Zola membelalakkan matanya dan menatap Tyara sambil bertanya, “Apa maksudmu?”“Ucapanku kurang jelas? Memangnya kemarin malam Boris nggak bilang sama kamu?” balas Tyara.Nada bicaranya terdengar sengaja mengingatkan seolah di antara dirinya dan Boris ada rahasia bersama. Zola menyipitkan mata dan berkata, “Kenapa aku harus percaya ucapanmu?”Memang kemarin malam dia dan Boris berjanjian untuk makan malam. Namun, Boris bilang ada urusan dan tidak bisa. Sehingga dia diminta untuk langsung pulang setelah menjenguk Nenek.Jadi kemarin malam Boris bertemu dengan Tyara? Kemarin tiba-tiba lelaki itu menjadi sangat intim dengannya. Makin dipikirkan makin membuat perasaan Zola berantakan. Kalau memang Boris melakukan pencocokan, kenapa tidak memberi tahu dia?Tatapan Zola ketika menatap Tyara menjadi dingin dan menggelap. Tyara menyerahkan hasil laporannya pada Zola dan berkata, “Sekarang kamu seharusnya sudah percaya, ‘kan?”Zola menatap hasil laporan di tangannya dengan wajah pucat dan sorot
Tyara tidak berbicara dan hanya tersenyum. Zola yang lepas kendali membuatnya sangat bahagia. Tatapannya memancarkan senyuman puas dan berkata,“Sebenarnya Boris sudah tahu kalau masalah ini ada hubungannya denganku. Tapi dia nggak melakukan sesuatu padaku. Semua karena posisiku di hatinya jauh dari apa yang kamu bayangkan. Kamu percaya?”Zola diam dan tidak bersuara. Hatinya terasa sakit hingga dia sulit bernapas. Dia menatap Tyara dengan dingin dan datar sambil berkata, “Benarkah? Kalau dia begitu peduli denganmu, kenapa kamu masih mau datang bernegosiasi denganku? Seharusnya kamu langsung temui dia, ‘kan? Apa jangan-jangan Boris mengabaikanmu?”Wajah Tyara mendadak kaku dan tidak langsung menjawab pertanyaan Zola. Zola tersenyum dan bertanya, “Apakah tebakanku benar?”“Cih! Zola, kenapa kamu harus senang? Kamu hampir saja … Tapi bukankah kamu tetap harus menahan semuanya? Kamu nggak akan pernah bisa dibandingkan denganku. Di hati Boris, aku akan selalu lebih penting darimu.”Zola me
“Kamu masih belum jawab pertanyaanku.” Tidak ada ekspresi apa pun di wajah perempuan itu.Boris mengerutkan dahi dan wajah tampannya menunjukkan sedikit keraguan. Zola melihat dengan jelas bahwa ada sebuah emosi yang sudah menyebar di dalam hatinya. Dia menyipitkan mata sambil tersenyum sinis dan bertanya,“Jadi apa maksud dari kamu yang nggak menjawab pertanyaanku?”“Zola, aku ….”“Jadi kamu benaran sudah tahu Tyara ada hubungannya dengan ini tapi kamu nggak melakukan apa pun dan bahkan menutupinya dari aku, benar?”Wajah Boris tampak menegang. Matanya yang gelap itu memancarkan keraguan dan juga bingung. Pada akhirnya, dia tidak mengatakan apa pun dan memilih diam.Diamnya lelaki itu membuat Zola merasa sangat kecewa. Dia tersenyum dingin dan berkata, “Ternyata semua ini benar, Boris. Sungguh, aku berharap kamu bisa sedikit berbohong padaku. Aku berharap kamu bilang bahwa aku hanya berlebihan. Bahwa nggak ada sesuatu seperti yang aku katakan. Asalkan kamu bilang begitu, aku bersedia
“Aku sudah memberitahumu, keadaannya nggak seperti yang kamu bayangkan. Ada beberapa hal yang untuk saat ini belum bisa aku jelaskan, tapi satu hal yang bisa aku janjikan padamu adalah aku nggak akan menikah dengannya.”Wajah lelaki itu dingin dan terdengar nada penuh sabar yang sengaja dia kendalikan seolah tidak ingin meluapkan kemarahannya. Zola berkata, “Ini urusanmu, nggak ada hubungannya denganku. Aku hanya tahu, kamu sudah memilih Tyara.”“Zola, kamu harus mengancamku dengan anak”Zola diam yang artinya membenarkan. Rahang Boris mengetat dan mendadak dia bangkit berdiri sambil melangkah ke meja kerjanya. Suaranya yang dingin juga terdengar berkata,“Anak itu ada di dalam perutmu. Aku nggak bisa menahan apa pun yang ingin kamu lakukan. Tapi Zola, kamu harus tahu. Sekarang nenekmu ada di wilayahku. Jadi sebaiknya kamu jangan bertindak gegabah. Kalau nggak, kamu akan menyesal!”Zola tertegun dan matanya membelalak lebar. Namun, wajahnya tetap datar sambil berkata, “Boris, kalau kam
Guntur bilang sudah mendapatkan pendonor yang cocok. Karena Zola sudah menyerahkan seluruh informasi pencarian jantung pada Guntur, sehingga dia belum sempat bertanya dari mana jantung tersebut berasal.Sekarang hatinya terasa bahagia dan suasana hatinya sangat baik. Dokter Guntur juga langsung berdiskusi mengenai operasi transplantasi. Karena neneknya sudah tua, tubuhnya perlu dirawat dulu. Setelah semuanya sudah lebih baik, pasti akan membantu proses pemulihan setelah operasi.Setelah kembali ke kamar rawat, dia menyampaikan berita bahagia tersebut pada neneknya. “Nenek, lihatlah, sudah ketemu pendonor yang cocok. Sekarang adalah awal dari kabar baik. Selanjutnya semuanya akan menjadi kabar baik terus.”Melihat Zola bahagia, neneknya juga ikut merasa bahagia.“Semuanya serahkan pada dokter. Kamu harus jaga dirimu baik-baik. Belakangan ini kamu selalu menemani Nenek, kenapa nggak kelihatan Boris?”“Dia sibuk kerja. Kalau Nenek mau ketemu, telepon saja.”“Karena sibuk, Nenek juga nggak
“Boris, aku ….”“Kalau kamu ada bukti yang cukup, kamu bisa langsung menyebarkannya ke media. Kalau nggak, lebih baik jangan asal bicara. Mengenai jantung untuk mamamu selalu menjadi tanggung jawabmu. Yang membantumu mencari pendonor yang cocok juga pasti akan menghubungimu. Kamu pikir aku punya banyak waktu luang untuk memeriksa semuanya?”Sikap dingin Boris membuat Tyara tercenung. Dia menggigit bibirnya dan memasang raut sedih sembari berkata, “Boris, aku nggak bermaksud menuduhmu. Aku hanya takut … Kamu bisa minta Dokter Guntur untuk menjadi dokter beda utama dalam operasi mamaku?”“Kamu bisa janjian sendiri dengan Dokter Guntur. Belakangan ini ada banyak urusan di Morrison Group. Mungkin aku nggak bisa membantu.”“Boris ….”“Tyara, aku sudah melakukan banyak hal yang kujanjikan padamu. Lalu bagaimana dengan janjimu padaku? Sejauh ini, aku belum melihat itikad baik yang jelas darimu. Menurutmu apakah ini adil?”“Aku … Boris, aku juga ingin segera mengingatnya. Tapi belakangan ini a
Tyara menatap Nenek dengan sorot penuh amarah.“Memangnya nggak? Karena cucumu itu memanfaatkan suaminya, Boris, untuk menguasai rumah sakit. Kalau bukan karena nenek tua sepertimu. Mamaku pasti sudah bisa menjalani operasinya sekarang. Kamu sedang mencelakai orang, kamu akan dapat balasannya!”“Tyara! Diam!” seru Zola dari arah luar ruang rawat.Dia berjalan masuk dengan raut datar. Kedua bola matanya menatap Tyara dengan lekat. Zola menunjuk ke arah pintu dan dengan dingin berkata, “Kamu sembarangan bicara apa? Kamu gila? Cepat keluar!”“Kenapa? Kamu takut aku membongkar semua kelakuanmu di depan nenekmu? Zola, karena kamu berani melakukannya, kenapa nggak berani mengakuinya?”Tyara terlihat tidak mau pergi. Dia tertawa dingin dan menyalahkan Zola atas semua yang terjadi.“Tyara, kamu nggak boleh asal bicara. Kalau kamu ada bukti, keluarkan saja! Kalau nggak ada, jangan asal bicara! Segera keluar!”Zola mendengus dingin dan menunjuk Nenek sambil berkata, “Zola, kamu menggunakan cara
Banyak orang berbisik-bisik. Setelah mendapat gangguan berulang kali dari Tyara, Nenek akhirnya memutuskan untuk menolak operasi.“Biarkan mamanya dulu yang melakukan pencocokan. Kalau nggak, Nenek juga nggak bisa tenang. Lagi pula Nenek juga sudah tua, nggak penting bisa hidup berapa lama lagi. Tapi kita nggak boleh melakukan sesuatu yang membuat orang lain mencemooh.”Sikap Nenek sangat tegas dan Zola juga tidak mampu membujuknya. Dia menyalahkan semua ini pada sosok Tyara. Zola menelepon Tyara dan memperingatkan,“Tyara, lebih baik kamu berdoa agar nenekku baik-baik saja. Kalau nggak, aku nggak akan membiarkanmu begitu saja. Meski aku mempertaruhkan segalanya, aku juga akan membuatmu membayar apa yang kamu lakukan.”Tyara dengan dingin menyangkal tuduhan itu dan berusaha melepaskan diri dari tanggung jawab. "Itu karena nenekmu yang nggak sehat, apa hubungannya denganku? Lagi pula, kata-kata itu bukan kutujukan padanya. Di sana ada banyak orang, kamu pikir hanya ada nenekmu saja?”“A