Karena demam, seluruh tubuhnya menjadi tidak bertenaga dan wajahnya juga memerah. Zola melihat Boris yang duduk di tepi kasur dengan bulu mata yang bergetar.Boris menyerahkan obatnya dan berkata, “Minum obat dulu. Aku minta masakin kamu bubur.”“Aku nggak mau minum obat,” tolak Zola.“Zola, jangan keras kepala. Kamu demam sepanjang malam dan akan semakin parah kalau nggak minum obat. Dokter Guntur bilang kamu harus banyak minum air biar cepat sembuh, ya?”Mendengar obat tersebut diberikan oleh Dokter Guntur membuat wajah Zola sedikit berubah. Namun, ketika melihat orang di hadapannya, benaknya terbersit kejadian kemarin malam.Dengan dingin perempuan itu berkata, “Tenang saja, nanti aku akan minum.”“Zola, kamu sedang meributkan apa denganku?”Boris merasa emosi karena melihat Zola tidak peduli dengan kondisi tubuhnya. Zola juga terdiam dan mendongak menatap lelaki itu sambil berkata, “Boris, aku nggak melakukan apa pun dan kau bilang aku mau ribut denganmu? Di hatimu hanya Tyara yang
Pertanyaan Lucia membuat ekspresi Zola berubah mengeras. Sebenarnya, selain ketika dia bercermin, Boris juga bukannya tidak pernah menyentuh kulit perutnya. Lelaki itu hanya mengira dia sedikit lebih berisi dan berkata,“Lebih suka pegang yang sedikit berisi.”Oleh karena itu, malam itu tangannya tidak terlepas dari kulit perutnya. Meski dua hari terakhir hubungan mereka lebih dingin, ketika bangun dari tidur tetap akan terlihat tangan lelaki itu di pinggangnya.Jika Boris sedikit memperhatikan lebih saksama, dia akan langsung menyadari perubahan Zola. Namun, dia hati lelaki itu tidak ada dirinya sehingga tidak menyadari apa pun.Zola berkata, “Kemungkinan kami sudah berpisah ketika perutku sudah nggak bisa ditutupi lagi. Oleh karena itu, untuk apa buat orang lain repot?”Apa yang dilakukan oleh orang yang tidak dicintai maka akan terasa merepotkan.Di waktu yang sama, di sebuah gedung di Kota Binru.Tyara sudah dibawa ke kantor pagi-pagi sekali oleh manajernya. Beberapa hari terakhir
Meski Tyara cukup terkenal, dia harus menunduk di hadapan orang yang berkuasa. Agar Pak Joni tidak menyadari penolakan Tyara, manajernya menarik perempuan itu untuk minum beberapa gelas alkohol hingga Tyara merasa pusing.Setelah itu dia memberi isyarat pada Tyara untuk menghubungi Boris. Manajernya segera mencari alasan untuk meninggalkan ruangan dan menelepon Boris.“Halo, Pak Boris, saya manajernya Tyara.”“Ada apa?” tanya lelaki itu dengan datar.“Pak Boris, Tyara mabuk, apakah Anda bisa menjemputnya? Sekarang popularitasnya sedang naik. Saya khawatir dia akan difoto oleh wartawan dan akan merusak perkembangan karirnya.”“Kamu manajernya, seharusnya kamu bertugas menjaga citra dan nama baiknya. Bukan saya yang menyelesaikan masalah ini,” ujar Boris dengan nada tidak senang dan hendak mematikan sambungan telepon.Manajernya langsung buru-buru minta maaf dan kemudian melihat dari pintu ruangan bahwa Pak Joni tengah menatap Tyara dengan lekat. Tangannya sudah berada di pundak perempua
Ekspresi Boris terlihat menggelap dan dengan datar berkata, “Kamu mabuk.”“Aku nggak mabuk, kamu sudah nggak cinta aku? Kenapa kamu tega mengabaikanku?”Tyara mulai menangis terisak. Dia mendongak dan menatap rahang lelaki itu dan berjinjit untuk mengecupnya.“Tyara, masuk mobil. Aku antar kamu pulang.”Boris langsung menepisnya ketika perempuan itu mendekat. Setelah itu, dia berbalik dan membuka pintu mobil. Dengan ekspresi datar, dia menatap Tyara dan memberikan isyarat untuk masuk.Tyara yang melihat aura dingin lelaki itu merasa hatinya mencelos. Dia tidak berani bertaruh karena masih ada Pak Joni dan yang lainnya. Oleh karena itu, dia memilih untuk masuk ke mobil dengan patuh.Tidak ada yang memperhatikan bahwa ada sebuah mobil hitam yang berhenti di tepi jalan dan orang di dalamnya tengah mengambil foto interaksi mereka berdua. Manajer melihat Tyara sudah masuk mobil dan bergegas berkata pada Pak Joni,“Pak Joni, Pak Boris datang menjemput Tyara. Kami pergi dulu.”Ekspresi Pak Jo
Tyara tersentak dan bergegas mengangguk sambil berkata, “Aku tahu. Boris, aku nggak akan buat kamu marah lagi.”Akhirnya ekspresi Boris terdapat kelembutan. Dia berkata, “Sudah, cepat istirahat. Aku juga harus pergi.”Kali ini Tyara tidak menolaknya lagi. Emosi Boris yang tidak menentu membuatnya sulit menebak. Dia tidak ingin membuat hubungan mereka menjadi semakin buruk. Setibanya di apartemen, dia langsung menghubungi manajernya dan langsung bertanya,“Pak Boris menginap untuk menemanimu?”“Besok pagi langsung unggah berita dari apa yang didapat malam ini,” ujar Tyara tanpa menjawab pertanyaannya.Dia ingin memanfaatkan berita ini untuk membuat orang-orang salah mengira hubungannya dengan Boris. Bahkan jika diklarifikasikan, orang-orang akan tetap berprasangka. Dia ingin mempermalukan Zola dan menunjukkan siapa yang sebenarnya orang yang ada di hati Boris.Keesokan paginya, berita tentang hubungan asmara Boris dan Tyara sudah menyebar dan menjadi berita utama. Ponsel lelaki itu suda
Hatinya sudah mati rasa. Bukan pertama kalinya dia tahu jika lelaki yang dia cintai justru mencintai orang lain. Namun, entah kenapa hatinya yang sudah mati rasa masih bisa terasa sakit.Melihat perempuan itu yang diam dan tidak memberikan respons membuat Mahendra merasa iba dan bertanya, “Zola, kenapa kamu harus menyakiti dirimu sendiri? Apa maksud Boris melakukan hal seperti ini?”Zola mendongak menatap Mahendra dan memberikan ponsel pada lelaki itu sambil berkata, “Kerja dulu. Aku sudah istirahat berhari-hari dan banyak proses yang terhambat. Aku dan Caca nanti akan ke lokasi. Kamu jaga kantor saja.”Perempuan itu langsung mengalihkan topik. Tidak hanya tidak menjawab pertanyaan Mahendra, dia juga tidak berniat untuk membahasnya lagi. Kening Mahendra berkerut dan dengan wajah kaku berkata, “Zola, kamu dengar aku bicara, nggak?”“Mahendra, aku tahu kau khawatir denganku. Tapi sekarang kita ada di kantor. Jangan bahas yang lain, ya?” Perempuan itu menyunggingkan senyuman seakan tengah
Boris tertawa dingin dan berkata, “Kamu menemukan banyak sekali alasan hanya untuk memberitahuku kalau kamu sudah nggak peduli? Apakah kamu juga nggak peduli kalau aku terjadi hubungan dengan Tyara?”Boris terlihat sangat marah. Tanpa menunggu Zola membalas, dia berkata lagi dengan dingin, “Zola, kamu benar-benar luar biasa, aku hanya melakukan hal yang sia-sia.”Setelah mengatakan itu, dia mematikan sambungan telepon. Zola menatap ponselnya dengan raut tidak berdaya. Dia tidak mengerti apa maksud lelaki itu yang meneleponnya hanya untuk mengatakan semua itu.Dia sudah melakukan apa yang diminta lelaki itu, kenapa Boris masih tidak senang? Apakah karena tidak cinta sehingga apa pun yang dia lakukan pasti membuatnya tidak senang? Dia menghela napas tanpa suara. perasaannya diliputi kecemasan dan rasa bingung.Namun, Zola tidak berniat memikirkannya lagi. Caca berlari kecil menghampirinya dan berkata, “Bu Zola, Pak Wanto ada urusan dan memintamu ke sana.”Dia mengikuti Caca untuk mencari
Wajah Tyara tampak pucat pasi. Dia menatap Boris dengan tegang dan bertanya, “Boris, kamu mengusirku? Aku juga nggak menyangka kalau kemarin bisa menjadi seperti itu. kalau aku tahu, aku juga nggak akan memintamu pergi.”Boris terdiam dengan ekspresi dingin.Melihat lelaki itu yang seperti ini membuat Tyara kehilangan harapan. Namun ada beberapa hal yang tidak bisa dikatakan lagi. Dia hanya bisa mengikuti instruksi lelaki itu dengan mengambil kotak makannya dan berkata,“Boris, jangan marah sama aku, ya? Aku benar-benar nggak sengaja. Kalau kamu nggak senang karena aku menjadi berita topik utama, aku akan langsung menyatakan klarifikasi kalau kita hanya berteman. Sedangkan para wartawan itu akan aku kirimkan surat pengacara. Kalau aku melakukan itu, kamu bisa merasa sedikit senang?”Boris menatap mata perempuan itu dengan lekat dan ekspresi datar. Dia tidak berbicara, tetapi tatapan tidak senangnya terlihat sangat jelas. Bahkan orang lain yang tidak memperhatikannya juga akan tahu.Tya