Share

Bab 430

Author: Jus Pir
Zola mengerutkan alisnya. Ini adalah pertama kalinya dia menerima panggilan tidak dikenal seperti ini. Dia tidak bereaksi terlalu besar karena tidak ingin Caca dan yang lainnya mendengar dan menjadi cemas. Dia hanya menjawab dengan tenang,

"Kamu bahkan ngga berani membiarkanku mendengar suara aslimu, lalu dengan hak apa kamu memintaku mundur dari kompetisi?"

“Aku hanya berbaik hati menasihatimu. Kalau kamu nggak mau, aku juga nggak bisa apa-apa. Tapi aku bisa kasih tahu kalau kompetisi hari ini kamu nggak akan bisa lolos. Kalau nggak percaya, lihat saja nanti.”

Setelah mengatakan itu, penelepon tersebut langsung menutup telepon. Ucapannya terdengar sombong dan penuh keyakinan hingga membuat lipatan di kening Zola berkerut semakin dalam.

Zola menggenggam ponselnya dengan erat, wajahnya berubah muram dan dingin. Dia merapatkan bibirnya, mengingatkan dirinya sendiri untuk berhati-hati dalam segala hal, tapi dia juga tidak menutup kemungkinan bahwa panggilan ini hanyalah seseorang yang s
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Siti Saibah Pua Luka
semoga gk ada masalah di kompetisi bagi zola dan tim asistennya.... lanjut dooong......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 431

    Zola mengangguk setuju dengan ucapan Zola dan berkata, “Pasti. Tenang saja, nanti pasti lancar.” “Semoga,” sahut Zola. Beberapa menit kemudian, mereka berdua keluar dari kamar mandi. Jeni yang penasaran dengan seluruh dekorasi di tempat itu ingin mengajak Zola berjalan-jalan. Namun, baru saja mereka sampai di area istirahat para desainer yang ikut kompetisi, mereka melihat staf membawa sekelompok besar orang. Ada sekitar tujuh hingga delapan orang, berjalan dengan penuh gaya.Di depan rombongan itu ada seorang perempuan yang mengenakan gaun panjang seksi dan riasan tebal. Dia mengenakan kacamata hitam, sehingga wajahnya tidak terlihat jelas. Jelas sekali, perempuan itu tidak berniat memberikan jalan. Zola secara otomatis menarik Jeni ke samping. Saat perempuan itu lewat, dia tersenyum tipis, menunjukkan sikap meremehkan.Setelah pergi, Jeni langsung berkomentar, “Siapa dia? Sombong sekali.” Zola tersenyum, "Sabar. Demi rasa ingin tahumu, kita lanjutkan saja melihat dekorasinya."Jen

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 432

    Zola meminta Caca untuk tidak memberi tahu dua rekan lainnya. Bukan karena curiga dengan mereka, tetapi makin sedikit orang yang tahu maka makin baik. Setelah menjelaskan situasinya kepada Jesse, lelaki itu segera menghubungi penanggung jawab di tempat kompetisi, yang dalam beberapa menit kemudian membuka rekaman kamera pengawas. Hingga akhirnya mereka mengidentifikasi pelaku yaitu karyawan yang mengantarkan buah. Namun, setelah diselidiki lebih lanjut, staf tersebut ternyata bukan petugas resmi di lokasi kompetisi, melainkan orang yang hanya menyamar saja. Karena pelaku mengenakan topi dan dengan sengaja membelakangi kamera agar tidak ketahuan. Zola mengerti dan hanya bisa menganggap dirinya sial. Penanggung jawab memberikan ruang istirahat baru, tetapi Zola lebih memilih untuk tetap di ruang itu sendirian.“Zola, aku temani, ya?” tawar Jeni. “Kamu pergi ke ruang sebelah dengan mereka saja, aku baik-baik saja. Aku hanya ingin menyendiri sebentar."Setelah Zola menolak, Jeni hanya b

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 433

    Ini sudah terjadi, meski aku cemas juga nggak ada gunanya lagi. Aku hanya merasa nggak enak hati karena ketiga rekanku yang lain juga bekerja keras bersama denganku. Kalau pada akhirnya sia-sia, rasanya sangat nggak rela sekali. Apalagi sekarang kompetisinya belum dimulai dan sudah terjadi kendala. Makanya aku menyayangkannya.” Ketegaran perempuan itu membuat Boris merasa terkejut. Begitu mendengar masalah ini, lelaki itu langsung membatalkan semua pekerjaannya dan segera datang karena khawatir dengan Zola yang akan merasa kesal sedih dan marah. Ternyata perempuan itu cukup bisa menerima masalah ini. Boris mengulurkan tangan dan mencubit wajah perempuan itu sambil berkata, “Aku sudah minta Jesse untuk menjadwal ulang urutanmu. Kamu akan maju di urutan belakang, jadi jangan khawatir karena masih ada waktu untuk mempersiapkan diri dengan baik.” Keduanya tengah berbincang dan seorang teknisi komputer yang dicari oleh Jesse sudah datang. Setelah sekitar setengah jam, data yang terhapus

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 434

    Zola terdiam sejenak sambil menunduk. Dia tersenyum tipis ketika Boris tidak bisa melihatnya. Di bagian hatinya terdalam, ada sebersit rasa hangat yang mengalir seolah tengah menghangatkan hatinya yang dingin. Waktu untuk Zola tampil dalam kompetisi semakin dekat. Setelah melihat waktu, Boris mengangkat tangannya untuk mengelus wajah perempuan itu dengan lembut dan berkata dengan suara yang hangat, “Semangat, jangan gugup.”“Iya,” jawab Zola sambil mengangguk. Setelah itu keduanya keluarBoris dan Jesse menuju kursi penonton, sementara Zola ke ruang istirahat yang ada di sebelahnya. Dia memberi tahu kabar baik tersebut pada semua orang dan mereka saling menyemangati untuk siap tampil. Ketika Zola dan timnya tiba di belakang panggung, ada seorang perempuan yang tengah mempresentasikan hasil desainnya. Zola tahu perempuan itu adalah perempuan berkacamata hitam yang dia dan Jeni temui ketika keluar dari toilet. Dari para petugas, dia tahu jika perempuan itu bernama Lucia. Dia adalah se

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 435

    Dia bukan pencurinya, kenapa harus merasa bersalah? Sebaliknya, sebagai seorang pencuri dari mana Lucia bisa begitu berani menantangnya? Zola menyipitkan matanya dan berkata, “Aku ada ide.” Setelah itu, pembawa acara juga memanggil namanya. Seorang petugas meminta Zola memberikan salinan cadangan desain untuk ditampilkan di layar, tetapi Zola hanya berkata, "Tolong tampilkan poster sampul kompetisi desain, nanti setelah aku beri tanda, Kamu hanya perlu bantu aku ganti menjadi latar belakang putih."Petugas itu terlihat sedikit terkejut, tetapi dia mengikuti permintaan Zola. Setelah dia naik ke panggung, Zola langsung mengutarakan maksudnya. Dia menunjuk layar besar di belakangnya untuk menyapa para juri dan penonton, lalu mulai dengan cara mengajak mereka membayangkan dan mendiskusikan harapan mereka terhadap sebuah peternakan. Lucia duduk di ruangan istirahatnya sambil menonton siaran langsung di tempat kompetisi. Asisten perempuan itu bertanya, “Kak Lucia, apa yang sedang dilakuka

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 436

    Tatapan mata tajam dan dalam dari Boris bertemu dengan mata Sandra. Tatapan itu sulit ditebak dan dijelaskan. Sedangkan ekspresinya memancarkan sorot ketidaksenangannya. “Boris, kamu jangan melihatku seperti itu. Aku hanya takut kalau kamu kesulitan. Dan aku takut hal ini juga akan buat para desainer lainnya nggak terima. Nggak baik juga buat Zola. Bagaimana menurutmu?” ujar Sandra dengan cepat. Suara berat Boris yang tenang tetapi menyiratkan emosi mendalam berkata, “Bukankah hasilnya belum keluar? Bukankah kamu terlalu khawatir tentang sesuatu yang belum terjadi? Bahkan kalau hasilnya menunjukkan dia nggak lolos, selama dia ingin melanjutkan, aku punya cara untuk mewujudkannya.”Maksud lelaki itu sudah sangat jelas. Dia dengan terang-terangan memihak pada Zola. Hal itu membuat Zola merasa sulit dipercaya. Karena selama Boris memimpin Morrison Group, lelaki itu selalu adil dan profesional. Dia tidak pernah membiarkan perasaan pribadi memengaruhi keputusannya. Bahkan sejak kuliah, l

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 437

    “Masalah hari ini yang paling bertanggung jawab besar adalah aku, jadi ….”Zola bergegas memotong ucapan Caca dengan berkata, “Saya memberi tahu kalian membuat kalian merasa tertekan. Saya hanya mau bilang jangan kehilangan semangat dan jangan merasa nggak percaya diri karena masalah ini. Kalau ada kompetisi serupa di kemudian hari, tetaplah berjuang.” Dua lelaki itu berpikiran lebih terbuka, sedangkan Caca masih kecil dan mudah terjebak dalam pikiran negatif dan mungkin akan menyalahkan semua kesalahan pada dirinya sendiri. Tentu saja itu bukan hal yang ingin dilihat oleh Zola. Setelah penjelasan dari Zola, suasana hati Caca juga menjadi jauh lebih baik.Saat itu, hasil pertandingan pun diumumkan. Dari dua puluh desainer yang terpilih, ada juga Lucia dan Zola. Dia terpilih sebagai yang kesembilan belas dan hampir saja tidak terpilih.Ini jelas merupakan kabar baik, dan semua orang bersorak girang. Namun, Caca dengan tidak senang berkata, “Kenapa Lucia bisa terpilih? Dia hanya mengand

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 438

    Itu adalah telepon dari Boris. Zola menatap Jeni dan berkata, “Kalau itu Audy, berarti masuk akal. Karena dia nggak suka denganku dan menganggapku selalu mengejar Mahendra.”“Mereka bersaudara benar-benar sakit jiwa. Sudah, kamu cepat angkat teleponnya.” Jeni memang tidak pernah menyukai Mahendra dan Audy. Mendengar itu Zola hanya tersenyum tipis sambil menekan tombol terima panggilan. Suara hangat lelaki itu terdengar seketika. Dia bertanya, “Kamu minta Jeni naik mobil kantormu kembali.” “Hmm?” Zola langsung memandangi sekitar dan menemukan plat mobil familiar di kejauhan. Suara di telinganya kembali terdengar, “Kamu naik mobilku, ya?” Suara lelaki itu terdengar lembut dan penuh nada permohonan. Zola tersenyum karena teringat kembali dengan perkataan lelaki itu ketika di ruangan istirahat tadi dan membuat hatinya tersentuh. Dengan suara rendah, dia menyetujui permintaan lelaki itu. Setelah sambungan terputus, Jeni memutar bola matanya dan berkata, “Romantisnya nggak bisa disembu

Latest chapter

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status