Danu pamit pulang lebih dulu karena ada urusan, tersisa Jason dan Nila juga Haiden yang masih terlelap di sofa. Keduanya tengah mengobrol sebelum akhirnya pintu ruangan terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang didampingi oleh tiga pria bertubuh kekar.Wanita itu kemudian masuk, dan langsung menghampiri Jason yang duduk di sebelah bangkar Nila. Netranya menatap putranya dan seorang wanita yang tengah terbaring lemah di bangkar bergantian.“Mama ada urusan apa datang kemari?” tanya Jason.“Berterima kasih dan memberikan imbalan, aku tidak ingin memiliki hutang budi dengan wanita sepertinya,” sinis Santi, netranya meneliti Nila dengan cermat.“Orang yang baru saja Mama cibir, adalah Ibu dari anakku dan cucu Mama,” cetus Jason.“Astaga! Dia ... benar-benar jalang? Kau sudah pernah memakainya? Hingga berpikir anaknya adalah anakmu? Bodohnya dirimu Jason! Apa jaminan jika anak itu putramu? Jika dia melakukannya denganmu, tidak menutup kemungkinan dia melakukannya dengan pria lain
Santi membawa Haiden ke mal untuk merealisasikan ucapannya. Siang ini akan ada pertemuan dengan geng sosialitanya, biasanya di saat-saat seperti inilah teman-temannya pamer cucu.“Omah belum menjawab pertanyaanku, kenapa ke mal?” tanya Haiden saat tangannya digandeng oleh Santi menaiki eskalator.“Nanti siang Omah ada kumpul bersama teman-teman Omah. Sekarang kita cari baju buat kamu sama beli apa pun yang kamu mau sambil tunggu siang, setuju?” “Setuju!” seru Haiden sembari melompat saat eskalator telah membawa keduanya tiba di lantai dua. Bukan hanya mereka berdua, tentunya pengawal Santi ikut bersama keduanya.Santi langsung membawa Haiden masuk ke toko baju anak-anak. Tangganya memasukkan baju-baju yang dianggap bagus oleh Haiden tanpa melihat harga. Bocah itu sudah berganti dengan kemeja hitam dan celana kain hitam. Setelah membayar, Omah dan cucu itu mampir untuk membeli makan. Santi benar-benar senang saat melihat Haiden. Wanita itu tidak sedikit pun mengingat perihal putranya
Setelah Haiden di bawa pergi oleh Santi, Jason dan Nila menghabiskan waktu bersama untuk mengobrol ringan. Mereka sama-sama bahagia saat melihat foto yang dikirimkan oleh Santi seputar kegiatan Omah dan cucu tersebut.“Mas, aku benar-benar tidak menyangka Mama kamu akan menerima Haiden seperti tadi. Sikapnya benar-benar berubah tiga ratus enam puluh derajat. Aku pikir beliau akan menolak Haiden, tapi ternyata?” ujar Nila diakhiri kekehan.“Mama itu sudah lama ingin punya cucu, alasan sebenarnya Mama menyuruh aku segera menikah dengan Tamara adalah karena ingin memiliki cucu dan takut aku penyuka sesama jenis. Padahal aku sangat suka lubang vagina yang basah saat bercinta,” ujar Jason frontal.“Mas! Ini rumah sakit,” peringat Nila dengan pipi merah. Bagaimanapun lubangnya pernah dimasuki oleh adik Jason hingga menghadirkan Haiden.“Aku memesan ruangan VVIP ini agar bisa bebas La. Memangnya siapa yang akan tahu perkataan kita di dalam sini?” “Mas belum makan ya dari pagi? Padahal tadi
Roland kembali setelah sekitar tiga puluh menit, pria itu datang dengan map coklat yang ia dapatkan entah dari mana. Kakinya melangkah menuju Jason yang terlihat sangat frustrasi.“Pak, saya sudah menyiapkan bukti-buktinya. Saya rasa akan perlu waktu sebelum Nona Tamara selesai di tangani. Mari pergi menangkap pelakunya bersama polisi,” ujar Roland.“Siapa? Siapa bajingan itu?” tanya Jason.“Mantan calon istri Anda, Nona Tamara pelakunya Pak,” papar Roland.“Sialan! Kenapa harus dia! Orang tuanya pasti akan berdalih dia sudah tidak waras!” “Tuhan selalu berada di pihak yang terbaik Pak, saya bertemu dengan psikiater yang menangani Nona Tamara. Dokter itu dilepas izin praktiknya dokternya karena menyalahi sumpah profesi dengan memalsukan diagnosis pasien,” balas Roland.“Katakan langsung pada intinya!” sentak Jason.“Nona Tamara sama sekali tidak gila, wanita itu sepenuhnya berakal sehat,” cetus Roland yang membuat Jason bangkit dari duduknya seketika.“Bajingan itu!” geramnya.“Ayo p
Jason mempercepat langkahnya saat melihat suster berlarian ke IGD. Firasat buruk tentang Nila hinggap dikepalanya. Pria itu lalu menerobos masuk ke dalam IGD.“Pasien tidak tertolong, catat waktu kematiannya,” ujar Dokter tersebut. “Jangan bermain-main dengan ucapan Anda Dok!” sentak Jason berang.“Maaf Pak, kami sudah berusaha. Tapi, waktu Ibu Nila di dunia sudah habis, tuhan lebih menyayangi ... istri Anda?”Jason mengabaikan ucapan dokter tersebut dan langsung mendekati Nila. Pria itu mengguncangkan tubuh wanitanya dengan mata berkaca-kaca.“Nggak La, aku baru ingat, aku baru mau memperbaiki semuanya La. Jangan dulu La!” “Bangun! Haiden masih butuh kamu!” Jason meletakkan kepalanya di dada Nila dengan terus menangis dan memohon agar wanitanya kembali. Pria itu lalu mendongak saat mesin EKG kembali menampilkan detak jantung Nila.“Alhamdulillah, detak jantung pasien kembali.” Dokter tersebut memasang kembali masker oksigen di wajah Nila.Jason tertegun, pria itu terduduk karena k
Setelah beberapa Minggu pemulihan di rumah sakit, hari ini Nila sudah diperbolehkan pulang. Wanita itu memilih beristirahat di rumahnya sendiri, meski sudah ditawarkan untuk tinggal di rumah Santi, ia tetap pada pendiriannya.Saat mobil yang dikendarai oleh Roland berhenti di depan rumah, Jason segera turun dan menggendong Nila masuk ke dalam rumah lalu merebahkan wanita itu di kamarnya.Selama Nila di rumah sakit, Haiden tinggal bersama Santi. Tetapi, sesekali masih menjenguk Nila di rumah sakit saat sedang rindu.Jason lalu naik ke sisi lain kasur dan merebahkan tubuhnya di sebelah Nila. Netranya menatap wajah Nila yang memancarkan kekesalan, namun justru terlihat menggemaskan. Pria itu lalu terkekeh karena salah tingkah.“Ada apa denganmu Mas? Tidak tahukah kamu, bahwa aku sedang marah?” tanya Nila kesal.“Yaya, aku tahu. Hanya saja ekspresimu itu ... lebih terlihat menggemaskan dari pada menyeramkan,” cetus Jason.“Sudah kukatakan aku bisa berjalan sendiri, masih saja digendong. A
Malam harinya Santi sudah tiba, dan lagi-lagi Nila dihadapkan dengan pertengkaran menyebalkan antara Haiden dan Jason yang berebut posisi tidur.“Tidak mau! Pokoknya aku mau di tengah, Mama di kanan Papa di kiri!”“Lalu Papa harus memeluk guling semalaman begitu? Tidak mau! Papa yang di tengah!”“Papa apa-apaan? Kan sudah besar, aku masih kecil, kalau aku tergeser terus jatuh bagaimana? Kan kalau aku di tengah aku pasti aman.”“Tapi kan kalau kamu di tengah nanti ... kalau Papa jatuh bagaimana?”Nila benar-benar tercengang, karena ucapan bodoh Jason. Pria itu benar-benar tidak waras, apa maksudnya itu.“Aku yang di tengah!”“Papa!”“Aku!”“Pa-““Diam!”“Mama yang putuskan, Haiden di tengah, Mama di kiri dan Papa di kanan. Pas bukan? Mama ingin membaca novel dan rak nya ada di sebelah kiri. Tidak menerima bantahan dan sanggahan apa pun!”“Apa-apaan! Masa Haiden di tengah!” protes Jason tak terima.“Ya terus? Masa kamu di tengah Jason di pinggir, nalarnya di mana Pak? Astaga!” keluh Nil
Setelah kejutan pagi yang sudah Jason siapkan sejak jauh-jauh hari dengan mengikuti kursus memasak, kali ini pria itu sedang mempersiapkan agenda keduanya.Karena hanya tinggal berdua di rumah yang cukup besar, masih banyak ruangan kosong di rumah tersebut. Jadilah Jason memilih salah satu ruangan berukuran dua kali dua meter yang tidak memiliki ventilasi udara sama sekali. Bukan tanpa alasan, tujuannya adalah agar tidak ada cahaya yang masuk dari luar.Pria itu berencana mengadakan acara NOBAR setelah Haiden pulang sekolah. Nila sendiri sedang beristirahat setelah meminum obat. Pria itu sengaja menyiapkan segalanya sendiri agar menjadi kejutan untuk Anak dan wanita yang dicintainya.Pria itu memulai dengan memasukkan karpet bulu lingkaran dengan diameter satu meter. Dia juga memosisikan proyektor di tempat terbaik agar gambar terlihat jelas.Pria itu kembali bersama sejenis matras dengan ketebalan tiga sentimeter dan panjang satu meter. Tidak lupa bantal guling untuk keluarga kecilny