Kama termenung mendengar rentetan informasi yang ia terima dari Vina. Harapan sang istri terkabul, Arsha sukses dalam pamerannya di London. Tidak tanggung-tanggung seorang Ratu dari kerajaan Inggris yang membeli lukisannya. Kama menatap pena yang ia mainkan di atas meja, lalu tersenyum ironi. Ten
Kama mengembuskan napas berat, menunduk menatap lantai kamar mandi dengan kedua tangan menopang pada meja wastafel berbahan marmer. Ia telah memutuskan untuk melepaskan Arsha dengan banyak pertimbangan dan menurutnya keputusan ini adalah benar. Arsha tidak pernah membutuhkannya, wanita itu bisa su
Ia mendapati sang adik sudah mandi dengan seprei dan selimut yang telah diganti. “Mau makan siang di luar, Ca? Jalan-jalan yuk!” tawarnya, berusaha menghibur. Arsha menggelengkan kepala, sang adik tampak lebih pucat dari biasanya. “Tapi kamu belum makan, Ca ... yang tadi kamu muntahin lagi.” “C
Hari sudah melewati tengah malam saat Aarav dan Arkana tiba di Penthose Kama. Pria itu tidak sabaran menekan bel kemudian menggedor pintu ganda berwarna abu-abu yang terdapat kaca di tengahnya. Kama yang berada di ruang lukis Arsha sedang termenung merutuki keputusannya itu pun menoleh ke arah pin
Semua anggota keluarga berkumpul di ruang makan rumah Mommy Bee untuk melakukan sarapan pagi, hanya berkurang Arsha dan Aarav saja yang katanya pergi ke Vietnam untuk bertemu Kama. Semua tau jika kepergian Aarav ke Vietnam untuk memberitau Kama dan menyadarkan pria itu atas kesalahannya telah mence
Mungkin bagi keluarga Gunadhya yang memiliki uang dan kekuasaan melakukan perjalanan Indonesia - Vietnam maupun sebaliknya adalah seperti perjalanan Bandung ke Jakarta. Hanya dengan panggilan singkat semua diusahakan dan terwujud. Seperti hari ini saat matahari nyaris berada di atas kepala, Aarav
Mommy menahan mulut suaminya agar tidak tergelak, begitu juga dengan pelototan Mommy yang diberikan kepada kedua anak kembarnya mampu membuat anak-anak tampannya itu menahan tawa. Kama salah besar telah menguji kesabaran Arsha, jika Kama memberikan kesempatan kedua untuk Arsha—belum tentu Arsha mau
“Ya ampun, Abaaaaaang ...,” Bunda berseru panik saat mendapati si sulung masuk sempoyongan dengan wajah babak belur ke dalam rumah. Bunda membawa kepala sang anak yang lebih tinggi darinya itu ke dalam pelukan lalu menuntunnya ke sofa. “Pak Haris, Paaaaak ...,” panggil Bunda kepada Kepala asisten