"Selamat datang di keluarga Peorma, Suci…." sambut mereka mengangkat gelas kristal berisi minuman berwarna merah pekat, yang terlihat sangat kental.
Masing-masing mereka mulai meneguk minuman tersebut, tapi tidak dengan Suci. Rey tidak mengizinkan istrinya meminum itu, dia malah memberikan sebotol air mineral pada Suci yang entah datang dari mana.
"Kamu tidak boleh meminumnya Suci," bisik Rey di telinga istrinya.
"Memangnya ini apa?"
"Itu darah," sahut Rey dingin.
Pandangan mata yang ada di sana semakin aneh mengarah pada Suci. Rey tahu kalau keluarganya pasti akan mencerca dia dengan beribu pertanyaan setelah ini.
"Kamu tidak minum Suci?" tanya Clara mewakili semua yang ada di sana.
"Dia tidak minum minuman kita, Mom," jawab Rey lebih dulu.
Semua langsung diam dan saling menatap satu sama lain. Keanehan itu terus berlanjut sampai jamuan makan siang keluarga selesai.
Berjalan sendirian di taman setelah ditinggal pergi oleh Rey menemui Olympus, Suci didekati oleh seorang pria berkepala plontos dengan tato yang memenuhi seluruh tubuhnya.
"Jadi namamu, Suci?" tanyanya menatap tajam wanita berambut hitam itu.
"Kamu mengagetkan aku Fourd," sahut Suci tanpa ekspresi.
"Kamu dari klan bagian mana?"
"Klan?"
"Iya. Rey pasti memilih wanita dari salah satu klan kaum kami."
"Kaum kalian?" sahut Suci makin bingung dengan ucapan saudara laki-laki Rey.
Fourd tersenyum smirk, menatap wanita di depannya. "Jadi benar dugaanku kalau kamu memang manusia."
"Apa maksud ucapanmu Fourd? Kamu ingin mengatakan kalau kalian bukan manusia, begitu?"
"Kami memang bukan manusia Suci, apa Rey tidak mengatakannya padamu?" Suci menggeleng. "Sudah aku duga pria pengecut itu tidak menjelaskan apa-apa tentang dirinya padamu!"
"Apa maksudmu sebenarnya Fourd?"
Fourd mendekat dan mengusap leher jenjang Suci dimana bekas gigitan pertama Rey masih ada.
Gigitan pertama itu tidak akan pernah hilang, itu semacam penanda yang hanya bisa diberikan oleh kaum Vampire dengan status tinggi seperti Rey dan keluarganya.
"Sayang sekali Rey sudah menggigitmu lebih dulu."
Fourd semakin mendekat dan mengendus leher Suci hingga dua gigi runcingnya terlihat keluar. Dia tengah bersiap menancapkan benda tajam itu kesana.
Suci seketika tersadar, terbangun dari sugesti Rey saat melihat benda yang sama telah mengoyak tubuhnya semalam.
"Apa yang kamu lakukan?!" teriaknya mendorong Fourd kuat.
Dua gigi runcing itu masih terlihat dengan seringai jahatnya.
"Aku hanya penasaran bagaimana rasa darah kaum kalian Suci. Ayolah, Rey pasti tidak akan marah," sahut Fourd beralasan.
Pria itu kembali mendekati Suci dengan cepat, dan menangkup leher jenjangnya. Nafas Fourd terasa menggelitik kulit leher Suci, dengan tubuhnya yang tidak bisa bergerak seakan terkunci.
Apa yang akan pria ini lakukan padaku? Kenapa mereka senang sekali menyentuh leherku? Suci bergumam berusaha menghindar, sampai suara seorang pria berteriak marah di belakang mereka.
"Brengsek!"
Rey berlari setengah melayang dan menendang pinggang Fourd, hingga pria itu terjungkal menyambar dinding pembatas kastil.
"Jangan berani-berani mengganggu mate-ku, Fourd!" ujarnya marah.
Terbatuk-batuk Fourd tertawa dan bangkit berdiri, mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Seringai jahat pria itu masih terpampang jelas di wajahnya, siapapun pasti akan bergidik ngeri jika melihat Fourd saat ini.
"Ayolah Rey, kamu tidak mau berbagi milikmu dengan kakakmu sendiri, hm? Kita selalu berbagi selama ini, bukan?"
"Dasar tidak waras! Kamu bisa mengambil semua milikku, tapi jangan pernah berani menyentuh mate-ku!"
"Benarkah? Apa dia tahu siapa kamu sebenarnya? Bahkan istri kamu sendiri pun kamu bohongi Rey," sahut Fourd mulai mengadu domba pasangan itu.
"Aku yakin kalau istrimu tidak tahu tentang jati diri kamu dan keluarga kita yang adalah kaum Vampire, makhluk penghisap darah yang hidup abadi selama ini!" sambung pria itu tersenyum licik.
Suci tersentak, kaget mendengar ucapan Fourd barusan. Vampire? Apa itu benar? Dia sontak menatap Rey yang hanya diam di tempatnya.
Rey tahu kalau Suci sudah sadar dari sugesti yang dia berikan. Dia bisa melihatnya dari tatapan mata Suci saat ini.
Mencoba menyusun setiap potongan kejadian semalam yang sudah menimpanya, Suci menutup mulut tidak percaya.
"Ja-jadi itu benar, Rey?" tanyanya terbata.
Rey masih diam, tidak ingin membantah ataupun membenarkan. Pria berambut putih itu bahkan tidak ingin menatap Suci yang berdiri di belakangnya.
"Jawab aku Rey!" sambung Suci setengah berteriak.
Fourd menyeringai, menggelengkan kepala menang. "Kamu memang selalu bodoh sejak dulu!"
Pria yang sengaja menyulut api pada dua pasangan itu berlalu pergi meninggalkan mereka yang pasti akan bertengkar sebentar lagi, pikirnya.
Keterdiaman Rey membuat Suci syok dan mundur berlari meninggalkannya, dia harus segera pergi dari sini. Mana mungkin dia berada dekat dengan seorang Vampire, yang mengatakan kalau mereka sudah menikah. Ini gila pikirnya.
Cerita-cerita seperti itu hanya ada dalam cerita dongeng. Mana ada di jaman yang sudah modern seperti ini, makhluk mitos yang tidak pernah diyakini kebenarannya itu ada.
Tidak, dia pasti hanya bermimpi. Iya … ini pasti hanya mimpi. Aku gila sampai bisa bermimpi seperti ini.
Suci terus berlari hingga tersadar kalau dia sudah sangat jauh dari kastil. Di sekitarnya hanya ada hutan belantara dengan bunyi kicauan burung yang terdengar bersahutan, seakan sedang berbicara dengan lantang satu sama lain.
Di mana aku? Aku ingin bangun sekarang, siapapun tolong bangunkan aku, gumam Suci mulai menangis.
Angin dingin berhembus menerbangkan rambut panjangnya yang tergerai, Suci bisa merasakan kalau di tempat ini ada seseorang yang sedang mengawasinya dari jauh.
Suci memilih terus berlari mencari seseorang yang bisa dimintai tolong, sembari berharap dia akan segera bangun.
Dalam langkah kaki panjang, Suci jatuh terjerembab di atas tanah yang lembab dan pingsan di sana.
Suara seorang pria memanggil-manggil namanya terdengar di telinga Suci, perlahan dua mata indah itu mengerjap mencoba menghalau sinar cahaya yang masuk.
Badan Suci terasa sangat berat, seperti ada seseorang yang tengah menindihnya saat ini.
Suci berusaha bergerak tapi tangannya seakan tidak mendengarkan apa yang diperintahkan oleh otaknya. Dia merasakan tubuhnya seperti sedang digigit dengan rasa perih di sana.
Apa yang terjadi? Tubuh intinya mendadak menghangat dengan rasa geli luar biasa. Tanpa sadar Suci melengkungkan badannya dan membuang nafas panjang.
Gejolak itu datang lagi saat sebuah benda kenyal tengah menggesek mencoba menerobos miliknya yang sempit.
Dalam sekali hentakan kuat, benda itu berhasil masuk membuat mata Suci membelalak sempurna.
"Sa-sakit," lirihnya mencengkram kain sprei.
"Maaf," sahut suara seorang pria.
Pria? Tunggu, siapa dia? Apa yang sedang dia lakukan di atas tubuhku? Sadar, Suci mencoba mengangkat tangannya untuk mendorong pria itu. Tapi dia tidak bisa, tubuhnya tidak bisa digerakkan. Pria itu malah mulai menyodoknya dengan sangat lembut.
Ah, tidak … Suci merasakan tubuh intinya berdenyut. Sodokan pria ini membuatnya terlena, jatuh dengan permainannya yang memabukkan.
Apa ini, apa dia tengah bermimpi melakukan adegan panas dengan seorang pria? Kenapa ini terasa sangat nyata? Suci tanpa sadar mendesah dengan nafas yang naik turun.
Seenak inikah rasanya bercinta? Tubuhnya seakan tahu bagaimana harus menikmati permainan sodokan pria di atasnya.
"Aku mencintaimu istriku…." Pria itu mengerang panjang, melepaskan cairan kehangatannya di dalam sana.
Suci tahu ini adalah mimpi yang paling indah untuknya.
"Suci … bangun, Nak. Ini sudah jam berapa?" Suara seorang wanita yang tidak asing di telinganya, membangunkan Suci yang tengah tertidur pulas di kamar. Wanita paruh baya yang menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar Suci menggeleng-gelengkan kepala. "Kamu bisa terlambat pergi bekerja Suci, ini sudah jam tujuh. Ayo cepat bangun!" ujarnya lagi menutup pintu. Suci mengerjapkan matanya, mengarahkan pandangannya ke sekitar. Dia sadar kalau dia baru saja bermimpi. Tidak ada lagi kastil atau pria yang diketahuinya sebagai bosnya tidur di sampingnya. Sepertinya benar kalau dia hanya bermimpi selama ini. Suci bangun dan menurunkan kakinya ke atas lantai, baru saja akan menginjakkan kedua kakinya. Suci kembali terduduk karena merasa pangkal pahanya sangat sakit. "Aww…." ringisnya kembali terduduk di atas ranjang. "Kenapa sakit sekali?" 
"Ma-maaf Pak." Suci ragu-ragu mendongak, menatap pria tampan dengan rahang yang tegas di depannya.Pria yang sempat dia ledek waktu itu bersama Olivia tampak sangat tampan dari arah sini.Bayangan wajah pria ini pun begitu jelas dalam mimpinya. Bagaimana pria itu tidur di sampingnya, serta bagaimana pria ini menyetubuhinya dengan sangat lembut semalam. Suci merasa kepalanya sudah tidak waras sekarang."Ambil barangmu dan ikut aku!" ujar Rey lagi berjalan meninggalkan Suci yang masih tertegun dengan ketampanan sosok atasannya."Aku hitung sampai lima, kalau kamu belum juga masuk ke ruanganku. Aku akan memberimu hukuman!" ancamnya.Suci bergegas mengambil barang miliknya yang berserakan di lantai, dan melangkah cepat masuk keruangan Rey."Ternyata kamu cukup sigap untuk seorang wanita." Rey tersenyum tipis melihat Suci yang terlihat takut mendapatkan huku
Suci melangkah mendekati pintu ruangan sekretaris atasannya yang tepat bersebelahan dengan ruangan Rey."Permisi, Pak." ujarnya mendorong pintu, menyembulkan kepala. "Aku diminta, Pak Rey kesini untuk menanyakan apa pekerjaanku."Seorang pria yang tadi pagi menyapanya di lift dengan sangat ramah, mendongak menatap Suci yang berjalan masuk ke ruangannya."Jadi kamu yang akan bekerja disini?" tanya Michael bangkit berdiri dari kursi."Iya, Pak. Aku diminta kepala divisi keuangan kesini.""Baik. Silahkan duduk…," ujar Michael hangat.Suci mengangguk dan duduk berhadapan dengan pria yang tidak kalah tampannya dengan bos besar mereka di kantor.Pandangan mata Michael tidak sengaja melihat perban luka di tangan kanan Suci. "Jarimu kenapa?""Oh, tidak apa-apa, Pak. Aku hanya tergores sedikit tadi."
Wanita itu sontak menatap ke depan dan tidak mendapati atasannya bersama sosok asing yang menghalangi mobil mereka tadi. Kemana mereka? Bukannya tadi Rey baru saja berada di sana?"Lalu apa yang kamu katakan tadi … kamu bilang kamu tidak mengenaliku?" sambung Fourd lagi. "Apa perlu aku mengingatkan kamu bagaimana pertemuan kita sebelumnya?"Suci beralih menatap Fourd, bingung dengan maksud ucapan pria itu padanya."Turunlah, biar aku menunjukkannya padamu…," bujuk Fourd."Terima kasih Tuan, tapi aku akan tetap menunggu Pak Rey disini!" sahut Suci bersikukuh."Rey mungkin akan lama. Kamu bisa pulang semakin larut karenanya. Lagipula aku ini kakak atasanmu, dia pasti akan merasa lebih aman kalau kamu pulang bersamaku.""Tapi aku—""Kamu bicara dengan siapa Suci?" sela Rey baru masuk ke dalam mobilnya.
Tepat pukul tujuh pagi, Suci tiba di depan pintu apartemen bosnya. Menekan tombol bel cukup lama, pria berkulit tubuh pucat itu akhirnya membukakan pintu untuknya.Rey hanya memakai celana boxer berwarna nude dengan tubuh bagian atas yang polos. Pemandangan itu berhasil mengalihkan perhatian Suci yang kaget melihat perut kotak-kotaknya."Lain kali kamu tidak perlu menekan bel lagi! Password apartemenku adalah ulang tahunmu!" Rey berjalan masuk meninggalkan Suci di depan pintu."A-apa, Pak? Ulang tahunku?" tanya Suci memastikan."Iya. Jangan menggangguku, aku mau tidur sebentar." Rey masuk ke dalam kamar dan membanting pintu cukup kuat.Kenapa lagi dengan pria itu? Suci mengernyit, melangkah masuk ke dalam apartemen mewah bosnya.Apa benar Pak Rey memakai tanggal ulang tahunku untuk password apartemennya? Suci bergumam sendiri, memperhatikan ruangan di depanny
"Bangun Suci…." Suara bariton terdengar di telinga wanita berwajah mulus tanpa noda itu.Manik mata cokelat tuanya terbuka perlahan, dan tertegun menatap wajah tampan di depannya."Ayo bangun, kita sudah sampai…," ujar suara itu lagi.Seakan tersadar, Suci melompat bangun dari tidurnya dan menyadari kalau dia tengah berada di dalam sebuah mobil."Aku di mana?"Rey berdecak menatap Suci tajam. "Tentu saja ada di bumi, kamu pikir kamu ada di bulan sekarang!"Suci menatap ke sekelilingnya, mendapati mobil yang sedang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah gedung mewah yang terlihat seperti hotel."Ayo turun!" ajak Rey lagi.Pria berkulit pucat itu keluar lebih dulu meninggalkan Suci yang masih kebingungan di kursi mobil.Wanita itu bergegas turun saat menyadari Rey s
"Kita akan menginap disini, Pak?" Rey mengangguk dan menjatuhkan dirinya ke sofa kamar hotel."Apa aku boleh pulang saja, Pak?" tanya Suci lagi."Kenapa memangnya? Apa kamar yang aku pesan ini tidak cukup bagus untukmu?"Suci mengangkat dua tangan ke atas dada dan mengayunkannya dengan cepat. "Bukan, bukan begitu, Pak. Aku hanya—""Tidurlah disini, kita akan pulang besok pagi!" potong Rey bangkit dari sofa."Tapi, Pak. Aku tidur di mana nanti?""Kamu bisa tidur di sofa kalau kamu mau," sahut Rey santai.Suci melongo, tidak menyangka atasannya akan berkata begitu padanya. Bagaimana mungkin pria berambut putih itu menyuruhnya tidur di sofa? Apa dia tidak bisa memesankan satu kamar lagi untuknya?Kesal, Suci menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Dia ingin sekali protes, tapi Rey sudah lebi
"Dari mana saja kamu, hah?!" sentak Rey saat Suci baru saja masuk ke dalam kamar mereka."Kamu mengagetkan aku, Pak." sahut Suci mengusap dada."Aku tanya kamu dari mana?!" tanya Rey lagi."Aku dari bawah, Pak. Mencari makanan untuk kita, tapi aku tidak sempat memesan makanan karena bertemu dengan Tuan Heinze di sana," terang Suci berdiri di depan atasannya."Apa? Kenapa kamu berkeliaran sendirian di sini? Apa aku menyuruhmu ke bawah, hah?!"Rey kembali memarahinya untuk hal yang tidak penting menurut Suci. Apa pria ini memang hobi marah-marah pada orang lain sejak dulu?Dia masih kesal dengan perlakuan tuan Heinze padanya dan kini Rey malah menambah rasa kesalnya? Suci ingin sekali melempar sepatunya ke wajah Rey sekarang."Kenapa kamu diam?!" Rey masih membentak Suci."Lalu aku harus menjawab apa? Aku la
Hai … Akhirnya novel kedua author di Platform ini selesai … Setelah hampir sempat terbengkalai dan kadang up karena kesibukan, author bisa menamatkan juga Tuan Vampire kita hari ini … Terima kasih untuk semua pembaca setia Tuan Rey dan Suci yang selalu setia menanti up … Terima kasih juga untuk pembaca yang sudah beli koin dan ngasih Vote untuk pasangan Vampire dan manusia kita, yah … Tidak ada kata-kata yang cukup menggambarkan kebahagiaan serta rasa terima kasih author untuk semua pembaca … Dan seperti pengumuman-pengumuman author sebelumnya, author akan umumkan pemenang Giveaway kita berdasarkan vote atau pemberi GEM 3 terbanyak … Nama-namanya adalah sebagai berikut:: 1. Sari Ariswati dengan jumlah 57 GEM 2. Sheril Warouw dengan jumlah 33 GEM 3. Ziza Ziz S dengan jumlah 30 GEM Untuk para pemenang bisa langsung DM author @adamvanda yah … Bagi pemenang yang tinggal di luar Pulau Jawa, author minta maaf nanti ongkirnya ditanggung pemenang yah … Atau bisa juga japri auth
"Kau apa…!?" "Aku akan mengakhiri kesepakatan kita hari ini." Rey tertegun selama beberapa saat, kaget mendengar pengakuan pemimpin terakhir Kaum Hitam di depannya. Setelah berbicara dengan Suci malam tadi, King pergi menemui Raja Vampire di kastilnya. Kedatangan pria berjambang itu sempat membuat seluruh penjaga kastil heboh termasuk Michael. Pria itu dengan sigap menahan King, menanyakan apa maksud kedatangannya ke sini. Rey yang saat itu tengah berada di kamar beristirahat, langsung keluar begitu mendengar suara keributan dari luar. "Besok kau bisa menjemput wanitamu di kerajaanku. Aku sudah mengatakan padanya dia bisa pergi besok pagi bersamamu." King menyambung ucapannya, berbicara lantang duduk berhadapan dengan Rey. Tidak terlihat keraguan sedikitpun diwajah King, dia sudah siap dan menerima semua takdir cinta bertepuk sebelah tangannya pada Suci. Rey masih diam mencerna perkataan King. Datang ke kastilnya disaat hampir pagi dan mendengar berita tidak terduga ini dari
Pukul delapan malam Suci memberanikan diri mengetuk pintu kamar King yang tepat bersebelahan dengan kamarnya.Dengan rasa gugup dan pikiran yang bersalah, Suci meyakinkan dirinya untuk bertemu dengan King malam ini juga.Entah keberanian dari mana sampai wanita yang hanya memakai gaun tipis dengan jubah panjang yang menutupinya berdiri di depan pintu kayu jati besar yang perlahan terbuka dari dalam.King menampakkan dirinya dengan wajah terkejut. "Nona?" ucapnya kaget.Suci tersenyum tipis dan masuk ke dalam tanpa dipersilahkan oleh King. Pria itu tertegun beberapa saat dan menutup kembali pintu kamarnya perlahan."Apa aku mengganggu malammu?" tanya Suci berdiri membelakangi pria bertubuh kekar itu."Ti-tidak. Aku hanya sedang membaca buku saja," jawab King sedikit gugup.Suci mengedarkan pandangan menatap ke seluruh sudut kamar King yang
"Nona …." King mendekati wanita yang tengah sibuk dengan kegiatannya di taman samping kerajaan Kaum Hitam.Sembari menunggu Rey, suaminya. Suci mengambil beberapa bunga mawar putih dan merah yang sengaja ditanam King di sekitar sana.Selain ingin membuat Suci betah, King ingin wanita itu punya kesibukan di kerajaannya selain duduk berjam-jam bersama Raja Vampire.King tahu Suci pasti akan sangat bahagia jika ada bunga-bunga cantik yang ditanam di tempat itu."Kau … ada apa kau ke sini?" risih Suci.Dia hanya tidak mau Rey salah paham jika melihat King ada di sana bersamanya disaat Rey belum datang."Aku hanya ingin bicara sebentar denganmu," ucap King tanpa basa basi.Suci menghembuskan nafas panjang, beranjak dari dekat taman dan duduk di kursi panjang tempat dia dan Rey biasa menghabiskan waktu bersama. Bunga yang Su
"Bisakah kau jelaskan apa maksud semua ini, Nona?!" Thomas masuk ke dalam kamar istri pemimpinnya setelah Nani lebih dulu masuk ke sana. Maid pribadi Suci hanya tertunduk begitu Suci menatapnya bertanya-tanya melihat Thomas juga ikut masuk bersamanya. "Apa maksudmu menjelaskan semua ini, Thomas?" Suci bangkit dari sofa sudut kamar, mendekati pria dan wanita Kaum Hitam itu. "Ini … aku menemukan ini dari Nina!" Thomas menunjukkan botol kecil berisi cairan berwarna merah yang tinggal sedikit. Suci mengernyit kemudian beralih menatap Nina lagi. Dia mengerti kenapa maid pribadinya hanya tertunduk sejak Nina masuk ke sini. "Tolong jelaskan kenapa Nona meminta Nina memasukkan ini ke dalam ramuan obat Tuan King!" sambung Thomas tidak sabar. Suci terlihat membuang nafas kasar, melewati Thomas dan berhenti di depan jendela kamarnya. "Apa aku perlu menjelaskan kepentingan pribadiku padamu?!" Suci melipat tangan di depan dada. "Meskipun kau Kaum kepercayaan King, bukan berarti kau berhak
"Thomas!""Iya, Tuan?""Aku merasa ada yang tidak beres." King duduk seperti biasa mengamati dari jauh pasangan suami istri yang kemarin sempat bertengkar, kini sudah berbaikan.Rey dan Suci duduk berdekatan di kursi taman samping kerajaan Kaum Hitam dengan kemesraan mereka.Sempat bertengkar malah membuat keduanya semakin mesra satu sama lain. Suci bahkan tidak sungkan lagi mencium pipi dan bibir Rey di sana, tidak peduli ada di mana mereka saat ini."Apa maksud Tuan ada yang tidak beres?" Thomas bertanya."Tubuhku. Ada yang tidak beres dengan tubuhku." Thomas mengernyit, semakin bingung dengan maksud ucapan pemimpinnya."Aku merasa tubuhku semakin sehat sekarang. Kemarin tabib juga berkata demikian. Kondisi tubuhku perlahan membaik, katanya."Thomas diam, mencoba menelaah perkataan King. Dari
"Ini sudah dua hari My Lady. Apa kamu masih tidak ingin menemuiku?" Rey mengetuk pintu kamar Suci dari luar.Wanitanya masih saja tidak mau bertemu dengan Rey setelah pertengkaran mereka waktu itu. Suci sengaja mengunci diri di kamar setiap kali Rey datang menemuinya seperti hari ini."Tolong jangan mengacuhkan aku My Lady. Aku merindukanmu," ucap Rey dengan wajah yang sendu.Suci tidak terdengar menyahutinya dari dalam. Rey semakin sedih dan merasa bersalah. Tidak tahu sampai kapan wanitanya akan mendiamkan dia seperti ini."Mungkin istriku masih marah padamu Tuan Rey." King mendekati Raja Vampire dari arah depan lorong menuju kamar.Pria berjambang itu tampak bahagia melihat Rey terus diacuhkan Suci. Selama mereka bertengkar, King sudah banyak melewati waktu-waktu yang indah bersama Suci.Dengan Suci dan Rey bertengkar seperti ini, intensitas pertemuan kedu
"Kamu masih marah?" Rey diam tidak menjawab.Suci menghembuskan nafas panjang, duduk di samping suaminya. Sejak kemarin Rey tidak mau berbicara dan hanya diam duduk di dekatnya di taman samping kerajaan Kaum Hitam.Mengetahui wanitanya menjaga pemimpin Kaum Hitam semalaman membuat hati Rey kesal. Pria itu sengaja mendiamkan Suci agar bisa memberi peringatan padanya kalau apa yang dilakukan Suci pada King tidak dia suka."Lalu kamu mau aku bagaimana Rey? Apa aku harus membelah tubuhku menjadi dua demi bisa menyenangkan hati kamu dan dia?!" Suara Suci terdengar meninggi seiring rasa putus asanya membujuk pria pucat itu.Bagi Suci, Rey sangat egois dan tidak memikirkan posisinya juga sebagai istri King. Meski tidak pernah menganggap pernikahan mereka ada, namun sebagai wanita manusia yang punya belas kasih, Suci merasa wajib membantu King terlepas dari rasa cinta Kaum Hitam itu padanya.
"Nona … apa yang Nona lakukan?!" pekik wanita maid yang baru saja masuk ke dalam dapur kerajaan."Tidak perlu berteriak begitu, Nina. Suaramu bisa membangunkan satu kerajaan!" Suci terkejut, membuang nafas panjang sebelum melanjutkan apa yang sedang dia lakukan di dalam dapur."Ma-maaf, Nona. Tapi apa yang Nona lakukan? Ini—" "Jangan berkata apa-apa, Nina," potong Suci cepat. "Kau diam saja di sana dan perhatikan apa yang aku lakukan!" Wanita keturunan Kaum Hitam dengan seragam maid putih hitam seketika bungkam menutup mulutnya rapat.Bau amis darah begitu tercium menyengat hampir ke seluruh penjuru dapur. Buru-buru wanita berambut pendek itu menutup semua pintu dan jendela yang ada di sana, takut jika ada Kaum lain yang melihat apa yang terjadi di dalam dapur."Nona seharusnya tidak melakukan ini. Tuan King akan sangat marah jika mengetahui apa yang Nona lakukan." Nina kembali bersuara melihat banyaknya darah yang menetes dari telapak tangan Suci.Suci tengah mengumpulkan darahnya