"Loh kok masih di rumah?" tanya Naina uang pagi ini melihat kakaknya masih mengenakan piyama tidurnya sedang memasak di dapur. "Memang kenapa kalau kakak dirumah?" tanya Serra mengulum senyum karena tahu benar apa yang akan dikatakan adiknya selanjutnya."Ckk kenapa kakak sama persis seperti ibu? Selalu menjawab pertanyaan dengan pertanyaan!" gerutu Naina mencomot irisan buah di atas meja."Nai...kebiasaan, cuci tangan dulu sebelum ambil makanan!"Dan Naina menuruti kata kata kakaknya, setelah mencuci tangan ia membantu Serra memasak. Gadis itu terus memperhatikan wajah kakaknya hingga Serra mengerutkan dahinya."Ada apa dengan wajahku? Kenapa kau melihatku begitu?""Seperti ada yang kakak sembunyikan, aku tidak tahu apa itu. Tapi aku sudah besar jadi kau bisa membicarakan apapun padaku!"Serra tertawa mendengarnya, sepertinya baru kemarin dia melihat Naina menangis karena menginginkan permen kapas. Ya segala macam permen adalah makanan yang tidak boleh Naina makan karena waktu kecil
"Kau punya hutang banyak sekali penjelasan padaku! Ken bilang kau sedang hamil, apa itu benar?"Setelah selesai makan siang Serra mengantarkan Deela kembali ke perusahaan. Makan siang dengan durasi cukup singkat itu menyisakan banyak pertanyaan dari sahabatnya. Bahkan wanita berpipi chubby itu sedikit terkejut ketika tadi dua penjaga sudah menunggu mereka di mobil."Benar, aku sedang hamil," jawab Serra singkat karena yakin akan ada pertanyaan lainnnya."Kau sudah menikah?""Nyaris!""Oh God jadi kau hamil tanpa ada suami? Apa kau gila? Apa keluargamu tahu tentang hal ini?" tanya Deela dengan raut tak percaya karena selama berteman dengannya Serra bukanlah wanita yang mudah tertarik pada seorang pria."Siapa ayah dari bayimu? Kenapa dia tak mau bertanggung jawab? Kau bisa andalkan aku, kita akan lapor pada polisi...atau lapor ke organisasi pembela perempuan! Kita akan viralkan ini! Kita buat ayah bayi itu bertanggung jawab!" ujar Deela berapi api, dia yakin Serra adalah korban janji p
"Tidak usah tersenyum senyum seperti itu, apanya yang lucu?" gerutu Elle, sore ini Gio datang di rumah sakit tempat prakteknya. Mungkin pria itu tahu jika saat ini jam prakteknya sudah selesai."Aku antar kau pulang!""Terimakasih, tapi aku bawah mobil sendiri. Masih menumpang di apartemen kakakmu Tuan kaya?" sinis Elle yang sempat ditemui oleh Reynard yang menanyakan apakah dirinya sering bertemu dengan Gio. Dan apakah ada perilaku adiknya yang terlihat aneh karena tak pernah adiknya itu menginap begitu lama di apartemen miliknya."Tapi mobilmu sudah ada di apartemen."Elle berdecih karena ternyata Gio dan Reynard mempunyai sifat yang sama. Selalu melakukan apapun semaunya sendiri."Kemarin kakakmu menanyakan tentang dirimu, dia khawatir jika terjadi apa apa pada dirimu.""Kau ingin aku ambil alih gedung itu?"Elle memutar bola matanya malas melihat pria sok kaya yang nyatanya memang kaya raya itu memamerkan kuasanya. Saat berjalan menuju area parkir kebetulan mereka melewati kantin
Malam ini Reynard dan Bryan tiba disebuah restoran ala Jepang yang baru beberapa minggu lalu buka. Sang pemilik adalah salah satu klien istimewa mereka dari Jepang. Seharusnya siang tadi mereka bertemu tapi karena sesuatu mereka harus mengundurnya. Beruntung sang klien mau mengerti dan bersedia mengundurkan pertemuan pada malam ini."Selamat malam tuan tuan, sebuah kehormatan anda sekalian sudi datang ke tempat ini," seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan wajah oriental tampak menyambut mereka. "Selamat malam Tuan Kenichi Jhonson, maaf sekali jika tadi kami terpaksa mengundur pertemuan ini," sahut Reynard memeluk sekilas kliennya, begitupun Bryan."Tapi karena hal itu saya bisa makan siang bersama wanita istimewa, saya berhutang satu terimakasih pada anda sekalian," sahut pria bernama Ken itu tersenyum ramah."Mungkin itu sebuah pertanda jika anda harus segera mengakhiri masa lajang anda Tuan Ken!" kata Reynard mencoba beramah tamah. Jika dilihat Ken memang terlihat seperti peng
Rencananya untuk mengantar Naina ke sekolah harus batal karena pagi tadi ia diberitahu jika Reynard sedang sakit. Menurut yang ia dengar semalam pria itu terus saja muntah dan demam tinggi.Pagi ini dia datang ke mansion Alexander untuk sekedar melihat kondisi ayah dari janin yang dikandungnya. Suasana terlihat sepi saat ia datang, seperti biasanya.Kepala maid yang melihat kedatangannya langsung datang datang menyambut. Pria parubaya itu tahu jika Serra adalah calon menantu di keluarga ini. Satu saja kesalahan akan berakibat fatal untuknya."Tuan Muda ada di kamarnya, mari saya antar kesana Nona. Semalam Dokter Elle sudah datang memeriksanya, dan beliau bilang jika Tuan Reynard hanya kelelahan. Ada sedikit gangguan pencernaan karena akhir akhir ini Tuan Muda jarang sekali makan. Perutnya hanya di isi dengan kopi dan wine. Berkali kali Nyonya besar menelpon Tuan Muda tapi tidak didengarkan," ujar sang kepala pelayan menjelaskan. "Terimakasih atas penjelasannya.""Jangan sungkan Nona,
CEKLEKKK...Bau sabun yang menguar membuat Serra tergoda untuk melihat apa yang ada di belakang tubuhnya. Sekali lagi Serra harus berdecak kesal karena dengan santainya Reynard seperti sengaja berganti baju didepannya.Tubuh polos setengah basah itu membuatnya kesulitan bernafas, seperti tak ada udara disekitarnya. Setiap lekuk pahatan sempurna itu seperti sedang mengundang untuk menyentuhnya."Kau sedang mencuri pandang Nyonya?""Terlalu percaya diri!" sinis Serra yang kaget ketika satu tangannya sudah diraih oleh pria yang ternyata sudah selesai berpakaian itu. Dahinya berkerut ketika melihat penampilan Reynard yang setengah formal. Padahal ia tahu pria itu tak mungkin pergi ke perusahaan dengan kondisi seperti ini.Tapi dia menurut ketika Reynard menuntunnya keluar kamar menuju ruang kerjanya."Aku sudah tidak bekerja untuk Jayde's, kenapa kau mengajakku kesini?" tanya Serra, ia curiga pada senyum iblis tampan didepannya.Benar saja, sudah ada tiga orang pria yang sudah menunggu me
"Kenapa Naina tidak kita bawa ke mansion saja? Aku rasa Uncle Erick dan ibu tidak akan keberatan," ujar Reynard yang tadi sempat berkeras mengantar Serra ke toko roti. Serra tak mengijinkannya ikut karena mengingat kondisi dirinya yang sedang tidak sehat. "Nanti aku akan membahasnya dengan Naina, tapi kita tidak bisa memaksanya jika dia tidak mau. Aku tak bisa biarkan ia tinggal sendirian di rumah, jika diijinkan aku akan tinggal selama beberapa hari ke depan sebelum Uncle dan ibu pulang dari bulan madunya."Reynard tersenyum dalam diamnya, kata kata dari Serra menghangatkan hatinya. Mungkin terdengar sepele, hanya meminta sebuah ijin. Tapi hal itu membuatnya merasa sangat dihargai."Ya sudah kita akan tinggal di kediaman Wilson, kau dan putraku adalah rumahku jadi aku akan mengikuti kemanapun kau pergi!" "Kenapa kau sangat yakin jika dia laki laki? Sayang kau tak melihatnya kemarin, dia bahkan baru sebesar biji kacang."Serra terhenyak dengan kata katanya sendiri yang terdengar sep
Mia menatap sekilas suaminya yang saat ini sedang minum kopi diruang tengah bersama putra bungsu mereka. Kabar akurnya putra sulung mereka dan Serra saja sudah menjadi kejutan untuk mereka. Dan hari ini gio membuat kejutan lain dengan mengundang mereka makan malam untuk menyampaikan sesuatu."Kenapa Mommy memandangku seperti itu? Aku memang sudah berbuat satu kesalahan, tapi bukan sepenuhnya salahku. Maksudku aku terpaksa melakukannya, dia dan aku dalam situasi yang salah....""Stop!" Mia meminta putranya berhenti bicara karena bingung dengan arah pembicaraan Gio.Dari raut datar Dimitri ia yakin jika suaminya itu sudah mengetahui semuanya, tapi seperti biasanya...Dimitri akan diam dan membiarkan semua berjalan sesuai alurnya."Dari tadi Mommy mendengar kata salah dan salah, memang kesalahan apa yang kau perbuat? Apa kau membuat Alexander bangkrut? Atau kau membuat perusahaan kakakmu bangkrut? Atau jangan jangan kau sedang terjerat hutang!"Dimitri terbahak mendengar perkataan istriny
Dua bulan sudah berlalu, dan kandungan Serra kini sudah berusia lima bulan. Perutnya yang semakin membesar membuat sang suami bertambah over protektif padanya. Reynard akan selalu menyempatkan diri untuk pulang dan makan siang bersamanya di mansion. Dan untuk urusan di luar kota akan diselesaikan oleh orang orang kepercayaannya."Hei kenapa melamun sayang?" Serra langsung menengok ke arah suara, dan senyumnya mengembang ketika mengetahui siapa yang menyapanya. Dia melihat Mia dan Dimitri sedang berjalan ke arahnya. Akhir akhir ini mertuanya memang jarang berkunjung karena sering melakukan perjalanan bisnis."Mom...Dad! Ya Tuhan, rasanya sudah lama sekali," ujar Serra memeluk ibu mertuanya haru. Air mata tak terasa sudah membasahi pipinya. Mungkin ini pengaruh hormon kehamilan, perasaannya menjadi sangat sensitif. Kemarin saat menelpon Naina pun ia tak kuasa menyembunyikan tangisnya. Adiknya harus menjalani beberapa prosedur medis untuk memastikan jika kanker tak akan tumbuh lagi at
Dua bulan sudah berlalu, dan kandungan Serra kini sudah berusia lima bulan. Perutnya yang semakin membesar membuat sang suami bertambah over protektif padanya. Reynard akan selalu menyempatkan diri untuk pulang dan makan siang bersamanya di mansion. Dan untuk urusan di luar kota akan diselesaikan oleh orang orang kepercayaannya. Pria itu akan selalu berusaha berada di sisi istrinya."Hei kenapa melamun sayang?" Serra langsung menengok ke arah suara, dan senyumnya mengembang ketika mengetahui siapa yang menyapanya. Dia melihat Mia dan Dimitri sedang berjalan ke arahnya. Akhir akhir ini mertuanya memang jarang berkunjung karena sering melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri."Mom...Dad! Ya Tuhan, rasanya sudah lama sekali," ujar Serra memeluk ibu mertuanya haru. Air mata tak terasa sudah membasahi pipinya. Mungkin ini pengaruh hormon kehamilan, akhir akhir ini perasaannya menjadi sangat sensitif. Kemarin saat menelpon Naina pun ia tak kuasa menyembunyikan tangisnya. Dia mendengar
Adrian terbangun dengan mengerjabkan matanya, indera penciumannya terganggu dengan bau gurih dan wangi masakan. Hal yang ia rindukan setelah sepuluh tahun terakhir ini kehilangan ibunya.Ibunya meninggal tak lama setelah ia kehilangan ayahnya. Dan ayahnya adalah pengganti ayah Serra sebagai pemegsjg tampu tertinggi klan Mendoza, tapi karena membuat sistem yang berbeda ayahnya dibenci dan akhirnya klan terbagi menjadi dua bagian.Karena rasa cintanya pada kedua orang tuanya sampai sekarang Adrian masih terus berusaha meneruskan perjuangan mereka, yaitu mengarahkan klan-nya ke arah yang lebih baik. Dia ingin dunia mengenal nama Mendoza sebagai klan terhormat, bukan sebagai klan kotor penuh kejahatan.Dia masih sangat muda waktu itu, tapi ia beruntung karena didukung oleh orang orang yang masih setia pada ayahnya. Hidupnya selalu penuh ancaman, dan hal itulah yang menempanya menjadi pria yang lebih kuat. Tak sekalipun ia gegabah mengambil tindakan, semua langkahnya selalu penuh perhitung
"Apa? Kak Adrian meminta Deela ikut bekerja dengannya? Jangan bercanda?" ujar Serra tak percaya ketika baru saja suaminya mengatakan jika sahabatnya sudah diminta bekerja menjadi asisten kakak sepupunya."Semalam dia sudah memintanya secara resmi padaku sayang, dia bilang sangat kerepotan jika melakukan perjalanan bisnis tanpa seorang asisten disampingnya. Adrian memperbesar pengaruh bisnis agar lebih mudah mengendalikan sayap kiri klan yang tidak pernah mendukungnya."Serra menghela nafas panjang, pantas saja semalam suaminya bersikukuh meninggalkan Deela. Reynard sengaja meninggalkan Deela agar Adrian bisa mengantarnya pulang, mungkin pria itu ingin hubungan Adrian dan Deela lebih dekat."Bagaimana jika Deela menolak? Dia tak punya pengalaman menjadi asisten pribadi. Jika sedang bekerja maka dia akan menjadi sosok yang perfeksionis," ujar Serra masih khawatir jika kakak sepupu maupun sahabatnya bukanlah partner kerja yang baik "Adrian menawarkan gaji tiga kali lipat lebih besar, se
Setelah sekitar satu setengah jam perjalanan akhirnya Deela bisa bernafas lega, dia sudah sampai di halaman depan area rumah sewanya. Dari balik jendela mobil ia bisa melihat jika kedatangan mereka sangat menarik perhatian penghuni lain area tempat tinggalnya.Wajar saja terjadi karena mobil yang ia tumpangi merupakan salah satu mobil termahal yang hanya beberapa gelintir orang saja memiliki. Dan lamunannya buyar ketika tiba tiba pintu mobil sudah terbuka lebar untuknya. Adrian ternyata sudah berdiri di sisi pintu, pria itu membukakan pintu untuknya! Tapi sejak kejadian di supermarket tadi ia tak berani menatap netra setajam elang itu. Sungguh ia sama sekali tak menduga jika pria itu mau dan mampu mengangkat tubuhnya.Tapi ini bukan negeri dongeng di mana upik abu di gendong pangeran untuk dibawanya ke istana dan kemudian akan hidup berbahagia selamanya. Dia cukup tahu diri tentang siapa dirinya. Adrian adalah pria tampan kaya raya yang tak akan mungkin ia jangkau, pria itu juga t
Deela langsung turun dari mobil ketika mereka berhenti disebuah mini market yang ada di pinggiran kota. Tak peduli dengan suara yang berkali kali memanggilnya, yang ada di otaknya sekarang hanyalah beberapa batang coklat, satu bungkus besar keripik kentang dan sebotol susu pisang dingin yang pasti menyegarkan tenggorokannya.Dan benar saja, tak berapa lama wanita itu sudah memenuhi keranjang belanjanya. Dan Adrian sudah berdiri disamping kasir seakan sedang menantinya. Deela segera mengikuti arah pandang Adrian yang terus saja memandang ke bawah, dan dia berdecak malas ketika menyadari jika ia sedang tidak mengenakan alas kakinya. Kakinya pegal karena seharian ini tak melepas sepatunya. Sepatu yang ia kenakan di kantor adalah sepatu hak yang tak terlalu tinggi, tapi tetap saja tak nyaman jika dikenakan terus menerus. Dan tanpa sadar ia melepas sepatunya tadi di dalam mobil."Kau seperti suku primitif yang baru pertama kali masuk ke dalam toko. Lantainya dingin sekali, kau bisa sakit
Deela melihat ke arah sekitarnya, dirinya seperti seorang perempuan di sarang penyamun. Dia satu satunya wanita yang ada di tempat ini. Dan seperti biasanya, tak akan ada yang seorang pun memperhatikannya. Dia tak menyalahkan Serra yang terlebih dulu pulang tanpa mengajaknya karena ia yakin situasinya tak memungkinkan untuk pulang bersama sama. Tapi sesaat kemudian dia bisa bernafas dengan lega ketika dua penjaga Jayde's datang menghampirinya."Nona Deela, Nyonya Muda meminta kami untuk mengantar anda pulang. Beliau juga meminta kami membeli ini untuk Nona," ujar salah satu penjaga memberikan satu kantong plastik penuh berisi beberapa anak dan coklat. Serra tahu jika sahabatnya sangat suka dengan cemilan setelah makan malam."Terimakasih, sebaiknya kita pulang sekarang saja. Besok pagi pagi sekali aku harus berangkat kerja, ada tugas yang harus aku selesaikan," sahut Deela sangat bersemangat melihat banyaknya makanan ringan di tangannya.Wanita itu segera mengikuti langkah dua penjag
"Ehh...Tuan Adrian? Saya hanya membawa ini untuk kentang dan sayurannya," ujar Deela dengan menunjukkan dua wadah yang tadi dibawanya. "Tapi tidak begitu dengan yang aku lihat, kembali ke tempatmu sekarang juga.""Memang apa yang sedang anda lihat? Saya disini untuk membantu mereka, bukan sedang menari telanjang dan menggoda mereka!" seru Deela, tanpa sadar matanya menatap tajam pria yang berdiri menjulang didepannya. Dia hanya tidak suka dengan kata kata bernada ancaman yang ditujukan padanya.Tinggi badannya yang hanya sebatas dada pria arogan didepannya membuatnya harus mendongakkan kepala."Turuti kata kataku, atau...""Atau apa? Membunuhku? Kau bukan siapa siapa bagiku! Jadi kau tidak punya hak untuk mengatur hidupku. Jangan kau pikir semua orang harus tunduk di kakimu Tuan Adrian yang terhormat," ujar Deela dengan suara pelan tapi penuh penekanan. Dia bahkan tidak menggunakan kata kata formal lagi pada kakak sahabatnya itu.Sebenarnya Deela sedang menahan rasa takutnya karna sa
"Kau suka?" tanya Gio memeluk istrinya dari belakang. Sekarang mereka berada di sebuah resort pinggir pantai yang ada di Bali. Liburan kali ini adalah hadiah pernikahan mereka dari Mia Alexander."Suka sekali, sudah lama aku ingin kesini. Sayangnya Serra dan kakakmu tak bisa berlibur disini bersama kita.""Mana mau kakakku pergi bersama, dia pasti lebih suka pergi ke pulau tak berpenghuni agar tak ada satupun orang yang bisa mengganggu mereka," ujar Gio yang membuat istrinya tertawa.Gabrielle sangat paham bagaimana watak Reynard karena sudah cukup lama mereka bersahabat. Reynard bukanlah pria yang bisa bersikap hangat ataupun lembut pada wanita. Tapi dia akan benar benar menjaga apa yang sudah ia klaim menjadi miliknya jika sudah menjatuhkan hatinya."Rasanya aku masih tak percaya berada disini bersamamu, bertahun tahun menjadi sahabat kakakmu tapi aku bahkan tak pernah bertemu secara langsung denganmu," ujar Elle mencium sekilas rahang suaminya. Angin pantai di sore hari membuatn