Danu menyusul masuk ke rumah sakit setelah memarkirkan mobil. Pria itu langsung berlari ke IGD, dadi kejauhan ia melihat Jason yang tertunduk di kursi tunggu.Danu langsung menarik kerah Jason hingga pria itu berdiri, “Apa yang sudah terjadi dengannya?!”“Seseorang ingin menusukku, tapi dia menggantikanku. Aku ingat semuanya, Dan, aku ingat sekarang,” ungkap Jason diiringi isakan.“Sialan!” Danu melepaskan cengkeramannya.“Kenapa baru sekarang? Kenapa baru sekarang?!” “Kenapa baru sekarang, setelah dia mulai bisa hidup selayaknya manusia normal?! Ke mana saja Anda selama ini?! Ke mana Anda saat dia harus menerima cacian, hinaan, tuduhan, makian seorang diri? Ke mana Anda saat dia harus kehilangan putra satu-satunya? Ke mana Anda saat dia ingin mati setiap harinya? Ke mana Anda?! Sedang bahagia dengan calon istri Anda itu? Bahagia dengan wanita yang menjadi penyebab semua penderitaan yang dialami ibu dari anak Anda?!”“Apa maksud ucapanmu Dan, bagaimanapun Tamara hanya memanfaatkan ko
Pintu ruangan yang diketuk sebanyak tiga kali membuat dua orang pria yang berada di dalam ruangan tersebut saling pandang. Hingga akhirnya salah satu dari mereka bangkit untuk membukakan pintu. Pria itu lalu mempersilahkan seseorang yang tadi mengetuk pintu.“Sepertinya juru kunci permasalahan ini sudah tiba,” ujar Danu.Roland yang baru saja tiba sama sekali tidak mengerti maksud ucapan Danu. Pria itu lalu menghampiri Jason yang mengisyaratkannya untuk duduk. “Jelaskan,” titah Jason.“Jelaskan ... apa Pak?” tanya Roland tidak mengerti.“Aku sudah ingat semuanya, jadi sekarang jelaskan apa yang sebenarnya terjadi beberapa hari belakangan,” titahnya sekali lagi.“Anda tidak bercanda bukan?” tanya Roland memastikan.“Tidak, jangan menguras kesabaranku. Ah, pertama-tama, dari mana kamu seharian ini?” “Saya .... ““Jujurlah Roland, aku sudah mengingat semuanya, aku ingin meminta pertanggungjawabanmu. Bukankah aku menyuruhmu melindungi wanitaku dari siapa pun tanpa terkecuali, yang artin
Mala membereskan pakaiannya dan Haiden dengan memasang wajah setenang mungkin. Ia sangat bersyukur malam ini ketiduran hingga tak menghadiri pernikahan Jason dan Tamara. Meski dijanjikan ruangan privasi, tetap saja dalam lingkup yang sama.Wanita itu sibuk memasukkan pakaian ke dalam satu koper besar berwarna hitam. Sementara Haiden masih sibuk bermain robot di sebelahnya.“Kita mau ke mana Ibu? Kenapa Ibu berkemas?” tanya Haiden dengan polosnya.“Kita akan pergi berlibur ke luar negeri sayang. Ibu harus cepat, karena waktu penerbangan sudah dekat, jadi Haiden diam dulu ya?” ujar Mala memberi pengertian.“Baiklah, Bu.”“Tapi-tapi Bu, kita mau liburan ke mana? Hanya berdua? Kenapa tidak bersama Tante Tamara dan Om Jason?” tanya Haiden.“Kita hanya berdua sayang, Ibu sudah memesan dua tiket untuk kita bersenang-senang di sana,” balas Mala sembari terus merapikan koper.“Kalau begitu bawa mainanku, Bu. Mereka juga pasti akan senang bisa pergi ke luar negeri,” ujar Haiden.“Bawa yang bisa
“Ke mana Om Danu akan membawa Ibu, Om? Kenapa Om Jason kasar ke Ibu?” tanya Haiden.“Berhentilah memanggil dia Ibu, Nak. Kamu sudah terlalu sering menyakiti hati Mamamu karena panggilan itu. Sudah saatnya kamu kembali menjadi pelipur lara Mamamu,” balas Jason.“Maksud Om apa? Mama saja tidak pernah mencariku, padahal aku hilang berbulan-bulan, habis kecelakaan juga, aku juga mengirimkan surat ke Mama, tapi tidak di balas, tidak di cari juga, memangnya masih pantas di sebut Mama?” tukas Haiden.“Jaga ucapanmu, Nak. Sejahat apa pun Mamamu, dia pernah mempertaruhkan nyawamu demi kamu ada di dunia ini. Setelah kamu mengetahui kebenarannya, kamu haru meminta maaf dan menebus semua kesalahan Mamamu. Kita akan menebus kesalahan kita bersama-sama ya?” ujar Jason.“Om? Kenapa Om juga harus menebus? Bukankah Om sudah menikah dengan Tante Tamara? Sudahlah Om, menikahlah dengan Tante Tamara. Meskipun aku membenci Mama karena aku dirundung setelah tahu Mama merebut Om dari Tante Tamara, aku tidak
“Em ... Pa? Apa Mama akan memaafkanku?” tanya Haiden.“Entah sayang, Mama pasti sangat sakit hati karena ucapan Haiden dan tingkah laku Papa padanya. Asal Haiden tahu, saat ini Mama sedang di rawat di rumah sakit karena ditusuk oleh seseorang,” papar Jason.“Papa berbohong?” tanya Haiden.“Tidak sayang, semalam Mama tertusuk karena menggantikan Papa yang seharusnya tertusuk. Hati Mamamu terbuat dari apa ya Nak? Bagaimana dia bisa menyelamatkan Papa yang sudah banyak memberinya luka,” balas Jason.“Hm, kenapa Mama memiliki laki-laki seperti kita ya Pa? Di sinetron yang aku tonton, biasanya seorang wanita yang memiliki anak suami dan anak laki-laki akan menjadi seorang ratu. Tapi Mama? Lupakan tentang menjadi ratu, Mama bahkan sering terluka karena kita.”Danu dan Jason terkekeh karena cara bicara Haiden yang sudah seperti orang dewasa. Mobil yang dikendarai oleh Danu membela jalanan ibukota di pukul lima pagi. Tidak perlu waktu lama, hingga akhirnya mereka tiba di rumah sakit.Sedangka
Jason dan Danu perlahan masuk ke ruang rawat Nila. Keduanya terenyuh saat melihat Nila tidur miring dengan memeluk Haiden yang tidur di sebelahnya. Danu lalu mengangkat tubuh Haiden untuk di baringkan di sofa panjang, demi memberi ruang pada Jason.Setelah sepupunya membawa pergi sang putra, pria itu lalu duduk di sebelah bangkar tempat wanitanya terlelap. Ia hanya memandangi wanitanya tanpa berniat melakukan kontak fisik apa pun.Karena merasa diperhatikan, akhirnya Nila terusik, wanita itu perlahan membuka matanya lalu mendapati pria yang menjadi penyebab dirinya terbaring di sini. “Kamu ... sudah sadar?” tanya Jason hati-hati.“Apa selain amnesia kamu juga buta, Mas?” “Maaf.”“Untuk apa?” tanya Nila.“Semuanya.”“Semuanya itu apa Mas? Aku nggak mau memberikan maafku untuk seseorang yang bahkan nggak tahu di mana letak kesalahannya,” tukas Nila.“Maaf karena terlambat menemukanmu, dan terlambat mengingatmu.” Kalimat singkat yang memiliki banyak arti, Jason telah membuat kesalahan
Danu pamit pulang lebih dulu karena ada urusan, tersisa Jason dan Nila juga Haiden yang masih terlelap di sofa. Keduanya tengah mengobrol sebelum akhirnya pintu ruangan terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang didampingi oleh tiga pria bertubuh kekar.Wanita itu kemudian masuk, dan langsung menghampiri Jason yang duduk di sebelah bangkar Nila. Netranya menatap putranya dan seorang wanita yang tengah terbaring lemah di bangkar bergantian.“Mama ada urusan apa datang kemari?” tanya Jason.“Berterima kasih dan memberikan imbalan, aku tidak ingin memiliki hutang budi dengan wanita sepertinya,” sinis Santi, netranya meneliti Nila dengan cermat.“Orang yang baru saja Mama cibir, adalah Ibu dari anakku dan cucu Mama,” cetus Jason.“Astaga! Dia ... benar-benar jalang? Kau sudah pernah memakainya? Hingga berpikir anaknya adalah anakmu? Bodohnya dirimu Jason! Apa jaminan jika anak itu putramu? Jika dia melakukannya denganmu, tidak menutup kemungkinan dia melakukannya dengan pria lain
Santi membawa Haiden ke mal untuk merealisasikan ucapannya. Siang ini akan ada pertemuan dengan geng sosialitanya, biasanya di saat-saat seperti inilah teman-temannya pamer cucu.“Omah belum menjawab pertanyaanku, kenapa ke mal?” tanya Haiden saat tangannya digandeng oleh Santi menaiki eskalator.“Nanti siang Omah ada kumpul bersama teman-teman Omah. Sekarang kita cari baju buat kamu sama beli apa pun yang kamu mau sambil tunggu siang, setuju?” “Setuju!” seru Haiden sembari melompat saat eskalator telah membawa keduanya tiba di lantai dua. Bukan hanya mereka berdua, tentunya pengawal Santi ikut bersama keduanya.Santi langsung membawa Haiden masuk ke toko baju anak-anak. Tangganya memasukkan baju-baju yang dianggap bagus oleh Haiden tanpa melihat harga. Bocah itu sudah berganti dengan kemeja hitam dan celana kain hitam. Setelah membayar, Omah dan cucu itu mampir untuk membeli makan. Santi benar-benar senang saat melihat Haiden. Wanita itu tidak sedikit pun mengingat perihal putranya