Kama mengembuskan napas berat, menunduk menatap lantai kamar mandi dengan kedua tangan menopang pada meja wastafel berbahan marmer. Ia telah memutuskan untuk melepaskan Arsha dengan banyak pertimbangan dan menurutnya keputusan ini adalah benar. Arsha tidak pernah membutuhkannya, wanita itu bisa su
Ia mendapati sang adik sudah mandi dengan seprei dan selimut yang telah diganti. “Mau makan siang di luar, Ca? Jalan-jalan yuk!” tawarnya, berusaha menghibur. Arsha menggelengkan kepala, sang adik tampak lebih pucat dari biasanya. “Tapi kamu belum makan, Ca ... yang tadi kamu muntahin lagi.” “C
Hari sudah melewati tengah malam saat Aarav dan Arkana tiba di Penthose Kama. Pria itu tidak sabaran menekan bel kemudian menggedor pintu ganda berwarna abu-abu yang terdapat kaca di tengahnya. Kama yang berada di ruang lukis Arsha sedang termenung merutuki keputusannya itu pun menoleh ke arah pin
Semua anggota keluarga berkumpul di ruang makan rumah Mommy Bee untuk melakukan sarapan pagi, hanya berkurang Arsha dan Aarav saja yang katanya pergi ke Vietnam untuk bertemu Kama. Semua tau jika kepergian Aarav ke Vietnam untuk memberitau Kama dan menyadarkan pria itu atas kesalahannya telah mence
Mungkin bagi keluarga Gunadhya yang memiliki uang dan kekuasaan melakukan perjalanan Indonesia - Vietnam maupun sebaliknya adalah seperti perjalanan Bandung ke Jakarta. Hanya dengan panggilan singkat semua diusahakan dan terwujud. Seperti hari ini saat matahari nyaris berada di atas kepala, Aarav
Mommy menahan mulut suaminya agar tidak tergelak, begitu juga dengan pelototan Mommy yang diberikan kepada kedua anak kembarnya mampu membuat anak-anak tampannya itu menahan tawa. Kama salah besar telah menguji kesabaran Arsha, jika Kama memberikan kesempatan kedua untuk Arsha—belum tentu Arsha mau
“Ya ampun, Abaaaaaang ...,” Bunda berseru panik saat mendapati si sulung masuk sempoyongan dengan wajah babak belur ke dalam rumah. Bunda membawa kepala sang anak yang lebih tinggi darinya itu ke dalam pelukan lalu menuntunnya ke sofa. “Pak Haris, Paaaaak ...,” panggil Bunda kepada Kepala asisten
“Dad ... ijinin Abang masuk, please!” Kama memohon kepada mertuanya ketika mobil pria paruh baya itu akan melewati gerbang komplek sepulang kerja. Sudah hancur harga dirinya sebagai pewaris Gunadhya diperlakukan seperti ini oleh Arsha, tapi demi wanita yang sedang mengandung anaknya itu, Kama tidak
“Kok malah dipelototin?” Pertanyaan Kejora itu membuat Zhafira berhenti berpikir. “Heu?” Zhafira menoleh. “Pake ini.” Zara memberikan sarung tangan plastik kepada Zhafira. “Pake ini makannya?” Dengan polosnya Zhafira bertanya. “Iya sayang, kamu pesen Fufu ... makanan khas Afrika, jadi makan kuah
“Kok kita baru bisa liburan bareng sekarang ya?” celetuk Arsha sambil memilih pakaian yang terpajang di butik di mana mereka berada saat ini. “Kak Caca ‘kan sibuk produksi anak terus.” Kejora yang menyahut terlebih dahulu. “Kak Zara sibuk jadi dokter.” Kejora menambahkan. “Zhafira sibuk kerja,” t
“Ca ... itu perut kamu kemana-mana!” tegur Kama, melirik perut istrinya. “Emang kenapa? Perut Caca enak diliat, kan? Walau udah punya anak empat tapi rata ... kenceng.” Sang istri berkilah, keras kepala. Kama mengembuskan napas, tidak baik berdebat di depan anak-anak mereka yang saat ini sedang d
“Mau kemana?” Kama yang duduk di kursi meja makan bertanya sambil memindai istrinya dari atas ke bawah. Sport-braa dipadankan legging panjang dengan motif senada kemudian hanya memakai cardigan hoodie tanpa sleting atau kancing di bagian depannya. “Perut kamu enggak akan masuk angin itu, sayang?”
“Biasanya kalau gue curhat sama cewek, pasti berakhir di atas ranjang ... dan gue paling pantang bawa cewek dari Nightclub ke atas ranjang gue ... enggak bersih.” Satu detik setelah Arkana berkata demikian, ia mendapat siraman minuman dari Lovely yang kemudian pergi meninggalkan meja para pria tampa
Kelima pria tampan melangkah beriringan memasuki sebuah Nightclub. Wajah rupawan, tubuh atletis dengan tinggi menjulang dan outfit dari brand terkenal dunia menjadikan mereka incaran para gadis. “Lo pada pernah nyesel enggak sih, kerena memutuskan menikah?” celetuk Arkana bertanya. Kini mereka su
“Bang ... keringetan ih, bau ... Caca udah mandi ... turunin.” Arsha meronta berharap Kama menurunkannya. “Kan bisa mandi lagi,” balas Kama santai. Jika Arsha tidak salah liat, pria itu sedang menyeringai pertanda tidak baik untuk kesehatan jantungnya. “Bang turunin dulu ... Caca mau kasih Asi bua
Setelah drama baby blues beberapa bulan lalu, kini Arsha bisa menikmati perannya sebagai Ibu dengan bantuan baby sitter. Tidak ada tangis maupun uring-uringan berganti dengan kebahagiaan yang membanjirinya setiap hari. Arsha memang harus dibimbing dan Kama adalah orang yang tepat untuk itu. Mungk
Mungkin saat ini pun Arsha menangis karena itu, perlahan Kama mendorong benda bercat putih dan menemukan istrinya sedang duduk di lantai memeluk kedua lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Dari jauh Kama sudah bisa melihat jika ketiga anaknya sedang terlelap di box bayi masing-masing. “Sayang