang berada di ruang lukis Arsha sedang termenung merutuki keputusannya itu pun menoleh ke arah pin