"Eh, siapa dia?"
"Kamu tidak tahu? Dia yang kemarin dibicarakan semua karyawan di kantor. Katanya dia yang akan menggantikan Pak Willy."
"Hah? Rambut putih begitu akan jadi bos kita? Astaga … aku pikir kantor kita sedang kedatangan oppa Korea!" kekeh Suci.
"Mulut kamu Suci … kalau bos baru kita dengar, abis kamu!"
Suci hanya tertawa geli di samping rekan kerjanya Olivia. Pria dengan rambut yang dicat putih dengan kulit tubuh pucat berjalan lewat di depan mereka berdua.
"Dia orang mana memangnya? Itu rambutnya asli, atau dia sengaja mengecatnya begitu biar jadi pusat perhatian semua karyawan disini?" cerocos Suci masih asik meledek bos barunya.
"Astaga Suci, berhenti bicara begitu!" bisik Olivia. "Itu bos baru kita lagi perhatikan kamu dari tadi!" tunjuknya dengan matanya.
"Eh, iya … sorry."
Suci langsung diam mendapati tatapan tajam dari manik mata biru di depannya, jarak mereka hanya beberapa meter saja. Dari tempat Suci berdiri, sudah bisa terlihat bagaimana kulit putih pucat namun bersih bos barunya itu.
Entah kenapa suasana langsung berubah dingin saat pria yang sempat menatapnya tadi berjalan masuk ke dalam lift.
Semua pandangan mata tidak lepas memandang pria yang mungkin berumur sekitar tiga puluh lima tahun itu, sampai pintu lift tertutup.
"Astaga … aku pikir dia akan memarahimu karena bicara yang tidak-tidak tentangnya tadi."
"Dia tidak akan berani bersikap seperti itu. Dia masih baru, mana mungkin dia menunjukkan sikap arogannya di hari pertama dia bekerja!"
Olivia berdecak. "Harusnya kamu bersyukur dia tidak memarahimu tadi, aku yakin kalau dia dengar apa yang kamu katakan tentangnya!"
Dua rekan kerja itu pun melangkah masuk ke dalam ruang kerja mereka. Bekerja di bagian keuangan, membuat Suci dan Olivia harus ekstra mengeluarkan tenaga dan pikiran.
Terkadang mereka harus rela lembur seperti malam ini. Suci dan Olivia baru saja keluar dari pintu utama perusahaan saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
"Suci, aku pergi dulu. Maaf tidak bisa mengantarmu pulang…."
"Iya tidak masalah, Liv. Aku bisa pulang sendiri, kalian berhati-hatilah."
Olivia pulang bersama kekasihnya Joseph menaiki sepeda motor, biasanya kalau mereka harus lembur seperti ini Suci akan ikut naik berbonceng tiga bersama pasangan itu.
Tapi malam ini Joseph harus mengantarkan Olivia pulang lebih cepat karena ibunya sedang dirawat di rumah sakit. Mereka akan langsung singgah di sana.
Suci tidak enak jika mereka harus mengantarkannya dulu dan balik lagi ke rumah sakit. Tak apalah, dia bisa naik taksi atau bus terakhir yang mungkin masih beroperasi pikirnya.
Jarak dari perusahaan menuju jalan raya cukup jauh, Suci memilih melewati sebuah lorong yang sedikit gelap dan sunyi agar bisa lebih cepat sampai di jalan utama.
Astaga, kenapa tidak ada lampu disini? Mana lorong ini juga sepi sekali. Suci mendadak merinding berjalan sendirian melewati jalan ini.
Langkah kaki Suci terhenti saat dia merasakan ada yang tengah mengikutinya dari belakang.
Berbalik dan mendapati tidak ada siapa-siapa disana, wanita itu seketika mulai merasa takut.
Tiba-tiba seorang berbadan tegap dengan pakaian serba hitam dan jubah panjangnya, berdiri menjulang di depan Suci. Dia sontak terkejut, dan refleks mundur beberapa langkah ke belakang.
"Siapa kamu?!"
Wajah orang asing itu tidak terlihat, hanya dua buah cahaya kecil berwarna merah sedang mengarah padanya.
Apa itu matanya? Kenapa bisa berwarna merah begitu? Apa jangan-jangan dia hantu? Sial! Kenapa juga aku harus bertemu dengan makhluk aneh ini, keluh Suci dalam hati.
Sosok berpakaian serba hitam itu mulai maju mendekati Suci. Hanya dalam sepersekian detik saja, sosok itu sudah berdiri di depannya, membuat Suci terlonjak kaget.
Oh tidak, dia benar-benar hantu. Suci mundur dan berbalik berlari kembali menuju perusahaan tempatnya bekerja. Dia harus mencari petugas keamanan yang pasti sedang bertugas malam ini untuk mencari pertolongan.
Baru tiga langkah berlari, sosok asing itu sudah berdiri lagi di depannya menghalangi jalan. "Ka-kamu, siapa!" teriak Suci makin ketakutan.
Suci membola melihat sosok asing di depannya memiliki warna mata merah menyala seperti api, dengan setitik warna hitam disana.
Sosok itu kembali mendekati Suci dalam jarak yang lebih dekat lagi. Dia tidak bisa menggerakkan kakinya saat sosok berjubah hitam itu mengangkat tangannya, menyibakkan rambut Suci kebelakang dan mengendus leher jenjangnya.
Apa yang mau dia lakukan? Apa dia mau membunuhku? Kenapa aku tidak bisa bergerak sama sekali?
Suci tersentak melihat sosok asing itu membuka mulutnya, menunjukkan dua buah benda berbentuk runcing dari dalam sana. Apa itu? Apa itu giginya?
Suci larut dalam pikiran dan rasa takutnya sendiri hingga terkejut saat sosok asing itu terlempar jauh ke belakang, seperti telah ditendang oleh seseorang.
"Ayo cepat pergi dari sini!" Suci merasakan tangannya sedang di genggam oleh seseorang dan mengajaknya berlari.
Bukan, bukan berlari. Lebih tepatnya melayang. Dua kakinya tidak lagi menapak tanah, tapi mereka masih berlari seperti biasa.
Suci mendongak ingin melihat siapa yang sedang bersamanya saat ini, begitu terkejutnya dia mendapati seorang pria yang sempat dia ledek tadi pagi sedang berdiri di sampingnya, menggenggam tangannya kuat dan tengah membawanya entah kemana.
"Ka-kamu…," ujar Suci terbata.
"Jangan lepaskan tanganmu jika Kamu mau selamat!" sahut Rey.
"A-apa yang sedang terjadi? Kenapa kita melayang begini, Pak?"
"Tenang saja dan jangan banyak bicara!" Suara baritonnya menggema di telinga Suci. Ternyata selain punya wajah yang dingin, pria ini punya suara yang seksi juga, pikir Suci.
Genggaman tangan atasannya terasa sangat dingin dan basah, bahkan saat kulit tubuh mereka tidak sengaja bersentuhan. Suci bisa merasakan kalau tubuh Rey sangat dingin seperti es.
Sosok asing yang tadi sempat terlempar jauh, kembali menghadang Suci dan Rey, menahan langkah kaki keduanya. Mata sosok itu sudah berubah warna menjadi merah tua.
Apa yang terjadi pada matanya? Kenapa warnanya bisa berubah-ubah begitu? Suci meremas tangan Rey, sedikit mundur berlindung di balik tubuh atasannya. Dia takut jika sosok itu kembali mendekatinya seperti tadi.
Mengerti dengan arti remasan tangan Suci padanya, Rey menatap manik mata coklat tua wanita itu dalam. "Tenanglah dan tunggu aku disini!"
Pria yang sempat Suci ledek dengan rambut putih bak oppa-oppa Korea itu, maju menyerang sosok asing berpakaian serba hitam di depan mereka.
Seperti sedang menonton film action bertema fantasi, dua orang itu sedang melayang-layang di atas udara, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan sangat cepat.
Suci sampai pusing melihat betapa cepatnya mereka bergerak saling menyerang satu sama lain.
Suci merasa kalau dia sedang bermimpi sekarang. Melihat atasannya dan sosok asing itu berkelahi sampai melayang begitu, dia yakin kalau dia pasti sedang berada di dunia mimpinya.
Mana mungkin seorang manusia bisa melayang kesana kemari dengan sangat cepat? Ini gila! Apa mungkin aku bisa melihat hantu sekarang?
Pikiran-pikiran aneh itu terus berputar di kepala Suci, hingga terdengar bunyi dentuman cukup keras di dekatnya.
Brukkk….
Rey jatuh menyambar dinding dan tersungkur di tanah.
Tanah dan bangunan itu ikut retak saat Rey berdiri sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah.
Suci berlari mendekati Rey yang terlihat baik-baik saja padahal sudah jatuh setinggi itu dari atas sana.
"Bapak baik-baik saja?" tanyanya khawatir.
"Menyingkir dari sini, aku tidak apa-apa!" sahutnya dingin kembali maju menyerang sosok asing tadi di depan mereka.
Membalas serangan sosok berjubah hitam yang menyerangnya, Rey terbang dengan cepat menyambar perut sosok itu.Melayangkan pukulan hingga tendangan ke wajahnya, Rey berhasil menumbangkan sosok berjubah hitam hingga jatuh menghantam tanah dengan kuat.Sosok asing itu mulai kewalahan menghadapi Rey, bahkan jubah yang dia pakai terlihat mulai robek di sana sini.Tubuhnya mulai lemah karena kehilangan banyak energi menghadapi Rey yang notabene jauh lebih kuat darinya."Beraninya kaum hitam sepertimu menantangku. Apa kau tidak tahu ini adalah daerahku?! Pergi dari sini sebelum aku memusnahkanmu!"Manik mata biru Rey berubah menjadi warna merah darah, dengan sebuah tanda hitam seperti tato di wajah putih pucatnya. Simbol itu muncul jika dia sedang marah seperti ini.Mendengar ucapan Rey, sosok asing itu mundur dan menghilang di balik gelapnya malam
Kamar yang sudah di dekorasi begitu cantik dengan wangi segar aroma bunga mawar, adalah kamar pengantin Rey dan Suci.Raja Vampire yang baru saja diteguhkan itu, sudah resmi menikahi Suci pegawai di perusahaan miliknya.Selama beratus-ratus tahun mencari, Rey akhirnya berhasil menemukan mate-nya yang hampir saja diculik dan menjadi santapan kaum hitam.Awal pertemuan mereka tadi pagi sudah membuat Rey yakin kalau Suci adalah belahan jiwanya. Tatapan mata coklat tua itu sudah berhasil menggetarkan hati dan jiwa Rey yang selama ini kosong, hingga terpaut pada wanita ini."Selamat datang di kamar kita My Lady…." Rey mendudukkan Suci di atas ranjang mereka.Kelopak bunga mawar merah ikut menghiasi ranjang king size itu."Mulai sekarang, kamu adalah istriku … istri Rey Octoniamus Peorma, raja di klan Vampire. Ingatlah ini dalam alam bawah sadar
"Apa yang terjadi Rey? Kau ingin membunuh mate-mu sendiri?!"Michael datang memeriksa keadaan Suci yang terbaring tidak berdaya di atas ranjang.Setelah wanita itu pingsan, Rey pergi meninggalkan Suci sendirian di dalam kamar mereka. Dia baru datang esok harinya, dan mendapati istrinya belum juga sadar."Diamlah, aku tidak sengaja melakukannya!"Michael menggelengkan kepala mendengar jawaban dingin dari Rey. Hanya dia seorang tabib klan mereka berani memanggil raja Vampire itu dengan namanya.Mereka tumbuh bersama sejak kecil dan bersahabat baik sampai sekarang. Michael lebih kepada bodyguard, asisten dan tabib kepercayaan Rey."Kau harus ingat kalau wanitamu ini tidak sama seperti kita Rey. Walaupun kamu sudah menggigitnya, tapi dia masih setengah manusia. Dia masih bisa mati dan merasakan sakit!"Michael me
"Selamat datang di keluarga Peorma, Suci…." sambut mereka mengangkat gelas kristal berisi minuman berwarna merah pekat, yang terlihat sangat kental.Masing-masing mereka mulai meneguk minuman tersebut, tapi tidak dengan Suci. Rey tidak mengizinkan istrinya meminum itu, dia malah memberikan sebotol air mineral pada Suci yang entah datang dari mana."Kamu tidak boleh meminumnya Suci," bisik Rey di telinga istrinya."Memangnya ini apa?""Itu darah," sahut Rey dingin.Pandangan mata yang ada di sana semakin aneh mengarah pada Suci. Rey tahu kalau keluarganya pasti akan mencerca dia dengan beribu pertanyaan setelah ini."Kamu tidak minum Suci?" tanya Clara mewakili semua yang ada di sana."Dia tidak minum minuman kita, Mom," jawab Rey lebih dulu.Semua langsung diam dan saling menatap satu sama lain. Keanehan itu te
"Suci … bangun, Nak. Ini sudah jam berapa?" Suara seorang wanita yang tidak asing di telinganya, membangunkan Suci yang tengah tertidur pulas di kamar. Wanita paruh baya yang menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar Suci menggeleng-gelengkan kepala. "Kamu bisa terlambat pergi bekerja Suci, ini sudah jam tujuh. Ayo cepat bangun!" ujarnya lagi menutup pintu. Suci mengerjapkan matanya, mengarahkan pandangannya ke sekitar. Dia sadar kalau dia baru saja bermimpi. Tidak ada lagi kastil atau pria yang diketahuinya sebagai bosnya tidur di sampingnya. Sepertinya benar kalau dia hanya bermimpi selama ini. Suci bangun dan menurunkan kakinya ke atas lantai, baru saja akan menginjakkan kedua kakinya. Suci kembali terduduk karena merasa pangkal pahanya sangat sakit. "Aww…." ringisnya kembali terduduk di atas ranjang. "Kenapa sakit sekali?" 
"Ma-maaf Pak." Suci ragu-ragu mendongak, menatap pria tampan dengan rahang yang tegas di depannya.Pria yang sempat dia ledek waktu itu bersama Olivia tampak sangat tampan dari arah sini.Bayangan wajah pria ini pun begitu jelas dalam mimpinya. Bagaimana pria itu tidur di sampingnya, serta bagaimana pria ini menyetubuhinya dengan sangat lembut semalam. Suci merasa kepalanya sudah tidak waras sekarang."Ambil barangmu dan ikut aku!" ujar Rey lagi berjalan meninggalkan Suci yang masih tertegun dengan ketampanan sosok atasannya."Aku hitung sampai lima, kalau kamu belum juga masuk ke ruanganku. Aku akan memberimu hukuman!" ancamnya.Suci bergegas mengambil barang miliknya yang berserakan di lantai, dan melangkah cepat masuk keruangan Rey."Ternyata kamu cukup sigap untuk seorang wanita." Rey tersenyum tipis melihat Suci yang terlihat takut mendapatkan huku
Suci melangkah mendekati pintu ruangan sekretaris atasannya yang tepat bersebelahan dengan ruangan Rey."Permisi, Pak." ujarnya mendorong pintu, menyembulkan kepala. "Aku diminta, Pak Rey kesini untuk menanyakan apa pekerjaanku."Seorang pria yang tadi pagi menyapanya di lift dengan sangat ramah, mendongak menatap Suci yang berjalan masuk ke ruangannya."Jadi kamu yang akan bekerja disini?" tanya Michael bangkit berdiri dari kursi."Iya, Pak. Aku diminta kepala divisi keuangan kesini.""Baik. Silahkan duduk…," ujar Michael hangat.Suci mengangguk dan duduk berhadapan dengan pria yang tidak kalah tampannya dengan bos besar mereka di kantor.Pandangan mata Michael tidak sengaja melihat perban luka di tangan kanan Suci. "Jarimu kenapa?""Oh, tidak apa-apa, Pak. Aku hanya tergores sedikit tadi."
Wanita itu sontak menatap ke depan dan tidak mendapati atasannya bersama sosok asing yang menghalangi mobil mereka tadi. Kemana mereka? Bukannya tadi Rey baru saja berada di sana?"Lalu apa yang kamu katakan tadi … kamu bilang kamu tidak mengenaliku?" sambung Fourd lagi. "Apa perlu aku mengingatkan kamu bagaimana pertemuan kita sebelumnya?"Suci beralih menatap Fourd, bingung dengan maksud ucapan pria itu padanya."Turunlah, biar aku menunjukkannya padamu…," bujuk Fourd."Terima kasih Tuan, tapi aku akan tetap menunggu Pak Rey disini!" sahut Suci bersikukuh."Rey mungkin akan lama. Kamu bisa pulang semakin larut karenanya. Lagipula aku ini kakak atasanmu, dia pasti akan merasa lebih aman kalau kamu pulang bersamaku.""Tapi aku—""Kamu bicara dengan siapa Suci?" sela Rey baru masuk ke dalam mobilnya.
Hai … Akhirnya novel kedua author di Platform ini selesai … Setelah hampir sempat terbengkalai dan kadang up karena kesibukan, author bisa menamatkan juga Tuan Vampire kita hari ini … Terima kasih untuk semua pembaca setia Tuan Rey dan Suci yang selalu setia menanti up … Terima kasih juga untuk pembaca yang sudah beli koin dan ngasih Vote untuk pasangan Vampire dan manusia kita, yah … Tidak ada kata-kata yang cukup menggambarkan kebahagiaan serta rasa terima kasih author untuk semua pembaca … Dan seperti pengumuman-pengumuman author sebelumnya, author akan umumkan pemenang Giveaway kita berdasarkan vote atau pemberi GEM 3 terbanyak … Nama-namanya adalah sebagai berikut:: 1. Sari Ariswati dengan jumlah 57 GEM 2. Sheril Warouw dengan jumlah 33 GEM 3. Ziza Ziz S dengan jumlah 30 GEM Untuk para pemenang bisa langsung DM author @adamvanda yah … Bagi pemenang yang tinggal di luar Pulau Jawa, author minta maaf nanti ongkirnya ditanggung pemenang yah … Atau bisa juga japri auth
"Kau apa…!?" "Aku akan mengakhiri kesepakatan kita hari ini." Rey tertegun selama beberapa saat, kaget mendengar pengakuan pemimpin terakhir Kaum Hitam di depannya. Setelah berbicara dengan Suci malam tadi, King pergi menemui Raja Vampire di kastilnya. Kedatangan pria berjambang itu sempat membuat seluruh penjaga kastil heboh termasuk Michael. Pria itu dengan sigap menahan King, menanyakan apa maksud kedatangannya ke sini. Rey yang saat itu tengah berada di kamar beristirahat, langsung keluar begitu mendengar suara keributan dari luar. "Besok kau bisa menjemput wanitamu di kerajaanku. Aku sudah mengatakan padanya dia bisa pergi besok pagi bersamamu." King menyambung ucapannya, berbicara lantang duduk berhadapan dengan Rey. Tidak terlihat keraguan sedikitpun diwajah King, dia sudah siap dan menerima semua takdir cinta bertepuk sebelah tangannya pada Suci. Rey masih diam mencerna perkataan King. Datang ke kastilnya disaat hampir pagi dan mendengar berita tidak terduga ini dari
Pukul delapan malam Suci memberanikan diri mengetuk pintu kamar King yang tepat bersebelahan dengan kamarnya.Dengan rasa gugup dan pikiran yang bersalah, Suci meyakinkan dirinya untuk bertemu dengan King malam ini juga.Entah keberanian dari mana sampai wanita yang hanya memakai gaun tipis dengan jubah panjang yang menutupinya berdiri di depan pintu kayu jati besar yang perlahan terbuka dari dalam.King menampakkan dirinya dengan wajah terkejut. "Nona?" ucapnya kaget.Suci tersenyum tipis dan masuk ke dalam tanpa dipersilahkan oleh King. Pria itu tertegun beberapa saat dan menutup kembali pintu kamarnya perlahan."Apa aku mengganggu malammu?" tanya Suci berdiri membelakangi pria bertubuh kekar itu."Ti-tidak. Aku hanya sedang membaca buku saja," jawab King sedikit gugup.Suci mengedarkan pandangan menatap ke seluruh sudut kamar King yang
"Nona …." King mendekati wanita yang tengah sibuk dengan kegiatannya di taman samping kerajaan Kaum Hitam.Sembari menunggu Rey, suaminya. Suci mengambil beberapa bunga mawar putih dan merah yang sengaja ditanam King di sekitar sana.Selain ingin membuat Suci betah, King ingin wanita itu punya kesibukan di kerajaannya selain duduk berjam-jam bersama Raja Vampire.King tahu Suci pasti akan sangat bahagia jika ada bunga-bunga cantik yang ditanam di tempat itu."Kau … ada apa kau ke sini?" risih Suci.Dia hanya tidak mau Rey salah paham jika melihat King ada di sana bersamanya disaat Rey belum datang."Aku hanya ingin bicara sebentar denganmu," ucap King tanpa basa basi.Suci menghembuskan nafas panjang, beranjak dari dekat taman dan duduk di kursi panjang tempat dia dan Rey biasa menghabiskan waktu bersama. Bunga yang Su
"Bisakah kau jelaskan apa maksud semua ini, Nona?!" Thomas masuk ke dalam kamar istri pemimpinnya setelah Nani lebih dulu masuk ke sana. Maid pribadi Suci hanya tertunduk begitu Suci menatapnya bertanya-tanya melihat Thomas juga ikut masuk bersamanya. "Apa maksudmu menjelaskan semua ini, Thomas?" Suci bangkit dari sofa sudut kamar, mendekati pria dan wanita Kaum Hitam itu. "Ini … aku menemukan ini dari Nina!" Thomas menunjukkan botol kecil berisi cairan berwarna merah yang tinggal sedikit. Suci mengernyit kemudian beralih menatap Nina lagi. Dia mengerti kenapa maid pribadinya hanya tertunduk sejak Nina masuk ke sini. "Tolong jelaskan kenapa Nona meminta Nina memasukkan ini ke dalam ramuan obat Tuan King!" sambung Thomas tidak sabar. Suci terlihat membuang nafas kasar, melewati Thomas dan berhenti di depan jendela kamarnya. "Apa aku perlu menjelaskan kepentingan pribadiku padamu?!" Suci melipat tangan di depan dada. "Meskipun kau Kaum kepercayaan King, bukan berarti kau berhak
"Thomas!""Iya, Tuan?""Aku merasa ada yang tidak beres." King duduk seperti biasa mengamati dari jauh pasangan suami istri yang kemarin sempat bertengkar, kini sudah berbaikan.Rey dan Suci duduk berdekatan di kursi taman samping kerajaan Kaum Hitam dengan kemesraan mereka.Sempat bertengkar malah membuat keduanya semakin mesra satu sama lain. Suci bahkan tidak sungkan lagi mencium pipi dan bibir Rey di sana, tidak peduli ada di mana mereka saat ini."Apa maksud Tuan ada yang tidak beres?" Thomas bertanya."Tubuhku. Ada yang tidak beres dengan tubuhku." Thomas mengernyit, semakin bingung dengan maksud ucapan pemimpinnya."Aku merasa tubuhku semakin sehat sekarang. Kemarin tabib juga berkata demikian. Kondisi tubuhku perlahan membaik, katanya."Thomas diam, mencoba menelaah perkataan King. Dari
"Ini sudah dua hari My Lady. Apa kamu masih tidak ingin menemuiku?" Rey mengetuk pintu kamar Suci dari luar.Wanitanya masih saja tidak mau bertemu dengan Rey setelah pertengkaran mereka waktu itu. Suci sengaja mengunci diri di kamar setiap kali Rey datang menemuinya seperti hari ini."Tolong jangan mengacuhkan aku My Lady. Aku merindukanmu," ucap Rey dengan wajah yang sendu.Suci tidak terdengar menyahutinya dari dalam. Rey semakin sedih dan merasa bersalah. Tidak tahu sampai kapan wanitanya akan mendiamkan dia seperti ini."Mungkin istriku masih marah padamu Tuan Rey." King mendekati Raja Vampire dari arah depan lorong menuju kamar.Pria berjambang itu tampak bahagia melihat Rey terus diacuhkan Suci. Selama mereka bertengkar, King sudah banyak melewati waktu-waktu yang indah bersama Suci.Dengan Suci dan Rey bertengkar seperti ini, intensitas pertemuan kedu
"Kamu masih marah?" Rey diam tidak menjawab.Suci menghembuskan nafas panjang, duduk di samping suaminya. Sejak kemarin Rey tidak mau berbicara dan hanya diam duduk di dekatnya di taman samping kerajaan Kaum Hitam.Mengetahui wanitanya menjaga pemimpin Kaum Hitam semalaman membuat hati Rey kesal. Pria itu sengaja mendiamkan Suci agar bisa memberi peringatan padanya kalau apa yang dilakukan Suci pada King tidak dia suka."Lalu kamu mau aku bagaimana Rey? Apa aku harus membelah tubuhku menjadi dua demi bisa menyenangkan hati kamu dan dia?!" Suara Suci terdengar meninggi seiring rasa putus asanya membujuk pria pucat itu.Bagi Suci, Rey sangat egois dan tidak memikirkan posisinya juga sebagai istri King. Meski tidak pernah menganggap pernikahan mereka ada, namun sebagai wanita manusia yang punya belas kasih, Suci merasa wajib membantu King terlepas dari rasa cinta Kaum Hitam itu padanya.
"Nona … apa yang Nona lakukan?!" pekik wanita maid yang baru saja masuk ke dalam dapur kerajaan."Tidak perlu berteriak begitu, Nina. Suaramu bisa membangunkan satu kerajaan!" Suci terkejut, membuang nafas panjang sebelum melanjutkan apa yang sedang dia lakukan di dalam dapur."Ma-maaf, Nona. Tapi apa yang Nona lakukan? Ini—" "Jangan berkata apa-apa, Nina," potong Suci cepat. "Kau diam saja di sana dan perhatikan apa yang aku lakukan!" Wanita keturunan Kaum Hitam dengan seragam maid putih hitam seketika bungkam menutup mulutnya rapat.Bau amis darah begitu tercium menyengat hampir ke seluruh penjuru dapur. Buru-buru wanita berambut pendek itu menutup semua pintu dan jendela yang ada di sana, takut jika ada Kaum lain yang melihat apa yang terjadi di dalam dapur."Nona seharusnya tidak melakukan ini. Tuan King akan sangat marah jika mengetahui apa yang Nona lakukan." Nina kembali bersuara melihat banyaknya darah yang menetes dari telapak tangan Suci.Suci tengah mengumpulkan darahnya