“Mungkin itu yang membuat urusan ‘begituan’-nya bergairah ... kamu aja gimana, ninggalin aku beberapa hari langsung berubah ‘hot’ kaya tadi malem.” Sindiran halus Aarash membuat pipi Rachel memerah. Ia mengingat bagaimana ‘nakal’ dirinya tadi malam dampak dari rasa rindunya yang menggebu pada pria
Kama tertegun melihat tampilan sang istri dari pantulan cermin. Meski bertubuh mungil tapi kecantikan dan lekuk tubuh Arsha bak titisan Dewi Yunani. Kama merasa beruntung menjadi suami Arsha atau lebih tepatnya beruntung karena Quan menaruh obat dalam minumannya. Benar apa yang dikatakan Arsha, m
Akan tetapi pria itu sepertinya masih ingin membuat Arsha terluka, lihat saja tatapan meledek dan seringai di bibir Liam yang seakan memperolok Arsha. “Sedang apa si bungsu Marthadidjaya di sini? Menemani sang Ayah, kah?” sapa Liam dengan pertanyaan basa-basi meremehkan. “Oh ... si brengsek ini be
“Mbak kenapa?” Asisten Rachel bertanya ketika melihat Rachel terhuyung menuruni tangga. Wajah Rachel tampak pucat pasi dengan beberapa buliran keringat pada pelipisnya. Rachel balas memaksakan senyum kemudian menggelengkan kepala. “Kecapean aja kayanya, belum sarapan juga.” Rachel baru ingat jika
Derap langkah dua pria dewasa dengan tubuh tegap menjulang terdengar menggema di rumah mewah milik Beni Marthadidjaya yang sekarang di huni oleh cucu pertamanya. Masih diikuti Rio, Aarash menekan tombol lift akan tetapi benda tersebut tak kunjung turun entah tersangkut di mana kemudian kakinya tida
Rio ber Oh ria, ia manggut-manggut mengerti. “Kamu kenapa enggak ngehubungin aku? Hampir aja Pak Aarash mukulin Pak Yugha!” “Laaah, kok bisa?” Dina tersentak, sedikit meninggikan suara. Raut wajah yang menunggu penjelasan itu tampak menggemaskan. “Tadi Pak Yugha keluar dari kamar Bu Rachel waktu
“Congratulation!!” Arsha berseru dengan nada ceria sangat tulus untuk Rachel yang berada di ujung sambungan telepon. Ia ikut bahagia mengetahui kehamilan sahabat yang merangkap Kakak iparnya itu. Namun mata Arsha yang kini menatap kaca besar di depannya tampak sendu. “Jadi udah berapa bulan?” Ars
“Bukan gitu, Ca!” Kama menggeram. “Trus apa? Kayanya di sini Caca doank yang ingin punya anak ... Abang kayanya enggak kepikiran punya anak ya?” “Kenapa kamu mikir kaya gitu?” “Buktinya, di saat kita seharusnya berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkan anak, Abang malah nyuruh Caca pulang.” A