Akan tetapi, Boris tetap tidak menjawab. Beryl hanya pergi dengan perasaan canggung. Tyara tidak berani langsung menatap lelaki itu dan hanya bisa bertanya, “Boris, kamu kenapa?”“Minta manajermu datang menjemputmu.”Boris tidak menjawabnya dan hanya menatap Tyara dengan datar.“Boris ….” Tyara menatapnya tidak percaya. Matanya memerah dan berkaca-kaca.“Boris, Zola bilang sesuatu padamu? Aku juga ingin langsung menariknya, tapi Zola nggak mau aku sentuh. Makanya aku ….”“Tyara, aku ada pekerjaan dan harus ke kantor. Jadi minta manajermu datang menjemputmu,” potong Boris. Detik selanjutnya dia duduk di mobil dan pergi dari sana.Tyara masih berdiri di tempat dan masih tercengang. Orang yang baru keluar ada yang berbisik, “Sepertinya hubungan Pak Boris dan Tyara juga nggak begitu baik. Sepertinya perempuan itu yang menyukainya. Pak Boris terlihat nggak peduli.”“Aku juga merasa begitu. Meski dia seorang artis, tapi orang seperti keluarga Morrison pasti bisa mendapatkan orang yang mereka
Selena berdiri di sana hingga kedua orang tuanya datang. Mereka bertiga naik ke mobil dan kembali ke rumahnya.Lydia terlihat sedikit tidak senang dan berkata, “Ada apa dengan Zola? Bisa-bisanya nggak bilang sama keluarga kalau dia kenal dengan guru besar seperti Nicky. Buat kita malu di hadapan begitu banyak orang saja. Kalau tersebar keluar, orang lain pikir kita memperlakukannya nggak baik. Dia mana boleh kasih lukisan itu ke Pak Hartono atas namanya sendiri? Seharusnya atas nama keluarga Leonarto.”“Mama, kenapa kamu selalu bersikap begitu dingin dengan Zola?” tanya Selena dengan dingin.Suasana di dalam mobil mendadak menjadi sunyi.“Selena, apa yang kamu bicarakan?” tanya Lydia sambil menatap putrinya.Selena menatap ibunya dan berkata dengan serius, “Bukannya Zola juga putrimu? Mama dan Papa kenapa juga mempertanyakannya dan nggak percaya dengannya di depan orang-orang? Memangnya dia bukan bagian dari keluarga Leonarto?”Ucapan Selena membuat kedua lelaki dan perempuan paruh bay
Karena demam, seluruh tubuhnya menjadi tidak bertenaga dan wajahnya juga memerah. Zola melihat Boris yang duduk di tepi kasur dengan bulu mata yang bergetar.Boris menyerahkan obatnya dan berkata, “Minum obat dulu. Aku minta masakin kamu bubur.”“Aku nggak mau minum obat,” tolak Zola.“Zola, jangan keras kepala. Kamu demam sepanjang malam dan akan semakin parah kalau nggak minum obat. Dokter Guntur bilang kamu harus banyak minum air biar cepat sembuh, ya?”Mendengar obat tersebut diberikan oleh Dokter Guntur membuat wajah Zola sedikit berubah. Namun, ketika melihat orang di hadapannya, benaknya terbersit kejadian kemarin malam.Dengan dingin perempuan itu berkata, “Tenang saja, nanti aku akan minum.”“Zola, kamu sedang meributkan apa denganku?”Boris merasa emosi karena melihat Zola tidak peduli dengan kondisi tubuhnya. Zola juga terdiam dan mendongak menatap lelaki itu sambil berkata, “Boris, aku nggak melakukan apa pun dan kau bilang aku mau ribut denganmu? Di hatimu hanya Tyara yang
Pertanyaan Lucia membuat ekspresi Zola berubah mengeras. Sebenarnya, selain ketika dia bercermin, Boris juga bukannya tidak pernah menyentuh kulit perutnya. Lelaki itu hanya mengira dia sedikit lebih berisi dan berkata,“Lebih suka pegang yang sedikit berisi.”Oleh karena itu, malam itu tangannya tidak terlepas dari kulit perutnya. Meski dua hari terakhir hubungan mereka lebih dingin, ketika bangun dari tidur tetap akan terlihat tangan lelaki itu di pinggangnya.Jika Boris sedikit memperhatikan lebih saksama, dia akan langsung menyadari perubahan Zola. Namun, dia hati lelaki itu tidak ada dirinya sehingga tidak menyadari apa pun.Zola berkata, “Kemungkinan kami sudah berpisah ketika perutku sudah nggak bisa ditutupi lagi. Oleh karena itu, untuk apa buat orang lain repot?”Apa yang dilakukan oleh orang yang tidak dicintai maka akan terasa merepotkan.Di waktu yang sama, di sebuah gedung di Kota Binru.Tyara sudah dibawa ke kantor pagi-pagi sekali oleh manajernya. Beberapa hari terakhir
Meski Tyara cukup terkenal, dia harus menunduk di hadapan orang yang berkuasa. Agar Pak Joni tidak menyadari penolakan Tyara, manajernya menarik perempuan itu untuk minum beberapa gelas alkohol hingga Tyara merasa pusing.Setelah itu dia memberi isyarat pada Tyara untuk menghubungi Boris. Manajernya segera mencari alasan untuk meninggalkan ruangan dan menelepon Boris.“Halo, Pak Boris, saya manajernya Tyara.”“Ada apa?” tanya lelaki itu dengan datar.“Pak Boris, Tyara mabuk, apakah Anda bisa menjemputnya? Sekarang popularitasnya sedang naik. Saya khawatir dia akan difoto oleh wartawan dan akan merusak perkembangan karirnya.”“Kamu manajernya, seharusnya kamu bertugas menjaga citra dan nama baiknya. Bukan saya yang menyelesaikan masalah ini,” ujar Boris dengan nada tidak senang dan hendak mematikan sambungan telepon.Manajernya langsung buru-buru minta maaf dan kemudian melihat dari pintu ruangan bahwa Pak Joni tengah menatap Tyara dengan lekat. Tangannya sudah berada di pundak perempua
Ekspresi Boris terlihat menggelap dan dengan datar berkata, “Kamu mabuk.”“Aku nggak mabuk, kamu sudah nggak cinta aku? Kenapa kamu tega mengabaikanku?”Tyara mulai menangis terisak. Dia mendongak dan menatap rahang lelaki itu dan berjinjit untuk mengecupnya.“Tyara, masuk mobil. Aku antar kamu pulang.”Boris langsung menepisnya ketika perempuan itu mendekat. Setelah itu, dia berbalik dan membuka pintu mobil. Dengan ekspresi datar, dia menatap Tyara dan memberikan isyarat untuk masuk.Tyara yang melihat aura dingin lelaki itu merasa hatinya mencelos. Dia tidak berani bertaruh karena masih ada Pak Joni dan yang lainnya. Oleh karena itu, dia memilih untuk masuk ke mobil dengan patuh.Tidak ada yang memperhatikan bahwa ada sebuah mobil hitam yang berhenti di tepi jalan dan orang di dalamnya tengah mengambil foto interaksi mereka berdua. Manajer melihat Tyara sudah masuk mobil dan bergegas berkata pada Pak Joni,“Pak Joni, Pak Boris datang menjemput Tyara. Kami pergi dulu.”Ekspresi Pak Jo
Tyara tersentak dan bergegas mengangguk sambil berkata, “Aku tahu. Boris, aku nggak akan buat kamu marah lagi.”Akhirnya ekspresi Boris terdapat kelembutan. Dia berkata, “Sudah, cepat istirahat. Aku juga harus pergi.”Kali ini Tyara tidak menolaknya lagi. Emosi Boris yang tidak menentu membuatnya sulit menebak. Dia tidak ingin membuat hubungan mereka menjadi semakin buruk. Setibanya di apartemen, dia langsung menghubungi manajernya dan langsung bertanya,“Pak Boris menginap untuk menemanimu?”“Besok pagi langsung unggah berita dari apa yang didapat malam ini,” ujar Tyara tanpa menjawab pertanyaannya.Dia ingin memanfaatkan berita ini untuk membuat orang-orang salah mengira hubungannya dengan Boris. Bahkan jika diklarifikasikan, orang-orang akan tetap berprasangka. Dia ingin mempermalukan Zola dan menunjukkan siapa yang sebenarnya orang yang ada di hati Boris.Keesokan paginya, berita tentang hubungan asmara Boris dan Tyara sudah menyebar dan menjadi berita utama. Ponsel lelaki itu suda
Hatinya sudah mati rasa. Bukan pertama kalinya dia tahu jika lelaki yang dia cintai justru mencintai orang lain. Namun, entah kenapa hatinya yang sudah mati rasa masih bisa terasa sakit.Melihat perempuan itu yang diam dan tidak memberikan respons membuat Mahendra merasa iba dan bertanya, “Zola, kenapa kamu harus menyakiti dirimu sendiri? Apa maksud Boris melakukan hal seperti ini?”Zola mendongak menatap Mahendra dan memberikan ponsel pada lelaki itu sambil berkata, “Kerja dulu. Aku sudah istirahat berhari-hari dan banyak proses yang terhambat. Aku dan Caca nanti akan ke lokasi. Kamu jaga kantor saja.”Perempuan itu langsung mengalihkan topik. Tidak hanya tidak menjawab pertanyaan Mahendra, dia juga tidak berniat untuk membahasnya lagi. Kening Mahendra berkerut dan dengan wajah kaku berkata, “Zola, kamu dengar aku bicara, nggak?”“Mahendra, aku tahu kau khawatir denganku. Tapi sekarang kita ada di kantor. Jangan bahas yang lain, ya?” Perempuan itu menyunggingkan senyuman seakan tengah