Share

Derptalk

Author: Planet Zamzan
last update Last Updated: 2023-12-03 02:52:59

Jason dan Danu perlahan masuk ke ruang rawat Nila. Keduanya terenyuh saat melihat Nila tidur miring dengan memeluk Haiden yang tidur di sebelahnya. Danu lalu mengangkat tubuh Haiden untuk di baringkan di sofa panjang, demi memberi ruang pada Jason.

Setelah sepupunya membawa pergi sang putra, pria itu lalu duduk di sebelah bangkar tempat wanitanya terlelap. Ia hanya memandangi wanitanya tanpa berniat melakukan kontak fisik apa pun.

Karena merasa diperhatikan, akhirnya Nila terusik, wanita itu perlahan membuka matanya lalu mendapati pria yang menjadi penyebab dirinya terbaring di sini.

“Kamu ... sudah sadar?” tanya Jason hati-hati.

“Apa selain amnesia kamu juga buta, Mas?”

“Maaf.”

“Untuk apa?” tanya Nila.

“Semuanya.”

“Semuanya itu apa Mas? Aku nggak mau memberikan maafku untuk seseorang yang bahkan nggak tahu di mana letak kesalahannya,” tukas Nila.

“Maaf karena terlambat menemukanmu, dan terlambat mengingatmu.”

Kalimat singkat yang memiliki banyak arti, Jason telah membuat kesalahan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Tuan Muda Keluarga Wirabraja

    Danu pamit pulang lebih dulu karena ada urusan, tersisa Jason dan Nila juga Haiden yang masih terlelap di sofa. Keduanya tengah mengobrol sebelum akhirnya pintu ruangan terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang didampingi oleh tiga pria bertubuh kekar.Wanita itu kemudian masuk, dan langsung menghampiri Jason yang duduk di sebelah bangkar Nila. Netranya menatap putranya dan seorang wanita yang tengah terbaring lemah di bangkar bergantian.“Mama ada urusan apa datang kemari?” tanya Jason.“Berterima kasih dan memberikan imbalan, aku tidak ingin memiliki hutang budi dengan wanita sepertinya,” sinis Santi, netranya meneliti Nila dengan cermat.“Orang yang baru saja Mama cibir, adalah Ibu dari anakku dan cucu Mama,” cetus Jason.“Astaga! Dia ... benar-benar jalang? Kau sudah pernah memakainya? Hingga berpikir anaknya adalah anakmu? Bodohnya dirimu Jason! Apa jaminan jika anak itu putramu? Jika dia melakukannya denganmu, tidak menutup kemungkinan dia melakukannya dengan pria lain

    Last Updated : 2023-12-04
  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Omah Dan Cucu Laki-lakinya

    Santi membawa Haiden ke mal untuk merealisasikan ucapannya. Siang ini akan ada pertemuan dengan geng sosialitanya, biasanya di saat-saat seperti inilah teman-temannya pamer cucu.“Omah belum menjawab pertanyaanku, kenapa ke mal?” tanya Haiden saat tangannya digandeng oleh Santi menaiki eskalator.“Nanti siang Omah ada kumpul bersama teman-teman Omah. Sekarang kita cari baju buat kamu sama beli apa pun yang kamu mau sambil tunggu siang, setuju?” “Setuju!” seru Haiden sembari melompat saat eskalator telah membawa keduanya tiba di lantai dua. Bukan hanya mereka berdua, tentunya pengawal Santi ikut bersama keduanya.Santi langsung membawa Haiden masuk ke toko baju anak-anak. Tangganya memasukkan baju-baju yang dianggap bagus oleh Haiden tanpa melihat harga. Bocah itu sudah berganti dengan kemeja hitam dan celana kain hitam. Setelah membayar, Omah dan cucu itu mampir untuk membeli makan. Santi benar-benar senang saat melihat Haiden. Wanita itu tidak sedikit pun mengingat perihal putranya

    Last Updated : 2023-12-05
  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Balas Dendam Tamara

    Setelah Haiden di bawa pergi oleh Santi, Jason dan Nila menghabiskan waktu bersama untuk mengobrol ringan. Mereka sama-sama bahagia saat melihat foto yang dikirimkan oleh Santi seputar kegiatan Omah dan cucu tersebut.“Mas, aku benar-benar tidak menyangka Mama kamu akan menerima Haiden seperti tadi. Sikapnya benar-benar berubah tiga ratus enam puluh derajat. Aku pikir beliau akan menolak Haiden, tapi ternyata?” ujar Nila diakhiri kekehan.“Mama itu sudah lama ingin punya cucu, alasan sebenarnya Mama menyuruh aku segera menikah dengan Tamara adalah karena ingin memiliki cucu dan takut aku penyuka sesama jenis. Padahal aku sangat suka lubang vagina yang basah saat bercinta,” ujar Jason frontal.“Mas! Ini rumah sakit,” peringat Nila dengan pipi merah. Bagaimanapun lubangnya pernah dimasuki oleh adik Jason hingga menghadirkan Haiden.“Aku memesan ruangan VVIP ini agar bisa bebas La. Memangnya siapa yang akan tahu perkataan kita di dalam sini?” “Mas belum makan ya dari pagi? Padahal tadi

    Last Updated : 2023-12-05
  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Pelakunya

    Roland kembali setelah sekitar tiga puluh menit, pria itu datang dengan map coklat yang ia dapatkan entah dari mana. Kakinya melangkah menuju Jason yang terlihat sangat frustrasi.“Pak, saya sudah menyiapkan bukti-buktinya. Saya rasa akan perlu waktu sebelum Nona Tamara selesai di tangani. Mari pergi menangkap pelakunya bersama polisi,” ujar Roland.“Siapa? Siapa bajingan itu?” tanya Jason.“Mantan calon istri Anda, Nona Tamara pelakunya Pak,” papar Roland.“Sialan! Kenapa harus dia! Orang tuanya pasti akan berdalih dia sudah tidak waras!” “Tuhan selalu berada di pihak yang terbaik Pak, saya bertemu dengan psikiater yang menangani Nona Tamara. Dokter itu dilepas izin praktiknya dokternya karena menyalahi sumpah profesi dengan memalsukan diagnosis pasien,” balas Roland.“Katakan langsung pada intinya!” sentak Jason.“Nona Tamara sama sekali tidak gila, wanita itu sepenuhnya berakal sehat,” cetus Roland yang membuat Jason bangkit dari duduknya seketika.“Bajingan itu!” geramnya.“Ayo p

    Last Updated : 2023-12-06
  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Nyaris

    Jason mempercepat langkahnya saat melihat suster berlarian ke IGD. Firasat buruk tentang Nila hinggap dikepalanya. Pria itu lalu menerobos masuk ke dalam IGD.“Pasien tidak tertolong, catat waktu kematiannya,” ujar Dokter tersebut. “Jangan bermain-main dengan ucapan Anda Dok!” sentak Jason berang.“Maaf Pak, kami sudah berusaha. Tapi, waktu Ibu Nila di dunia sudah habis, tuhan lebih menyayangi ... istri Anda?”Jason mengabaikan ucapan dokter tersebut dan langsung mendekati Nila. Pria itu mengguncangkan tubuh wanitanya dengan mata berkaca-kaca.“Nggak La, aku baru ingat, aku baru mau memperbaiki semuanya La. Jangan dulu La!” “Bangun! Haiden masih butuh kamu!” Jason meletakkan kepalanya di dada Nila dengan terus menangis dan memohon agar wanitanya kembali. Pria itu lalu mendongak saat mesin EKG kembali menampilkan detak jantung Nila.“Alhamdulillah, detak jantung pasien kembali.” Dokter tersebut memasang kembali masker oksigen di wajah Nila.Jason tertegun, pria itu terduduk karena k

    Last Updated : 2023-12-06
  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Menciptakan Saingan Sendiri

    Setelah beberapa Minggu pemulihan di rumah sakit, hari ini Nila sudah diperbolehkan pulang. Wanita itu memilih beristirahat di rumahnya sendiri, meski sudah ditawarkan untuk tinggal di rumah Santi, ia tetap pada pendiriannya.Saat mobil yang dikendarai oleh Roland berhenti di depan rumah, Jason segera turun dan menggendong Nila masuk ke dalam rumah lalu merebahkan wanita itu di kamarnya.Selama Nila di rumah sakit, Haiden tinggal bersama Santi. Tetapi, sesekali masih menjenguk Nila di rumah sakit saat sedang rindu.Jason lalu naik ke sisi lain kasur dan merebahkan tubuhnya di sebelah Nila. Netranya menatap wajah Nila yang memancarkan kekesalan, namun justru terlihat menggemaskan. Pria itu lalu terkekeh karena salah tingkah.“Ada apa denganmu Mas? Tidak tahukah kamu, bahwa aku sedang marah?” tanya Nila kesal.“Yaya, aku tahu. Hanya saja ekspresimu itu ... lebih terlihat menggemaskan dari pada menyeramkan,” cetus Jason.“Sudah kukatakan aku bisa berjalan sendiri, masih saja digendong. A

    Last Updated : 2023-12-07
  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Drama Ayah Dan Anak

    Malam harinya Santi sudah tiba, dan lagi-lagi Nila dihadapkan dengan pertengkaran menyebalkan antara Haiden dan Jason yang berebut posisi tidur.“Tidak mau! Pokoknya aku mau di tengah, Mama di kanan Papa di kiri!”“Lalu Papa harus memeluk guling semalaman begitu? Tidak mau! Papa yang di tengah!”“Papa apa-apaan? Kan sudah besar, aku masih kecil, kalau aku tergeser terus jatuh bagaimana? Kan kalau aku di tengah aku pasti aman.”“Tapi kan kalau kamu di tengah nanti ... kalau Papa jatuh bagaimana?”Nila benar-benar tercengang, karena ucapan bodoh Jason. Pria itu benar-benar tidak waras, apa maksudnya itu.“Aku yang di tengah!”“Papa!”“Aku!”“Pa-““Diam!”“Mama yang putuskan, Haiden di tengah, Mama di kiri dan Papa di kanan. Pas bukan? Mama ingin membaca novel dan rak nya ada di sebelah kiri. Tidak menerima bantahan dan sanggahan apa pun!”“Apa-apaan! Masa Haiden di tengah!” protes Jason tak terima.“Ya terus? Masa kamu di tengah Jason di pinggir, nalarnya di mana Pak? Astaga!” keluh Nil

    Last Updated : 2023-12-07
  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Nobar

    Setelah kejutan pagi yang sudah Jason siapkan sejak jauh-jauh hari dengan mengikuti kursus memasak, kali ini pria itu sedang mempersiapkan agenda keduanya.Karena hanya tinggal berdua di rumah yang cukup besar, masih banyak ruangan kosong di rumah tersebut. Jadilah Jason memilih salah satu ruangan berukuran dua kali dua meter yang tidak memiliki ventilasi udara sama sekali. Bukan tanpa alasan, tujuannya adalah agar tidak ada cahaya yang masuk dari luar.Pria itu berencana mengadakan acara NOBAR setelah Haiden pulang sekolah. Nila sendiri sedang beristirahat setelah meminum obat. Pria itu sengaja menyiapkan segalanya sendiri agar menjadi kejutan untuk Anak dan wanita yang dicintainya.Pria itu memulai dengan memasukkan karpet bulu lingkaran dengan diameter satu meter. Dia juga memosisikan proyektor di tempat terbaik agar gambar terlihat jelas.Pria itu kembali bersama sejenis matras dengan ketebalan tiga sentimeter dan panjang satu meter. Tidak lupa bantal guling untuk keluarga kecilny

    Last Updated : 2023-12-08

Latest chapter

  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Berbeda

    “Tolong! Tolong! Ziva takut! Papa! Kakak!” Haiden sontak terbangun karena racauan Adiknya, tidak hanya Haiden, Jason dan Nila juga langsung masuk ke kamar.“Adikmu kenapa? Terus kamu kenapa tidur di sini?” tanya Nila.“Ziva demam Ma, tadinya aku mau turun ambil kompres tapi tanganku dipeluk, niatku tunggu dia tenang, ternyata malah ketiduran. Terus ini tadi terbangun gara-gara Ziva mengigau,” jelas Haiden.“Astaga, ya sudah, Mama ambilkan kompres dulu di bawah.” Nila langsung turun dan mengambil alat kompres untuk putrinya.Sementara Jason naik ke sisi lain kasur dan mengecek kondisi putrinya. Jika sakit begini Ziva akan sangat manja pada Papa dan Kakaknya. Nila benar-benar menciptakan saingannya sendiri, terbukti dari seberapa manja Ziva kepada para laki-laki di keluarga ini.Jason memberi ruang untuk Nila mengompres Ziva, sehingga posisinya Nila dan Ziva di tengah-tengah Jason dan Haiden. Setelah selesai mengompres Ziva dan memastikan suhu tubuhnya berangsur-angsur turun, ketiganya

  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Demam

    Setelah kepergian Papa dan Kakaknya barulah Ziva bisa bernafas lega. Gadis itu lalu segera masuk ke dalam mobil, dan di susul oleh Kafka.“Untung aku buka pesanmu saat di lampu merah. Memangnya kenapa tidak mau terus terang?” “Kak Kafka nggak sadar juga? Masa setelah lihat reaksi mereka, Kakak masih nggak paham? Kakak sama Papaku itu posesif banget! Dari kecil baru Kakak cowok pertama yang jemput aku keluar, teman mainku semuanya perempuan. Kakakku punya kontak mereka semua, berbohong pun rasanya sia-sia. Pamit kerja kelompok aja respons mereka sudah begitu, bagaimana kalau tadi Kak Kafka terus terang? Sudah jelas aku tidak akan bisa keluar sama sekali Kak. Papa dan Kakakku bahkan bisa menjaga aku di kamar seharian penuh, persetan dengan janji temu mereka,” jelas Ziva.“Sebegitunya?” tanya Kafka tidak habis pikir.“Iya! Udah ayo berangkat Kak, kalau macet bagaimana?” tukas Ziva.“Ya sudah.” Kafka kemudian melajukan mobilnya menuju tujuan mereka. Sepanjang perjalanan Ziva sangat akti

  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Pantai

    Minggu pagi ini, Nila cukup heran dengan anak-anaknya yang sudah bangun di waktu se pagi ini. Mungkin untuk Haiden itu hal yang wajar, tapi Ziva? Gadis itu bahkan bisa terlelap hingga sore hari jika hari libur seperti ini, alih-alih pergi keluar bersama teman-temannya.Itulah mengapa Haiden kerap memanggilnya putri tidur. Karena kesehariannya memang tidur, tidur, dan tidur. Betapa terkejutnya Nila dan Jason saat sang putri tidur sudah bangun dan mandi di pagi hari.“Dalam rangka apa ini? Kok tuan putrinya Papa pagi-pagi sudah rapi?” Jason merangkul Ziva yang sudah rapi, rambutnya digerai dan dihiasi bandana merah muda.“Ziva ada kerja kelompok Pa,” balas gadis itu.“Alah! Biasanya juga mau ada bencana alam tetap aja tidur. Jujur aja Dek, dalam rangka apa kamu begini?” tanya Haiden yang baru turun dari lantai dua.“Serius!” sergah Ziva dengan wajah kesal.“Mau naik apa? Mobilmu Kakak pakai jalan sama Kak Anna. Mobil Kakak di bengkel, kalau pakai motor nggak enak, pulang malam soalnya,”

  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Sastra Inggris

    Pagi-pagi sekali para orang tua berangka ke bandara dengan menggunakan taksi. Mereka akan pergi ke Surabaya selama tiga hari dua malam. Jadi, selama itu Haiden bertanggung jawab penuh atas adik-adiknya. Saat ini waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi, Haiden lalu membangunkan Haira lebih dulu. Pria itu menggedor-gedor kamar Haira, setelah lama tidak ada jawaban akhirnya pria itu masuk.Percuma saja membangunkan Haira dengan cara normal, satu-satunya cara adalah melakukan hal di luar nalar seperti ....“Anjing, ini apaan sih? Ganggu banget senter? Senter apaan warna hijau? Biasanya juga kalau nggak kuning ya putih. Ini kalau pecah begini, bisa di lem nggak ya? Ini juga, tongkat buat bantu menyeberangi jalan? Buang aja mendingan, nanti kalau Ziva tanya pura-pura nggak tau aja.”“KAKAK!” Haira menatap nyalang ke arah kakaknya yang duduk di meja rias dengan santai. Koleksi lightstick nya juga masih pada tempatnya.“Akhirnya ketemu juga, cara ampuh membangunkan putri tidur kita yang

  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Tumbuh

    Setelah memutuskan pindah ke pulau Dewata Bali dua belas tahun yang lalu. Kini keempat anak itu sudah beranjak dewasa.Haiden Wirabraja sembilan belas tahun, Mahasiswa semester dua. Haira Ziva Wirabraja empat belas tahun, kelas tiga SMP. Zain Bagaskara tiga belas tahun, kelas dua SMP. Zaira Azura Bagaskara dua belas tahun, kelas satu SMP.Haira, Zain, dan Zaira bersekolah di tempat yang sama. Biasanya Zain dan Zaira akan berangkat bersama Roland dan Jason pergi ke kantor. Sementara Haira akan diantar oleh Haiden. Pria itu memang sangat over protektif pada Haira. Itu semua karena tingkah Haira yang benar-benar sangat centil. Kerap kali Haiden menghadiri panggilan orang tua Haira karena gadis itu menggunakan alat-alat kecantikan di sekolah. Bahkan saat jam olahraga, gadis itu tidak segan membawa pengering rambut karena Haira selalu keramas saat merasa tubuhnya gatal dan berkeringat.Kadang kala karena Haira menggunakan cat kukku, memoles wajahnya dengan make up, menggunakan sepatu puti

  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Tamara Melahirkan

    “Akh!” Tamara yang merasakan perutnya sangat keram, engap, dan mules sontak menjambak rambut Roland yang terlelap di sebelahnya.“Mas! Perutku! Perutku sakit Mas!” “Aduh, sakit Ra,” keluh Roland saat rambutnya ditarik kuat oleh Tamara.Pria itu kemudian bangun dan langsung menggendong Tamara lalu membawanya ke mobil. Saat melihat Bayu yang sedang berjaga di depan rumah Jason, pria itu segera berteriak.“Bay! Kemari tolong saya!” Bayu segera mendekat lalu menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, “Ada apa? Tolong apa?” “Istri saya mau melahirkan, tolong sopiri kami ke rumah sakit,” ujar Roland.Bayu segera naik dan langsung menyopiri Roland ke rumah sakit. Saking paniknya, pria itu sampai lupa meminta izin para Nila.“AAAAAAAA! AYO CEPETAN! PERUTKU SAKIT! INGIN BUANG AIR BESAR RASANYA!”“SAKIT MAS! SAKIT!”“I-iya Ra, ini kepala saya juga sakit kalau kamu jambak begini,” keluh Roland.“Dijambak aja sudah mengeluh! Sini bertukar! Hamil aja kamu, biar tahu rasanya!”Tamara lalu menarik r

  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Ulang Tahun

    Sudah dua tahun terakhir sejak pernikahan Tamara dan Roland. Kini keduanya sudah dikaruniai seorang anak laki-laki berusia satu tahun, bahkan Tamara sedang hamil tua anak kedua mereka. Saat ini Tamara dan Nila sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan, mereka mampir ke Playground untuk meninggalkan anak-anak mereka bermain. Sementara Haiden, Haira dan Zain bermain di Playground, Nila dan Tamara pergi makan berdua sekedar untuk melepas rindu.“Anak kamu laki-laki atau perempuan Ra? Duh, pulang-pulang dari Bali sudah besar aja perutmu,” ujar Nila sembari mengelus perut Tamara.“Perempuan La, Zain senang sekali saat tahu punya adik perempuan,” cetus Tamara.“Oh iya, kamu sudah diberi tahu Roland kan? Kalau setelah kamu melahirkan kita akan pindah ke Bali? Aku sama Mas Jason sudah survei rumah yang nanti akan kita tempati di sana.”“Sudah La, kan tinggal menunggu aku melahirkan saja. Rumah di sana juga sudah terisi seratus persen, tinggal menempati.”“Baguslah, kamu ini delapan bula

  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Bali

    Pagi ini Jason dan Roland akan membawa istri masing-masing ke pulau Dewata Bali. Dua pasang suami istri itu sudah berada di pesawat. Jason dan Nila duduk di depan kursi Roland dan Tamara.Setelah perjalanan kurang lebih dua jam, akhirnya mereka tiba di pulau Dewata Bali. Saat tiba mereka langsung dijemput oleh sopir di Bandara. Mereka langsung menuju ke vila untuk beristirahat, karena malam ini Roland dan Jason harus menghadiri rapat.Saat ini Nila sedang meminum coklat dingin di tepi kolam renang luar. Tidak lama kemudian Tamara menghampiri dan menyodorkan sebuah bikini kepada Nila.“Nggak bikini nggak Bali La,” cetus wanita itu.Nila lalu menerima bikini yang disodorkan oleh Tamara. Wanita itu menunjukkan layar tab nya pada Tamara, di mana terpampang pantai yang terdekat dari sini. “Mau pergi ke sana?” tawar Nila.“Boleh, berenang dan berjemur di siang hari sepertinya menyenangkan,” balas Tamara.“Haruskah kita membangunkan mereka?” tanya Nila.“Aku rasa tidak perlu, aku tahu tempa

  • Jerat Obsesi Presdir Tampan   Persiapan Ke Bali

    “Aku jadi ikut kamu ke Bali Mas?” tanya Tamara.“Iya, nanti ada Nona Nila juga di sana,” jelas Roland.“Haruskah aku memanggil mereka seperti itu?” tanya Tamara.“Tidak perlu Ra, aku memanggil demikian hanya demi profesionalitas. Kamu, tidak terikat kontrak apa pun sehingga harus memanggil dengan sebutan itu.”“Kita di sana berapa hari Mas? Aku mau siapkan pakaian, kan kamu bilang besok berangkat pagi.”“Bawa saja untuk dua hari, kalau memang lebih lama di sana, kita bisa membeli peralatan di sana,” ujar Roland.Pria itu lalu masuk ke kamar mandi, sedangkan Tamara masih sibuk memilih pakaian miliknya dan suaminya yang akan dipakai ke Bali.Setelah lima belas menit, Roland keluar hanya dengan melilitkan handuk di bagian bawah tubuhnya sehingga mengekspos bagian dadanya.“Aku pakai baju apa Ra?” tanya Roland.“Itu, di atas kasur sudah aku siapkan,” ujar Tamara yang masih sibuk menata pakaian di dalam koper. Sebisa mungkin wanita itu hanya ingin membawa satu koper berisi perlengkapan hid

DMCA.com Protection Status