Hartono bersikap tegas. Dia menatap Lydia dengan tajam, lalu mengedarkan pandangannya ke semua orang. Sorot matanya begitu tajam, membuat orang tidak berani menatap langsung ke arahnya.Sikap Hartono membuat Zola merasa diselimuti oleh kehangatan. Senyum tipis seketika merekah di bibirnya. Meskipun Boris tidak percaya padanya, keluarga Morrison bisa membuatnya merasakan seperti apa rasanya dilindungi dan didukung oleh keluarga.Zola mengerutkan bibir, lalu bergelayut di lengan Hartono sambil berkata, “Kakek jangan marah. Duduk dulu.”Setelah itu, Zola langsung menyambungkan video di ponselnya ke sebuah layar lebar dan mengklik tanda putar.“Halo, Pak Hartono. Aku Nicky. Aku ucapkan selamat ulang tahun untuk Pak Hartono. Zola ambil lukisan pemandangan ini dariku, katanya mau diberikan kepada kakeknya yang paling dia hormati. Aku pernah bertemu denganmu beberapa tahun yang lalu. Aku juga tahu kamu penggemarku yang paling setia. Lukisan itu adalah koleksi pribadiku. Kalau Zola nggak minta
Kening Boris mengerut dan berkata, “Zola, kamu boleh sedikit lebih besar hati? Kenapa harus perhitungan masalah kecil ini?”“Aku perhitungan? Boris, waktu dia memutarbalikkan fakta, kenapa kamu nggak bilang dia mempersulitkan aku?” tanya Zola.Meski tahu bahwa lelaki itu pasti akan berpihak pada Tyara, hatinya tetap tidak bisa menerima dan merasa sedih. Zola menggigit bibirnya dan membisikkan pada dirinya sendiri untuk jangan memaksakan apa yang tidak seharusnya menjadi miliknya.Para tamu juga berbisik mengatakan bahwa sikap Boris yang begitu membela Tyara karena lelaki itu memiliki hubungan yang lama serta cinta pada Tyara. Suasana di sana mendadak menjadi sunyi.Hartono berjalan sambil menggunakan tongkat dan berkata, “Boris, kamu lindungi saja perempuan ini. Kamu akan menyesalinya.”Setelah selesai mengatakan kalimat tersebut, dia membawa Zola meninggalkan ruangan dengan marah.“Zola, anak nakal itu yang bersalah denganmu. Kakek tahu kamu tersakiti,” ujar lelaki tua itu dengan suar
Dia melintasi sisi Tyara kemudian berjalan di tepi kolam menuju rumah. Namun, tiba-tiba ada kekuatan dari belakang yang mendorongnya. Dia yang tidak siap akhirnya jatuh ke dalam kolam renang.Air dingin kolam membuat seluruh tubuhnya menggigil hebat. Dia berusaha untuk bangkit, tetapi karena airnya terlalu dalam dan dia tidak bisa berenang, akhirnya tubuhnya terus tenggelam. Zola ingin meminta tolong, tetapi saat membuka mulut maka air dingin akan mengalir masuk ke dalam mulutnya.Pikirannya kosong dan pandangannya perlahan kabur. Samar-samar dia bisa melihat sosok tinggi yang menerjang ke arahnya.Zola membuka matanya setelah setengah jam kemudian. Dia melihat langit-langit yang putih bersih dengan sorot bingung. Terdengar suara lembut yang berkata, “Zola, ini Mama. ada yang nggak enak?”Dia mendapati Rosita di sampingnya. Zola menggelengkan kepalanya dan keningnya berkerut ketika teringat sesuatu. Dengan cepat dia bertanya, “Ibu, aku kenapa?”Zola langsung terduduk seketika. Rosita s
Namun pada akhirnya hanya keheningan yang dia dapatkan. Rosita juga menyadari keanehan dari masalah ini dan dengan cepat berkata, “Zola, Mama percaya denganmu. Kamu bilang sama Mama apa yang sebenarnya terjadi, ya?”Zola mengatupkan bibirnya dan menatap Boris dengan lekat. Hatinya merasa luar biasa kecewa. Perempuan itu bergumam pada dirinya sendiri untuk mengingat bahwa siapa orang yang ada di hati lelaki itu. Jangan ada harapan lainnya lagi.Perempuan itu menarik napas dalam-dalam dan berkata, “Boris, nggak peduli kamu percaya atau nggak, aku tetap akan bilang sama kamu. Tyara yang mendorongku. Kamu bisa memilih untuk nggak percaya. Karena apa pun yang aku katakan, kamu nggak akan peduli dan percaya.”Setelah mengatakan itu, dia menatap Rosita dan berkata, “Ma, aku ingin pulang. Aku nggak apa-apa dan jangan khawatir. Hari ini ulang tahunnya Kakek dan terjadi begitu banyak hal yang sepertinya ada hubungannya denganku. Aku benar-benar minta maaf.”“Apa yang kamu katakan? Kita ini satu
Akan tetapi, Boris tetap tidak menjawab. Beryl hanya pergi dengan perasaan canggung. Tyara tidak berani langsung menatap lelaki itu dan hanya bisa bertanya, “Boris, kamu kenapa?”“Minta manajermu datang menjemputmu.”Boris tidak menjawabnya dan hanya menatap Tyara dengan datar.“Boris ….” Tyara menatapnya tidak percaya. Matanya memerah dan berkaca-kaca.“Boris, Zola bilang sesuatu padamu? Aku juga ingin langsung menariknya, tapi Zola nggak mau aku sentuh. Makanya aku ….”“Tyara, aku ada pekerjaan dan harus ke kantor. Jadi minta manajermu datang menjemputmu,” potong Boris. Detik selanjutnya dia duduk di mobil dan pergi dari sana.Tyara masih berdiri di tempat dan masih tercengang. Orang yang baru keluar ada yang berbisik, “Sepertinya hubungan Pak Boris dan Tyara juga nggak begitu baik. Sepertinya perempuan itu yang menyukainya. Pak Boris terlihat nggak peduli.”“Aku juga merasa begitu. Meski dia seorang artis, tapi orang seperti keluarga Morrison pasti bisa mendapatkan orang yang mereka
Selena berdiri di sana hingga kedua orang tuanya datang. Mereka bertiga naik ke mobil dan kembali ke rumahnya.Lydia terlihat sedikit tidak senang dan berkata, “Ada apa dengan Zola? Bisa-bisanya nggak bilang sama keluarga kalau dia kenal dengan guru besar seperti Nicky. Buat kita malu di hadapan begitu banyak orang saja. Kalau tersebar keluar, orang lain pikir kita memperlakukannya nggak baik. Dia mana boleh kasih lukisan itu ke Pak Hartono atas namanya sendiri? Seharusnya atas nama keluarga Leonarto.”“Mama, kenapa kamu selalu bersikap begitu dingin dengan Zola?” tanya Selena dengan dingin.Suasana di dalam mobil mendadak menjadi sunyi.“Selena, apa yang kamu bicarakan?” tanya Lydia sambil menatap putrinya.Selena menatap ibunya dan berkata dengan serius, “Bukannya Zola juga putrimu? Mama dan Papa kenapa juga mempertanyakannya dan nggak percaya dengannya di depan orang-orang? Memangnya dia bukan bagian dari keluarga Leonarto?”Ucapan Selena membuat kedua lelaki dan perempuan paruh bay
Karena demam, seluruh tubuhnya menjadi tidak bertenaga dan wajahnya juga memerah. Zola melihat Boris yang duduk di tepi kasur dengan bulu mata yang bergetar.Boris menyerahkan obatnya dan berkata, “Minum obat dulu. Aku minta masakin kamu bubur.”“Aku nggak mau minum obat,” tolak Zola.“Zola, jangan keras kepala. Kamu demam sepanjang malam dan akan semakin parah kalau nggak minum obat. Dokter Guntur bilang kamu harus banyak minum air biar cepat sembuh, ya?”Mendengar obat tersebut diberikan oleh Dokter Guntur membuat wajah Zola sedikit berubah. Namun, ketika melihat orang di hadapannya, benaknya terbersit kejadian kemarin malam.Dengan dingin perempuan itu berkata, “Tenang saja, nanti aku akan minum.”“Zola, kamu sedang meributkan apa denganku?”Boris merasa emosi karena melihat Zola tidak peduli dengan kondisi tubuhnya. Zola juga terdiam dan mendongak menatap lelaki itu sambil berkata, “Boris, aku nggak melakukan apa pun dan kau bilang aku mau ribut denganmu? Di hatimu hanya Tyara yang
Pertanyaan Lucia membuat ekspresi Zola berubah mengeras. Sebenarnya, selain ketika dia bercermin, Boris juga bukannya tidak pernah menyentuh kulit perutnya. Lelaki itu hanya mengira dia sedikit lebih berisi dan berkata,“Lebih suka pegang yang sedikit berisi.”Oleh karena itu, malam itu tangannya tidak terlepas dari kulit perutnya. Meski dua hari terakhir hubungan mereka lebih dingin, ketika bangun dari tidur tetap akan terlihat tangan lelaki itu di pinggangnya.Jika Boris sedikit memperhatikan lebih saksama, dia akan langsung menyadari perubahan Zola. Namun, dia hati lelaki itu tidak ada dirinya sehingga tidak menyadari apa pun.Zola berkata, “Kemungkinan kami sudah berpisah ketika perutku sudah nggak bisa ditutupi lagi. Oleh karena itu, untuk apa buat orang lain repot?”Apa yang dilakukan oleh orang yang tidak dicintai maka akan terasa merepotkan.Di waktu yang sama, di sebuah gedung di Kota Binru.Tyara sudah dibawa ke kantor pagi-pagi sekali oleh manajernya. Beberapa hari terakhir