Lalu bagaimana dengan Arsha? Sang suami dengan lantang mengatakan jika mencintainya, bahkan berkali-kali. Kata cinta itu tercetus. Ya ampun, Arsha ingin salto rasanya saat ini juga. Kama, si pria dingin, ketus, cuek, tanpa ekspresi mengatakan jika ia mencintainya? Bibir Arsha melengkung menerbi
Suara kicau burung bersahutan dengan alunan deburan ombak menghantam karang yang kemudian pecah di bibir pantai. Sinar matahari menyusup masuk melalui jendela yang tidak tertutup tirainya begitu hangat menerpa punggung terbuka Arsha. “Morning,” suara serak nan seksi di atas kepala Arsha terdengar
“Mungkin itu yang membuat urusan ‘begituan’-nya bergairah ... kamu aja gimana, ninggalin aku beberapa hari langsung berubah ‘hot’ kaya tadi malem.” Sindiran halus Aarash membuat pipi Rachel memerah. Ia mengingat bagaimana ‘nakal’ dirinya tadi malam dampak dari rasa rindunya yang menggebu pada pria
Kama tertegun melihat tampilan sang istri dari pantulan cermin. Meski bertubuh mungil tapi kecantikan dan lekuk tubuh Arsha bak titisan Dewi Yunani. Kama merasa beruntung menjadi suami Arsha atau lebih tepatnya beruntung karena Quan menaruh obat dalam minumannya. Benar apa yang dikatakan Arsha, m
Akan tetapi pria itu sepertinya masih ingin membuat Arsha terluka, lihat saja tatapan meledek dan seringai di bibir Liam yang seakan memperolok Arsha. “Sedang apa si bungsu Marthadidjaya di sini? Menemani sang Ayah, kah?” sapa Liam dengan pertanyaan basa-basi meremehkan. “Oh ... si brengsek ini be
“Mbak kenapa?” Asisten Rachel bertanya ketika melihat Rachel terhuyung menuruni tangga. Wajah Rachel tampak pucat pasi dengan beberapa buliran keringat pada pelipisnya. Rachel balas memaksakan senyum kemudian menggelengkan kepala. “Kecapean aja kayanya, belum sarapan juga.” Rachel baru ingat jika
Derap langkah dua pria dewasa dengan tubuh tegap menjulang terdengar menggema di rumah mewah milik Beni Marthadidjaya yang sekarang di huni oleh cucu pertamanya. Masih diikuti Rio, Aarash menekan tombol lift akan tetapi benda tersebut tak kunjung turun entah tersangkut di mana kemudian kakinya tida
Rio ber Oh ria, ia manggut-manggut mengerti. “Kamu kenapa enggak ngehubungin aku? Hampir aja Pak Aarash mukulin Pak Yugha!” “Laaah, kok bisa?” Dina tersentak, sedikit meninggikan suara. Raut wajah yang menunggu penjelasan itu tampak menggemaskan. “Tadi Pak Yugha keluar dari kamar Bu Rachel waktu
“Kok malah dipelototin?” Pertanyaan Kejora itu membuat Zhafira berhenti berpikir. “Heu?” Zhafira menoleh. “Pake ini.” Zara memberikan sarung tangan plastik kepada Zhafira. “Pake ini makannya?” Dengan polosnya Zhafira bertanya. “Iya sayang, kamu pesen Fufu ... makanan khas Afrika, jadi makan kuah
“Kok kita baru bisa liburan bareng sekarang ya?” celetuk Arsha sambil memilih pakaian yang terpajang di butik di mana mereka berada saat ini. “Kak Caca ‘kan sibuk produksi anak terus.” Kejora yang menyahut terlebih dahulu. “Kak Zara sibuk jadi dokter.” Kejora menambahkan. “Zhafira sibuk kerja,” t
“Ca ... itu perut kamu kemana-mana!” tegur Kama, melirik perut istrinya. “Emang kenapa? Perut Caca enak diliat, kan? Walau udah punya anak empat tapi rata ... kenceng.” Sang istri berkilah, keras kepala. Kama mengembuskan napas, tidak baik berdebat di depan anak-anak mereka yang saat ini sedang d
“Mau kemana?” Kama yang duduk di kursi meja makan bertanya sambil memindai istrinya dari atas ke bawah. Sport-braa dipadankan legging panjang dengan motif senada kemudian hanya memakai cardigan hoodie tanpa sleting atau kancing di bagian depannya. “Perut kamu enggak akan masuk angin itu, sayang?”
“Biasanya kalau gue curhat sama cewek, pasti berakhir di atas ranjang ... dan gue paling pantang bawa cewek dari Nightclub ke atas ranjang gue ... enggak bersih.” Satu detik setelah Arkana berkata demikian, ia mendapat siraman minuman dari Lovely yang kemudian pergi meninggalkan meja para pria tampa
Kelima pria tampan melangkah beriringan memasuki sebuah Nightclub. Wajah rupawan, tubuh atletis dengan tinggi menjulang dan outfit dari brand terkenal dunia menjadikan mereka incaran para gadis. “Lo pada pernah nyesel enggak sih, kerena memutuskan menikah?” celetuk Arkana bertanya. Kini mereka su
“Bang ... keringetan ih, bau ... Caca udah mandi ... turunin.” Arsha meronta berharap Kama menurunkannya. “Kan bisa mandi lagi,” balas Kama santai. Jika Arsha tidak salah liat, pria itu sedang menyeringai pertanda tidak baik untuk kesehatan jantungnya. “Bang turunin dulu ... Caca mau kasih Asi bua
Setelah drama baby blues beberapa bulan lalu, kini Arsha bisa menikmati perannya sebagai Ibu dengan bantuan baby sitter. Tidak ada tangis maupun uring-uringan berganti dengan kebahagiaan yang membanjirinya setiap hari. Arsha memang harus dibimbing dan Kama adalah orang yang tepat untuk itu. Mungk
Mungkin saat ini pun Arsha menangis karena itu, perlahan Kama mendorong benda bercat putih dan menemukan istrinya sedang duduk di lantai memeluk kedua lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Dari jauh Kama sudah bisa melihat jika ketiga anaknya sedang terlelap di box bayi masing-masing. “Sayang