“Marvin?” Kejora mendongak, tubuhnya tidak bergerak karena lelaki itu memeluk erat.“Hem?” Marvin menjawab parau masih dengan mata terpejam.“Bangun! Kita akan kesiangan,” kata Kejora tapi sepertinya tidak sungguh-sungguh karena ia pun malah mengusel masuk kian dalam ke pelukan Marvin.“Kita bolos saja,” balas Marvin lalu mengecup kening Kejora.“Tapi aku sudah mengerjakan tugas.” Marvin terkekeh pelan membuat Kejora mengerutkan kening kembali mendongak menatap Marvin heran. “Ini hari sabtu Kejora.” Marvin menjawab kebingungan Kejora.Ya Tuhan, ia sampai lupa. Pantas saja Marvin terlihat santai tidak mengerjakan tugas, Kejora pikir sebelum ke rumahnya lelaki itu sudah mengerjakan tugas kuliah.“Ah kamu menyebalkan, kenapa tadi malam tidak memberitauku kalau hari ini libur?” kesal Kejora seraya memukul dada Marvin.“Agar kamu mengerjakan tugas, baby!” Marvin menangkap tangan Kejora yang kemudian ia lingkarkan ke tubuhnya.“Peluk aku ... kita tidur lagi,” gumam Marvin yang masih sanga
Pesta pernikahan terindah adalah impian setiap wanita karena berharap hanya akan dilakukan sekali seumur hidup.Sama halnya dengan Kalila yang hanya ingin menikah sekali saja dengan pria yang ia cintai dan tentu mencintainya juga.Lalu pesta pernikahan bagaimana yang diinginkan Kalila? Karena King tidak terlalu peduli dengan pesta, yang ia fokuskan adalah malam pertama.Jadi King menyerahkan semua kepada Kalila meski sesekali memberi saran jika sang tunangan cantiknya sedang kebingungan harus memilih salah satu diantara banyaknya pilihan dari mulai undangan, gaun, catering, dekorasi hingga cat kuku yang akan mempercantik Kalila pada pesta pernikahan nanti.Pesta tersebut tidak berlangsung di Indonesia melainkan di kota Paris, kota indah yang selalu menjadi destinasi wisata setiap pasangan yang saling mencintai.Sebuah gedung telah mereka sewa, balkon luas yang bisa menampung seratus orang dan menghadap menara Eifel akan menjadi tempat resepsi Kalila dan King.Gedung dengan gaya abad
“Hai Princes, angkat kepalamu ... nanti mahkotamu jatuh.” Suara bariton yang berasal dari belakang punggungnya membuat Kalila menoleh.Ia memang sedang menunduk mantap kedua tangannya yang basah. Ada tiara juga di kepalanya dengan long-sleeve ball gown berkerah V telah membalut tubuhnya begitu sempurna.“Abang ... .” Kalila melirih. Kembarannya datang, pria itu pasti merasakan apa yang sedang Kalila rasakan saat ini.“Butuh pelukan?” Kama merentangkan kedua tangan.Kalila segera memeluk Kakak kembarnya, jika diluar mereka tampak jauh tapi sejujurnya Kalila dan Kama memiliki ikatan batin kuat karena mungkin mereka adalah saudara kembar.Kama memang sengaja datang ke kamar rias Kalila, selain merasa hatinya resah, ia juga berpikir jika ucapan Kejora pasti akan mempengaruhi hati adik kembarnya.Jika dulu ketika mereka akan memegang perusahaan di Vietnam maupun di Jerman, Kalila tidak terlalu khawatir berpisah dengan kedua orangtuanya karena bisa kapan pun pergi mengunjungi mereka tapi se
Setelah makan siang yang mengharu biru, acara berlanjut pada resepsi pernikahan menyapa para tamu undangan yang merupakan kerabat dan keluarga.Ada juga beberapa kenalan dekat hadir dalam resepsi yang berlangsung di balkon besar yang menghadap menara Eifel.Pemandangan sore kota Paris begitu memukau dengan warna jingga di ufuk barat menambah kesan romantis pada pesta pernikahan itu.King dan Kalila berdansa diiringi band ternama dunia yang khusus disabotase jadwal manggungnya untuk memeriahkan pesta tersebut agar memiliki kesan mendalam.Kalila tersenyum menatap pria tampan yang sekarang telah berstatus menjadi suaminya.Janji yang King ucapkan kepada Ayah tadi menyentuh hati Kalila.Jadi boleh ‘kan jika ia berharap banyak pada suaminya?Berharap bisa mencintainya sekaligus seluruh keluarganya.Berharap bisa menyayanginya dengan menerima kelebihan beserta kekurangannya.Dan berharap untuk tidak pernah mengecewakannya apalagi dalam urusan pengkhianatan.Kata itu selalu terngiang dalam
Senja telah berganti malam tapi acara tak kunjung usai, Kalila masih mengobrol bersama keluarganya tapi King sudah tidak sanggup menahan lebih lama lagi. Ia sudah menahan dirinya selama setahun dan hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu untuk memiliki Kalila seutuhnya. Tapi acara tidak akan berakhir jika tidak ada yang mengakhirinya karena pesta ini adalah pesta keluarga yang tidak memiliki rundown acara yang pasti. Maka King harus mengakhirinya jika memang ingin acara berakhir. Kalila memekik saat merasakan tubuhnya melayang, ternyata King menggendongnya. “Tuan dan Nyonya, silahkan nikmati pestanya tapi saya dan istri pamit undur diri karena ada urusan penting yang harus segera kami selesaikan,” kata King tanpa tau malu. Seluruh keluarga beserta tamu undangan tertawa, mereka semua mengerti maksud dari ucapan King. Kalila memeluk leher King erat, membenamkan wajahnya yang memerah di pundak suaminya. King melangkah cepat menuju pintu utama gedung diikuti yang lain.
Terdengar dengkuran halus dari hidung Kalila tapi King tidak akan membiarkan istrinya tidur dulu, hasratnya belum padam.King menekan bokong Kalila membuat wanitanya terhenyak.“King,” gumam Kalila terusik.Tubuh King menegak membawa Kalila ikut serta, tidak ada yang bisa sang wanita lakukan selain melingkarkan kedua tangan pada pundak prianya.Tubuh mereka berdua masih menyatu dan Kalila mulai merasa sesak dibagian bawah.“Kamu tidak lelah?” Kalila bertanya basa-basi, kabut di mata King seharusnya bisa menjawab pertanyaan tersebut.Alih-alih mengeluarkan suara, King malah menyambar bibir Kalila melumat bagian atasnya lembut dengan kedua tangan menekan bokong Kalila agar miliknya bisa masuk lebih dalam lagi.Kalila mendesah, melepaskan pertautan bibir mereka kemudian menengadah saat sesuatu menghujamnya lebih dalam.Perih, ngilu bercampur nikmat, Kalila sendiri tidak mengerti kenapa rasa yang bertentangan itu bisa menghantam dirinya begitu hebat.Nalurinya bekerja, mulai menggerakan t
“Kamu yakin bisa jalan?” Pertanyaan yang terlontar dari mulut suaminya itu sungguh menyebalkan.Kalila mendelik manja kemudian kembali menatap cermin sambil mengaplikasikan blush on pada pipinya.Malam ini adalah malam pertemuan keluarga Gunadhya dan Benedict.Mereka akan membahas mengenai pertunangan Kejora dan Marvin jadi tidak mungkin bila Kalila tidak datang.Semestinya King paham jika Kalila butuh jeda, bukannya digempur terus menerus hingga ia kesulitan melangkahkan kakinya.Masih ada hari esok, kiamat pun mungkin masih sangat lama tapi bagi King seolah hari ini adalah hari terakhir bertemu Kalila sampai setiap detiknya hanya ingin ia habiskan di dalam tubuh Kalila.King mengulum senyum sambil mengancingkan kemejanya.Kalila kemudian berdiri, meneliti penampilannya di cermin besar di samping meja rias.Sedikit meringis saat berdiri tadi karena bagian intinya terasa bengkak tapi pada kenyataannya tidak.Mungkin Kalila hanya tersugesti karena mengetahui milik King yang besar.Bod
Mobil yang mereka tumpangi berhenti tepat disebuah restoran mewah.Seorang pria dengan stelan jas dan sarung tangan putih membantu membuka pintu mobil dari luar.Marvin berdiri di depan pintu loby resto menyambut kedatangan keluarga Gunadhya.Resto yang dipilih Marvin untuk makan malam keluarga ini menjadikan pakaian formal sebagai dresscode bagi tamu yang akan makan di sana.Dan Marvin sangat tampan dengan stelan jas yang dikenakannya.Bibirnya tersenyum lebar ketika mendapati Kejora turun dari mobil.Seperti biasa Kejora selalu cantik dengan gaun panjang berwarna navy yang sengaja ia belikan untuknya.Lelaki itu langsung merengkuh pinggang Kejora lantas memberikan kecupan di pipi.Apa yang dilakukan Marvin sangat biasa bagi Kejora, seperti merasakan kecupan atau pelukan dari ketiga Kakak laki-lakinya jadi tidak ada penolakan terlebih Marvin adalah lelaki yang setahun ini sangat dekat dengannya.Marvin menyalami kedua orang tua Kejora juga Grandma dan Grandpa beserta Kakak-Kakaknya.
“Morning my handsome Daddy,” sambut Angel yang sudah duduk di meja makan.“Selamat pagi Putri Daddy yang paling cantik,” balas King menggunakan bahasa Indonesia agar anak-anaknya tidak melupakan tanah kelahiran sang MommyKing mengecup kepala Angel yang berumur empat tahun lalu mengusap kepala El dan Ev secara bergantian. Ia pun duduk di singgasananya, kursi yang berada di ujung meja.“Siap untuk ke sekolah?” King bertanya kepada tiga anaknya. Mereka sangat lucu memakai pakaian sekolah dengan jas dan dasi untuk anak laki-laki sementara anak perempuan menggunakan blazer dan syal.Kalila yang selalu cantik meski di rumah saja datang menghampiri diikuti para pelayan yang membawa menu sarapan pagi.“Hari ini Daddy yang akan mengantar kalian,” ujar Kalila sambil membenarkan dasi yang melingkar di leher King.“Oke Mom,” balas El dan Ev kompak.Kalila mengisi piring kosong ketiga anaknya dengan menu sarapan pagi yang telah ia buat, tidak lupa ia juga melayani sang suami tercinta lengkap den
Saat ini perusahaan yang dibangun Arjuna dengan kerja kerasnya sedang berada di puncak kejayaan.Pria itu juga menikah dengan gadis yang sangat dicintainya. Sudah dikaruniai seorang Putri cantik yang empat bulan lalu lahir dengan cara normal.Arjuna menyaksikan sendiri buah cintanya bersama Kejora lahir ke dunia.Semua itu menjadikan Arjuna sebagai pria paling berbahagia, hidupnya terasa sempurna.Lelah akibat seharian bekerja, sirna seketika saat melihat Kejora sedang bermain bersama Princes di atas ranjang mereka.“Papa pulang!” Kejora berseru bahagia membuat Princess menoleh.Senyum Arjuna melebar, akhirnya ia bisa melihat Princes secara langsung setelah seharian bekerja dan hanya mendapat kabar dari sang istri yang mengirimkan banyak foto sang Princes.Kini galeri hingga walpaper di alat komunikasi canggih itu penuh berisikan foto-foto Princes.“Papa ganti baju dulu ya.” Arjuna harus membersihkan diri dan mengganti pakaian sebelum memeluk Princes.Jarang-jarang Arjuna mandi di ma
Kebahagiaan karena kelahiran anggota keluarga baru hanya bertahan sementara karena saat ini di ruang tunggu rumah sakit sudah berkumpul kembali orang-orang yang menyayangi Kalila termasuk kedua mertuanya.Mereka semua berharap banyak dan tidak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Kalila dan sang janin.King tidak sempat membawa Kalila ke Hamburg, kondisi Kalila yang lemah karena pendarahan hebat membuatnya memasrahkan keselamatan sang istri beserta calon anaknya pada Dokter terbaik di rumah sakit itu.Tadi Dokter mengatakan jika janin yang baru menginjak tiga puluh minggu itu harus dikeluarkan.Tubuh King melemas setelah mendengarnya terlebih ia merasa tidak berguna duduk di sini sementara sang istri sedang bertaruh nyawa di atas meja operasi.“Kalila dan bayimu akan selamat,” ujar Arjuna menenangkan.“Kembalilah ke kamar dan temani Kejora, dia lebih membutuhkanmu.” King merasa tidak enak hati karena Arjuna harus menemaninya, sahabatnya itu meninggalkan Kejora di kamar rawat.“Betu
Satu yang ingin Elma lakukan setelah keluar dari rumah sakit jiwa yaitu menghancurkan hidup Arjuna.Ia telah mendengar dari para sahabatnya jika Arjuna telah menikah dengan Kejora dan hidup bahagia.Dengan sengaja Arjuna menyingkirkannya, memasukan dirinya ke rumah sakit jiwa hanya untuk bersama Kejora.Dendamnya bertahun-tahun ia pendam dan harus segera terbalaskan, hidupnya tidak akan tenang sebelum melihat Arjuna dan Kejora menderita.Kebetulan sekali saat Elma keluar dari rumah sakit jiwa, ia mendengar bila Kejora sedang hamil besar dan tidak lama lagi akan melakukan persalinan.Elma menahan dirinya untuk melampiaskan dendam hingga hari itu tiba.Ia telah mengatur sebuah rencana untuk membalaskan dendamnya dan di sini lah ia sekarang.Di rumah sakit dimana Kejora melakukan persalinan, langkah Elma begitu mantap menuju ruang bayi.“Permisi, boleh saya tau yang mana bayi dari Tuan Folke?” Elma bertanya pada salah satu suster penjaga.Ekspresi wajah sang suster berubah antisipasi. “S
“Sayang?” Arjuna sontak menegakan tubuhnya, pria itu terkejut karena tidak menemukan sang istri di atas ranjang mereka.“Kejora? Sayaaang?” Arjuna melompat dari atas ranjang menuju kamar mandi namun sang istri tercinta yang beberapa minggu ini sedang merajuk, tidak ia temukan juga.Arjuna mengusap wajahnya kasar, khawatir Kejora minggat karena masalah Elma belum juga usai meski segala kalimat janji untuk tidak meninggalkan Kejora telah Arjuna lontarkan.Salah siapa pernah meninggalkan Kejora dan memilih Elma? Kejora jadi tidak mempercayai ucapan Arjuna lagi meski terkadang jika mood Kejora sedang baik—perempuan itu akan bersikap manis terutama ketika jadwal mereka bercinta.Tidak sengaja Arjuna menoleh ke jendela dan mendapati sang istri berada di halamanan depan sedang melakukan peragangan menggunakan stelan olah raga untuk Ibu hamil lengkap dengan sepatu.“Sayaaaang?” panggil Arjuna setelah membuka jendela dengan tergesa-gesa.Kejora mendongak, menghalau pandangannya dari sinar mat
“Gadismu sudah tidur ... dia menyenangkan,” ujar Celena saat keluar kamar.Ditutupnya pintu dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Kejora yang baru saja terlelap setelah menangis dan mencurahkan kembali isi hati kepada Celana setibanya mereka di Griya Tawang karena Marvin harus kembali ke kantor.“Dia menyukaimu,” balas Marvin, berdiri tepat di depan Celena dengan satu tangan masuk ke dalam saku celana.Pakaiannya sudah lusuh selusuh raut wajahnya yang tampak lelah.Sebelum kembali ke kantor, Marvin membawa Kejora dan Celeneake Griya Tawang lalu meninggalkan mereka berdua di sana.Ia tidak mengira jika Celena mau menemani Kejora hingga dirinya pulang bekerja.“Aku pulang,” kata Celena dengan senyum manis.Langkahnya tertahan saat hendak melewati Marvin, pria itu mencengkram tangannya.“Terimakasih Celena,” ucap Marvin sambil menatap dalam bola mata hazel milik Celena.“Kamu ingat namaku?” Celena tampak terkejut.“Tentu ... baru siang tadi kamu memuaskanku.” Ekspresi menyebalk
“Kamu kenapa sih sayang? Cemberut terus, hem?” Arjuna bertanya kepada istrinya yang sedang mengatur sarapan pagi.Di peluknya tubuh jenjang yang kini sedikit melebar itu karena sedang mengandung.Lantas ia kecup pipi bulat Kejora cukup dalam hingga kepala sang istri miring beberapa derajat ke samping.Semua perlakuan romantis itu tidak juga membuat Kejora tersentuh karena akhirnya perhari ini ia bisa menunjukan kekeselannya kepada Arjuna. Beberapa hari ia menahan diri, menghormati mertuanya yang sedang mengunjungi mereka dan selagi mereka meninjau bisnisnya ke kota lain—Kejora bisa melampiaskan kekesalannya kepada Arjuna.“Diem ah ... lepasin! Ngeselin!” Kejora berseru pelan.“Sayaaaang.” Arjuna membalikan tubuh Kejora hingga perut mereka bersentuhan namun tidak dengan dada mereka.“Abang salah apa lagi kali ini?” Arjuna bertanya lembut. Tidak lupa ia mengecup sekilas bibir sang istri yang mengerucut.“Kenapa Bang Juna enggak bilang kalau masih suka nengokin Elma ke rumah sakit jiwa
“Sakit sayang?” Arjuna bertanya saat menghentak Kejora dari atas, ia menahan tubuhnya dengan sikut dan lutut agar tidak menekan perut Kejora yang sudah membesar.Sang istri menggelengkan kepala namun matanya terpejam erat seperti sedang merasakan sakit atau ngilu.Padahal itu hanya prasangka Arjuna saja yang merasa khawatir dengan apa yang dirasakan Kejora dan janin yang ada di dalam rahim.Pada kenyataannya Kejora menikmati setiap kali kegiatan bercinta mereka bahkan gairah dan hasratnya meningkat dua kali lipat semenjak mengandung.Mungkin pengaruh dari hormon kehamilan yang sekarang sedang menguasainya karena setiap kali mereka bercinta, Kejora selalu sampai lebih dulu bahkan ia bisa merasakan pelepasan hingga dua kali dalam satu ronde.“Sakit sayang?” Arjuna bertanya lagi setelah merubah posisinya.Kini pria itu menyendok dari belakang Kejora. “Abang ... jangan nanya terus donk, Kejora enggak bisa konsentrasi nih,” protes sang istri.“Abang khawatir kamu sama bayi kita sakit sayan
Meski Kalila sudah tidak memimpin perusahaannya lagi tapi sebagai sekutu pasif yang memiliki saham besar di perusahaan tersebut membuat pendapatnya masih dibutuhkan dalam mengambil sebuah keputusan besar.Baru saja ia dan para pemimpin diperusahaan itu termasuk Andreas—penggantinya, selesai melakukan rapat.Jam menunjukan pukul delapan waktu Berlin dan sudah satu jam berlalu dari saat King pulang ke rumah hanya menyapanya sebentar memberikan pelukan disertai kecupan lalu meninggalkan Kalila di perpustakaan untuk melakukan meeting online.Kalila menutup laptop lalu merapihkan berkas menjadi satu di atas meja.Ia hanya menggunakan dress rumahan dengan blazer yang biasa dipakai ke kantor.Rindu rasanya berkutat dengan tumpukan berkas, tanda tangan, menganalisis laporan dan membuat target untuk dicapai selama satu tahun.Bertemu klien, memakai stelan kerja yang rapih dan heels.Kalila menggelengkan kepala, menghempaskan pikiran tersebut dan berusaha move on dari kenangan akan masa lalunya