“Mau makan di mana?” tanya Boris sambil menatap Zola.Zola tercengang, “Bukannya mau pulang?”Mungkin kata “pulang” yang terlontar dari mulut Zola membuat pria itu senang. Wajah tampannya seketika melembut, matanya yang dalam juga seperti sedang tersenyum, “Bukannya sudah bilang kita akan makan di luar?”Zola masih tenggelam dalam keterkejutannya, tapi Boris sudah menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya. Kemudian, Zola mendengar pria itu bertanya lagi, “Kamu mau makan apa?”Zola tidak menentang. Dia bahkan berpikir dengan serius, “Ke Restoran Yirna saja.”Masakan Restoran Yirna lebih ringan, tidak terlalu berminyak. Boris tidak suka makan yang rasanya terlalu berat. Ditambah lagi Zola sekarang juga sangat sensitif kalau soal makanan. Jadi masakan restoran itu cocok untuk mereka berdua.Mereka sudah menikah selama satu tahun, tapi ini pertama kalinya mereka makan berdua di luar. Selama satu tahun ini, Zola ingin makan berdua dengan Boris. Namun, dia tidak ingin mengajukan permintaan
“Nggak apa-apa, jangan khawatirkan aku,” balas Mahendra.Zola ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi Boris membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. Oleh karena itu, dia tidak mengirim pesan lagi ke Mahendra.Mungkin karena malam ini mereka makan berdua di luar, hubungan keduanya tampak lebih dekat. Dalam beberapa hari berikutnya, mereka berdua hampir setiap hari kembali ke rumah Hartono untuk membantu mempersiapkan pesta ulang tahun. Mereka mencurahkan seluruh perhatian pada pesta ulang tahun kali ini. Hartono sangat senang melihat mereka.Hartono bergumam sendiri, “Akan lebih baik lagi beberapa bulan ke depan.”Hartono tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat semua orang terkejut. Rosita bahkan sampai bertanya, “Pa, apa maksudnya akan lebih baik lagi beberapa bulan ke depan?”Zola spontan tercengang. Hartono cepat-cepat menjawab, “Suasana hati akan lebih baik setelah ulang tahun.”“Papa ada ada saja. Memangnya sekarang Papa nggak senang?”“Senang. Aku senang lihat kalian semua baik-baik
Dimas dan Rosita selaku anak dan menantu tentu saja menjadi orang pertama yang memberikan hadiah. Mereka memberi Hartono sebuah tongkat yang terbuat dari kayu sonokeling. Warnanya sangat indah, tentunya harganya juga tidak main-main.“Semoga Papa sehat sentosa.” Dimas dan Rosita mengucapkan selamat ulang tahun secara bersamaan.Hartono menganggukkan kepala sambil tersenyum puas, “Baik.”Kemudian, giliran Boris. Boris memberikan satu set peralatan minum teh yang terbuat dari giok. Semuanya dibuat dengan batu giok terbaik, hanya ada satu-satunya di dunia ini. Setelah itu hadiah dari Zola, yang berupa sebuah lukisan yang dibungkus dengan sederhana.Zola menyerahkan hadiahnya kepada Hartono dan berkata, “Selamat ulang tahun, Kakek. Semoga Kakek panjang umur, bahagia selalu.”Hartono langsung mengulurkan tangan untuk mengambilnya. Dia sangat menyukai hadiah Zola. Semua orang yang ada di sana dapat melihat betapa sayangnya Hartono pada Zola. Mereka juga tahu tentang persahabatan Harton dan k
“Baik.” Hartono tersenyum sembari mengangguk pelan. Kemudian, dia menyimpan kembali lukisannya dengan baik dan memasukkannya ke dalam gulungan dengan hati-hati.Seseorang tiba-tiba bertanya, “Bu Zola berikan lukisan tiruan kepada Pak Hartono. Apakah keluarga Leonarto sengaja mempermalukan Pak Hartono?”Hartono memasang raut wajah dingin. Dimas dan Rosita juga mengerutkan kening tanda tak senang. Boris juga mengedarkan pandangannya ke arah orang-orang itu.Sebelum keluarga Morrison memberi komentar, Jerico sudah berkata lebih dulu, “Pak Hartono, kami sama sekali nggak tahu hadiah apa yang Zola siapkan untuk Pak Hartono. Di-dia sama sekali nggak diskusi dengan keluarga kami. Pak Hartono tenang saja, saya akan disiplinkan dia dengan baik.”“Zola, cepat minta maaf pada Kakek,” perintah Jerico dengan tegas.Zola tidak bergerak. Lydia juga langsung berkata, “Semuanya tolong jangan salah paham dengan keluarga Leonarto. Meskipun Zola anak keluarga kami, tapi kalian semua tahu kalau dia baru ke
Apa maksud Boris? Apakah Boris juga beranggapan kalau lukisan yang Zola berikan adalah lukisan palsu? Zola tertawa dalam hati. Dia hanya menatap Boris. Ada kesedihan dibalik kekecewaan yang terpancar di matanya. Apakah Boris begitu mencintai Tyara?Hartono melihat perubahan ekspresi Zola. Dia pun tetap tidak mau mengalah, “Siapa yang undang kamu ke ulang tahunku? Kenapa aku nggak tahu aku punya tamu seperti kamu?”Hartono sama sekali tidak memberi muka. Mata Tyara sudah memerah, dia hampir menangis. Rasanya sedih bukan main. Dia pun berkata, “Kakek, aku tahu Kakek sayang Zola. Kakek nggak senang Beryl katakan yang sebenarnya dan mengungkap kebohongan Zola. Aku juga nggak mau buat Zola malu. Tapi karena dia berani berbuat begitu, bukankah dia harus tanggung akibatnya? Memangnya Kakek bisa tutup mata semua orang karena Kakek pilih kasih padanya?”“Tyara, nggak boleh ngomong seperti itu dengan Kakek.” Ekspresi Boris menjadi muram. Dia menatap Tyara sebentar, lalu melihat ke arah kakeknya
Hartono bersikap tegas. Dia menatap Lydia dengan tajam, lalu mengedarkan pandangannya ke semua orang. Sorot matanya begitu tajam, membuat orang tidak berani menatap langsung ke arahnya.Sikap Hartono membuat Zola merasa diselimuti oleh kehangatan. Senyum tipis seketika merekah di bibirnya. Meskipun Boris tidak percaya padanya, keluarga Morrison bisa membuatnya merasakan seperti apa rasanya dilindungi dan didukung oleh keluarga.Zola mengerutkan bibir, lalu bergelayut di lengan Hartono sambil berkata, “Kakek jangan marah. Duduk dulu.”Setelah itu, Zola langsung menyambungkan video di ponselnya ke sebuah layar lebar dan mengklik tanda putar.“Halo, Pak Hartono. Aku Nicky. Aku ucapkan selamat ulang tahun untuk Pak Hartono. Zola ambil lukisan pemandangan ini dariku, katanya mau diberikan kepada kakeknya yang paling dia hormati. Aku pernah bertemu denganmu beberapa tahun yang lalu. Aku juga tahu kamu penggemarku yang paling setia. Lukisan itu adalah koleksi pribadiku. Kalau Zola nggak minta
Kening Boris mengerut dan berkata, “Zola, kamu boleh sedikit lebih besar hati? Kenapa harus perhitungan masalah kecil ini?”“Aku perhitungan? Boris, waktu dia memutarbalikkan fakta, kenapa kamu nggak bilang dia mempersulitkan aku?” tanya Zola.Meski tahu bahwa lelaki itu pasti akan berpihak pada Tyara, hatinya tetap tidak bisa menerima dan merasa sedih. Zola menggigit bibirnya dan membisikkan pada dirinya sendiri untuk jangan memaksakan apa yang tidak seharusnya menjadi miliknya.Para tamu juga berbisik mengatakan bahwa sikap Boris yang begitu membela Tyara karena lelaki itu memiliki hubungan yang lama serta cinta pada Tyara. Suasana di sana mendadak menjadi sunyi.Hartono berjalan sambil menggunakan tongkat dan berkata, “Boris, kamu lindungi saja perempuan ini. Kamu akan menyesalinya.”Setelah selesai mengatakan kalimat tersebut, dia membawa Zola meninggalkan ruangan dengan marah.“Zola, anak nakal itu yang bersalah denganmu. Kakek tahu kamu tersakiti,” ujar lelaki tua itu dengan suar
Dia melintasi sisi Tyara kemudian berjalan di tepi kolam menuju rumah. Namun, tiba-tiba ada kekuatan dari belakang yang mendorongnya. Dia yang tidak siap akhirnya jatuh ke dalam kolam renang.Air dingin kolam membuat seluruh tubuhnya menggigil hebat. Dia berusaha untuk bangkit, tetapi karena airnya terlalu dalam dan dia tidak bisa berenang, akhirnya tubuhnya terus tenggelam. Zola ingin meminta tolong, tetapi saat membuka mulut maka air dingin akan mengalir masuk ke dalam mulutnya.Pikirannya kosong dan pandangannya perlahan kabur. Samar-samar dia bisa melihat sosok tinggi yang menerjang ke arahnya.Zola membuka matanya setelah setengah jam kemudian. Dia melihat langit-langit yang putih bersih dengan sorot bingung. Terdengar suara lembut yang berkata, “Zola, ini Mama. ada yang nggak enak?”Dia mendapati Rosita di sampingnya. Zola menggelengkan kepalanya dan keningnya berkerut ketika teringat sesuatu. Dengan cepat dia bertanya, “Ibu, aku kenapa?”Zola langsung terduduk seketika. Rosita s