Namun pada akhirnya hanya keheningan yang dia dapatkan. Rosita juga menyadari keanehan dari masalah ini dan dengan cepat berkata, “Zola, Mama percaya denganmu. Kamu bilang sama Mama apa yang sebenarnya terjadi, ya?”Zola mengatupkan bibirnya dan menatap Boris dengan lekat. Hatinya merasa luar biasa kecewa. Perempuan itu bergumam pada dirinya sendiri untuk mengingat bahwa siapa orang yang ada di hati lelaki itu. Jangan ada harapan lainnya lagi.Perempuan itu menarik napas dalam-dalam dan berkata, “Boris, nggak peduli kamu percaya atau nggak, aku tetap akan bilang sama kamu. Tyara yang mendorongku. Kamu bisa memilih untuk nggak percaya. Karena apa pun yang aku katakan, kamu nggak akan peduli dan percaya.”Setelah mengatakan itu, dia menatap Rosita dan berkata, “Ma, aku ingin pulang. Aku nggak apa-apa dan jangan khawatir. Hari ini ulang tahunnya Kakek dan terjadi begitu banyak hal yang sepertinya ada hubungannya denganku. Aku benar-benar minta maaf.”“Apa yang kamu katakan? Kita ini satu
Akan tetapi, Boris tetap tidak menjawab. Beryl hanya pergi dengan perasaan canggung. Tyara tidak berani langsung menatap lelaki itu dan hanya bisa bertanya, “Boris, kamu kenapa?”“Minta manajermu datang menjemputmu.”Boris tidak menjawabnya dan hanya menatap Tyara dengan datar.“Boris ….” Tyara menatapnya tidak percaya. Matanya memerah dan berkaca-kaca.“Boris, Zola bilang sesuatu padamu? Aku juga ingin langsung menariknya, tapi Zola nggak mau aku sentuh. Makanya aku ….”“Tyara, aku ada pekerjaan dan harus ke kantor. Jadi minta manajermu datang menjemputmu,” potong Boris. Detik selanjutnya dia duduk di mobil dan pergi dari sana.Tyara masih berdiri di tempat dan masih tercengang. Orang yang baru keluar ada yang berbisik, “Sepertinya hubungan Pak Boris dan Tyara juga nggak begitu baik. Sepertinya perempuan itu yang menyukainya. Pak Boris terlihat nggak peduli.”“Aku juga merasa begitu. Meski dia seorang artis, tapi orang seperti keluarga Morrison pasti bisa mendapatkan orang yang mereka
Selena berdiri di sana hingga kedua orang tuanya datang. Mereka bertiga naik ke mobil dan kembali ke rumahnya.Lydia terlihat sedikit tidak senang dan berkata, “Ada apa dengan Zola? Bisa-bisanya nggak bilang sama keluarga kalau dia kenal dengan guru besar seperti Nicky. Buat kita malu di hadapan begitu banyak orang saja. Kalau tersebar keluar, orang lain pikir kita memperlakukannya nggak baik. Dia mana boleh kasih lukisan itu ke Pak Hartono atas namanya sendiri? Seharusnya atas nama keluarga Leonarto.”“Mama, kenapa kamu selalu bersikap begitu dingin dengan Zola?” tanya Selena dengan dingin.Suasana di dalam mobil mendadak menjadi sunyi.“Selena, apa yang kamu bicarakan?” tanya Lydia sambil menatap putrinya.Selena menatap ibunya dan berkata dengan serius, “Bukannya Zola juga putrimu? Mama dan Papa kenapa juga mempertanyakannya dan nggak percaya dengannya di depan orang-orang? Memangnya dia bukan bagian dari keluarga Leonarto?”Ucapan Selena membuat kedua lelaki dan perempuan paruh bay
Karena demam, seluruh tubuhnya menjadi tidak bertenaga dan wajahnya juga memerah. Zola melihat Boris yang duduk di tepi kasur dengan bulu mata yang bergetar.Boris menyerahkan obatnya dan berkata, “Minum obat dulu. Aku minta masakin kamu bubur.”“Aku nggak mau minum obat,” tolak Zola.“Zola, jangan keras kepala. Kamu demam sepanjang malam dan akan semakin parah kalau nggak minum obat. Dokter Guntur bilang kamu harus banyak minum air biar cepat sembuh, ya?”Mendengar obat tersebut diberikan oleh Dokter Guntur membuat wajah Zola sedikit berubah. Namun, ketika melihat orang di hadapannya, benaknya terbersit kejadian kemarin malam.Dengan dingin perempuan itu berkata, “Tenang saja, nanti aku akan minum.”“Zola, kamu sedang meributkan apa denganku?”Boris merasa emosi karena melihat Zola tidak peduli dengan kondisi tubuhnya. Zola juga terdiam dan mendongak menatap lelaki itu sambil berkata, “Boris, aku nggak melakukan apa pun dan kau bilang aku mau ribut denganmu? Di hatimu hanya Tyara yang
Pertanyaan Lucia membuat ekspresi Zola berubah mengeras. Sebenarnya, selain ketika dia bercermin, Boris juga bukannya tidak pernah menyentuh kulit perutnya. Lelaki itu hanya mengira dia sedikit lebih berisi dan berkata,“Lebih suka pegang yang sedikit berisi.”Oleh karena itu, malam itu tangannya tidak terlepas dari kulit perutnya. Meski dua hari terakhir hubungan mereka lebih dingin, ketika bangun dari tidur tetap akan terlihat tangan lelaki itu di pinggangnya.Jika Boris sedikit memperhatikan lebih saksama, dia akan langsung menyadari perubahan Zola. Namun, dia hati lelaki itu tidak ada dirinya sehingga tidak menyadari apa pun.Zola berkata, “Kemungkinan kami sudah berpisah ketika perutku sudah nggak bisa ditutupi lagi. Oleh karena itu, untuk apa buat orang lain repot?”Apa yang dilakukan oleh orang yang tidak dicintai maka akan terasa merepotkan.Di waktu yang sama, di sebuah gedung di Kota Binru.Tyara sudah dibawa ke kantor pagi-pagi sekali oleh manajernya. Beberapa hari terakhir
Meski Tyara cukup terkenal, dia harus menunduk di hadapan orang yang berkuasa. Agar Pak Joni tidak menyadari penolakan Tyara, manajernya menarik perempuan itu untuk minum beberapa gelas alkohol hingga Tyara merasa pusing.Setelah itu dia memberi isyarat pada Tyara untuk menghubungi Boris. Manajernya segera mencari alasan untuk meninggalkan ruangan dan menelepon Boris.“Halo, Pak Boris, saya manajernya Tyara.”“Ada apa?” tanya lelaki itu dengan datar.“Pak Boris, Tyara mabuk, apakah Anda bisa menjemputnya? Sekarang popularitasnya sedang naik. Saya khawatir dia akan difoto oleh wartawan dan akan merusak perkembangan karirnya.”“Kamu manajernya, seharusnya kamu bertugas menjaga citra dan nama baiknya. Bukan saya yang menyelesaikan masalah ini,” ujar Boris dengan nada tidak senang dan hendak mematikan sambungan telepon.Manajernya langsung buru-buru minta maaf dan kemudian melihat dari pintu ruangan bahwa Pak Joni tengah menatap Tyara dengan lekat. Tangannya sudah berada di pundak perempua
Ekspresi Boris terlihat menggelap dan dengan datar berkata, “Kamu mabuk.”“Aku nggak mabuk, kamu sudah nggak cinta aku? Kenapa kamu tega mengabaikanku?”Tyara mulai menangis terisak. Dia mendongak dan menatap rahang lelaki itu dan berjinjit untuk mengecupnya.“Tyara, masuk mobil. Aku antar kamu pulang.”Boris langsung menepisnya ketika perempuan itu mendekat. Setelah itu, dia berbalik dan membuka pintu mobil. Dengan ekspresi datar, dia menatap Tyara dan memberikan isyarat untuk masuk.Tyara yang melihat aura dingin lelaki itu merasa hatinya mencelos. Dia tidak berani bertaruh karena masih ada Pak Joni dan yang lainnya. Oleh karena itu, dia memilih untuk masuk ke mobil dengan patuh.Tidak ada yang memperhatikan bahwa ada sebuah mobil hitam yang berhenti di tepi jalan dan orang di dalamnya tengah mengambil foto interaksi mereka berdua. Manajer melihat Tyara sudah masuk mobil dan bergegas berkata pada Pak Joni,“Pak Joni, Pak Boris datang menjemput Tyara. Kami pergi dulu.”Ekspresi Pak Jo
Tyara tersentak dan bergegas mengangguk sambil berkata, “Aku tahu. Boris, aku nggak akan buat kamu marah lagi.”Akhirnya ekspresi Boris terdapat kelembutan. Dia berkata, “Sudah, cepat istirahat. Aku juga harus pergi.”Kali ini Tyara tidak menolaknya lagi. Emosi Boris yang tidak menentu membuatnya sulit menebak. Dia tidak ingin membuat hubungan mereka menjadi semakin buruk. Setibanya di apartemen, dia langsung menghubungi manajernya dan langsung bertanya,“Pak Boris menginap untuk menemanimu?”“Besok pagi langsung unggah berita dari apa yang didapat malam ini,” ujar Tyara tanpa menjawab pertanyaannya.Dia ingin memanfaatkan berita ini untuk membuat orang-orang salah mengira hubungannya dengan Boris. Bahkan jika diklarifikasikan, orang-orang akan tetap berprasangka. Dia ingin mempermalukan Zola dan menunjukkan siapa yang sebenarnya orang yang ada di hati Boris.Keesokan paginya, berita tentang hubungan asmara Boris dan Tyara sudah menyebar dan menjadi berita utama. Ponsel lelaki itu suda
Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele
“Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol
Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam
Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali
Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t
Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya
“Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di
Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid
Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum