Camille Desoutter adalah nama tokoh utama dalam ceritaku di aplikasi Goodnovel juga, judul : Pencuri Kecil Kesayangan Tuan Muda. Mari mampir, cerita Camille sudah tamat.
Hvitserk meminta wanita kasir membungkus beberapa gaun yang model dan ukurannya serupa dengan Erika fitting. Pria tampan itu juga berjalan ke arah pakaian dalam wanita, memilih asal setelah ia memperhatikan bagian dada Erika yang menunduk malu menyadari arah tatapan Hvitserk. Hvitserk juga memilih beberapa setelan pakaian pria untuk Felix yang sudah biasa ia persiapkan. "Ambillah beberapa gaun untukmu dan juga pakaian dalam, aku sudah membayarnya." Hvitserk berkata pelan pada Erika yang ingin menggeleng, "Aku sudah membuat janji temu dengan Camille Desoutter malam ini di hotel. Beliau akan membawakan gaun untukmu." "Ca-camille Desoutter?" Erika langsung terbata mengeja nama designer terkenal yang ia sangat ingin sekali menjadi model gaun rancangannya. Karena itu pula, Erika rela melakukan pekerjaan part-time agar bisa membeli gaun rancangannya Camille Desoutter yang terbaru dan wanita itu hanya mengeluarkan satu saja, tidak ada duanya dimanapun di dunia. Entah apa tujuan Camille
Erika menghentikan langkah kaki dan berusaha menyentak genggamana tangan Hvitserk pada pergelangan tangannya.Walaupun Erika artis pendatang baru di Mussolini entertainment dan ditraining melakukan pekerjaan seperti pelayan wanita pada salah satu tempat hiburan milik Mussolini, Erika masih mampu menjaga kehormatan tubuhnya dengan baik."Kau mau pergi? Sudah tidak memerlukan gaun lagi untuk ke acara festival?" Hvitserk membalikkan tubuhnya ke belakang, memandang Erika lekat-lekat. Mereka sudah sampai di halaman hotel bagian pantai, beberapa langkah dari pintu lobi. "Aku tidak tau kenapa aku memiliki rasa bersalah padamu. Karena itu ijinkanlah aku bebas dari perasaan bersalah ini." Hvitserk mendesahkan napas beratnya ke samping, terlihat jelas jika asisten Felix tersebut sangat lelah."Tapi jika kau tak percaya padaku,kau boleh pergi. Nona Camille saat ini sudah dalam penerbangan dari Roma kemari. Berikan ponselmu, nanti ku hubungi jika Nona Camille sudah berada di sini" "Kau tidak me
Erika perlahan menurunkan tegak lututnya ketika Hvitserk mencondongkan tubuh sedikit maju seraya menatap lekat ke dalam netra matanya sambil berkata, "Aku belum menikah, tidak memiliki calon istri ataupun kekasih. Kau mau jadi kekasihku?" Erika masih mengunyah makanan di dalam mulutnya yang terasa sedikit alot untuk bisa ia telan segera dan Hvitserk terus menunggu sampai Erika selesai mengunyah makanan di mulutnya. Erika meraih gelas berisi air minum yang disodorkan Hvitserk ke depannya dan senyum pria itu tidak menyurut sedikitpun dari setelah memberikan pertanyaan yang membuat Erika merasa sangat salah melemparkan umpan sebelumnya. "Apakah berpacaran denganmu, harus melakukan sex?" Hvitserk menganggukkan kepala dan kini bibir pria itu semakin terkulum dengan senyum berpindah ke tatapan matanya memandang Erika. "Apakah juga harus berciuman?" lanjut Erika yang rasanya ingin ia getok sendiri kepalanya karena bisa-bisanya ia melontarkan pertanyaan yang begitu sensitif dan dirinya sa
Veronica langsung bisa merasakan perubahan dalam diri Felix, begitu ia keluar dari dalam kamar mandi. "Makanlah dulu," Felix berkata yang meskipun pelan, telinga Veronica tetap bisa menangkap nada dingin di suara suaminya. Suami yang sesaat lalu masih mendesah serak meneriakkan namanya sangat merdu. Veronica menganggukkan kepala, ia tak ingin membantah juga berpikir jika emosi lelakinya berubah serius mungkin karena pekerjaan. Felix membilas tubuhnya dengan sangat cepat, bergegas keluar hanya melilitkan rendah handuk pada pinggang seksinya. "Kenapa kau makan sedikit sekali?"Felix melihat menu makanan di atas meja hampir tidak mengalami perubahan selain piring bernoda bumbu pasta. "Aku tidak terlalu lapar." Veronica menjawab dan perutnya entah kenapa tiba-tiba merasa tidak berselera melihat susunan makanan lezat di atas meja. "Duduklah di sini, makan bersamaku." Felix sudah memakai celana pendek menutupi bagian bawah tubuhnya, masih tanpa atasan, menghenyakkan diri menduduki kur
Hvitserk sudah menduga sebelumnya jika Felix mengetahui Erika adalah artis pendatang baru di Mussolini Entertainment, sahabat tengilnya itu pasti akan memanfaatkan Erika. Karena itu sebelumnya ia meminta Erika tidak menyebutkannya jika Felix bertanya. Sayang, Hvitserk lupa mengingatkan Erika agar menghindari tatapan mata Felix yang bisa membuat seseorang terhipnotis mengungkapkan apapun. Erika mengerjapkan kelopak mata menoleh pada Hvitserk yang mendengkuskan tawa sangat rendah. Felix benar-benar memperlihatkan pesonanya yang tak bisa ditolak oleh Erika, dimana wanita muda itu tidak sadar telah mulai masuk ke dalam perangkap permainan manipulasi Felix. "Apakah aku melakukan kesalahan?" bisik Erika bertanya pada Hvitserk. Felix sudah pergi berlalu menyeberangi pagar pembatas balkon, masuk ke dalam kamar tidurnya, menyusup ke dalam selimut untuk menarik tubuh Veronica ke dalam pelukan. Hvitserk menggelengkan kepala, "Kau tak membuat kesalahan. Habiskan sarapanmu lalu istirahatlah. M
Usai memberikan kata sambutan pembukaan restoran The Grill, Veronica mengumumkan jika semua menu selama satu hari harganya diskon lima puluh persen untuk semua tamu undangan dan juga pengunjung yang datang. Tentu saja berlaku selama persediaan stok bahan makanan masih ada, dimana Selena sudah menyiapkan stok jumlah besar khusus untuk opening restoran. "Selamat, Nona Veronica. Sukses selalu untuk Nona, Selena dan Keanu. The Grill terus berjaya!" pasangan Malano, dua orang dari pelanggan tetap The Grill mengucapkan selamat untuk Veronica, Selena dan Keanu. "Terima kasih, Aunty." Veronica dan Selena menjawab berbarengan, memberikan senyum pada pasangan Malano yang sudah sepuh dan Keanu membantu membawa mereka ke tempat duduk. Felix memperhatikan Veronica dari tempatnya duduknya. Punggung Felix menyandar santai ke sandaran kursi, kedua tangan terlipat ke depan dada dan pandangannya tak berpaling dari menatap Veronica.Meskipun wajah Felix terlihat datar, tetapi Jose, John, Knox, Hanse
Zeze ingat, besok adalah jadwal pembukaan The Grill, restorannya Veronica. Kebetulan pula Zetha, Luciano dan Simon memiliki jadwal panggilan medis ke Rusia. "Kau ingin makan daging bumbu pedas buatan Veronica?" Zeze bertanya pada Freyaa yang baru saja memamerkan di panggilan video, anak ular berwarna hijau daun pada Rayya, putrinya Lucy bersama Ibrahim di Dubai. "Mau, mau, mau! Kapan kita pergi ke sana?" Freyaa melonjak girang bertanya balik pada Zeze, kemudian menoleh pada Cella yang sedang melepaskan ulat bulu ke atas rumput. "Kau ingin ikut dengan kami, Cella?" Marcella, putrinya Anjo bersama William menggelengkan kepalanya pelan, "Aku ada beberapa tugas yang harus dikumpulkan ke tutor pekan ini. Sepertinya lain kali aku bisa ikut liburan dengan kalian." Marcella belajar homeschooling secara intensif, sama seperti Aghna dahulu lakukan semasa remaja. Ada jadwal tutor yang datang ke rumah dan gadis remaja itu sudah pandai bertanggungjawab akan tugas-tugas serta dirinya sendiri.
"Ini ....enak!"Freyaa berujar sambil menjulurkan lidah menjilati cairan kental berwarna putih kekuningan di bawah lubang hidungnya yang terlihat semakin banyak dan banyak ketika kepala gadis kecil itu mengangguk ke depan. Arkada berjengit jijik. Kedua matanya melotot ngeri, nafsu makannya langsung hilang melihat gadis kecil di depannya, yang ia pikir sedang menjilati cairan hidung tersebut. "Rasanya gurih! Kau mau coba?" Freyaa menjulurkan telapak tangannya yang belepotan 'cairan hidung' tersebut ke depan Arkada.Arkada tidak bisa melihat kecepatan tangan Freyaa mengambil saus keju di dalam wadah pada atas meja. "Dimana orangtuamu? Kenapa kau dibiarkan sendiri di sini? Oh, singkirkan tanganmu dariku!" Freyaa mengacung-acungkan telapak tangan mungilnya ke depan wajah Arkada yang semakin menggeleng jijik dengan ekspresi hendak muntah, menutup ujung hidung dengan sebelah telapak tangan. Freyaa terkekeh, menjilati jari-jemarinya hingga lidah dan bibirnya berdecak-decak. Tidak tahan
"Siapa mereka?" tanya Zeze masih memperhatikan layar monitor Luca di depan mereka, menampilkan ledakan demi ledakan dalam laut juga di udara. "Pasukan setan." "Pasukan setan?" Zeze mengulang perkataan Luca, menaikkan alis menoleh pada paman tampan di sebelahnya itu. Luca memang tidak pernah menahan kata-katanya, bahkan di depan Zeze. Kali ini pun ia terkekeh, membelai pipi lembut Zeze yang tirus. "Setan itu jelek, suka mengganggu dan membuat masalah. Bukankah mereka memakai topeng, mengganggu Paman Felixmu di siang hari begini? Jadi mereka adalah pasukan setan!" "Owh." Zeze ber'oh' menganggukkan kepala, mengerucutkan bibirnya sedikit maju, kembali mengingat para pasukan yang sebelumnya mengeroyok kediaman Felix, tetapi kini tubuh mereka semuanya jatuh bergelimpangan di tanah. Pun kapal selam serta jet tempur mereka bisa disabotase oleh Luca, membuat kapal-kapal selam dan jet-jet tempur pemburu tersebut hilang kendali sebelum diledakkan. "Mumma dan Mommy Cella ketika menjalankan
Setelah sarapan pagi bersama, dimana Selena yang sangat canggung bertemu Luca juga Michele di meja makan, beralasan jika dirinya sedikit lelah karena perjalanan juga lingkungan yang berbeda, memilih berdiam diri di dalam kamar."Kau tidak apa-pa ku tinggal sebentar?" Veronica berkata pada Selena yang duduk di sofa menatap jauh pemandangan luar jendela. Selena menoleh, menganggukkan kepala, "Ya. Aku tidak apa-apa. Kakak pergilah." Veronica ingin Bonnie menyentuh kepalanya lagi. Dirinya yakin ada banyak hal yang disembunyikan dari ingatannya dan ia sama sekali tidak tahu sebabnya. "Kau sedang hamil, kita jeda dulu." Bonnie berkata, tersenyum membelai lembut pundak Veronica, "Aku senang, kau sudah bisa mengingatku." Veronica memeluk Bonne erat-erat, "Maaf. Waktu itu aku pergi tanpa pamit dan tak bsa kembali ke Hawaii ketika Ibu meninggal." Bonnie merenggangkan pelukannya dari Veronica, mengelap mata saudari angkatnya itu yang basah, "Zetha sering berkata pada Luca untuk menjaga Miche
Charles dan semua pelayan kediaman Felix sudah berganti pakaian berwarna hitam dengan lapisan bagian dalamnya adalah kevlar anti peluru. "Mari, Tuan Effren." Charles mengarahkan Effren untuk naik ke lantai dua, meninggalkan Felix dan beberapa anak buahnya di area kolam renang.Effren berdecak menganggukkan kepala ketika melihat betapa siapnya pasukan adiknya akan siaga perang. Tangan Effren menerima alat komunikasi kecil dari Charles yang kemudian diselipkan ke daun telinga dan bagian depan pakaiannya. Pada masing-masing ujung teras lantai dua kediaman Felix sudah mengalami renovasi dan perombakan, terdapat bangunan seperti menara yang menghadap ke arah lautan. Tetapi Charles membawa Effren ke bagian tengah-tengah teras yang ia dorong temboknya maju lalu terbuka.Ada pintu celah kecil muat masuk satu pria bertubuh tinggi, namun bagian dalam ternyata bisa untuk lima orang pria dewasa bertubuh besar. Effren tidak berhenti berdecak takjub melihat ada dua senapan canggih dengan peluru
Mister Meyer masih terkejut mendengar pertanyaan pria di depannya yang menanyakan tentang Ibunya Lorenza. Siapakah dia sebenarnya? "Kau memperlakukan Ibunya Lorenza seperti pelacur, benar?" Effren pun sudah lupa nama ibunya Lorenza, dan dalam buku diari putrinya tidak ia temukan nama ibunya. Mister Meyer menyipitkan kelopak matanya, memindai Effren. "Ku sarankan Anda cepat menjawab pertanyaan saudaraku, jika tak ingin menyesal!" Felix berkata dari kejauhan sembari menyendok puding chesnut yang baru saja dihantarkan oleh Charles. "Perempuan itu sudah lama mati dan aku lupa bagaimana dia bisa mati." Mister Meyer akhirnya membuka mulut menjawab pertanyaan Effren. Effren mendengkuskan seringaian sinis, mundur ke belakang untuk duduk pada kursi samping Felix yang dengan santai menggeser piring puding chesnut untuk Effren. Effren butuh asupan makanan untuk menetralkan gejolak aliran darahnya dari emosi. Hansel dan Quince berjaga pada masing-masing sisi Mister Meyer. "Perempuan itu ..
Felix akhirnya bisa tidur setelah melihat status sosial media Selena yang menampilkan wajah tersenyum Veronica. Di Aachen, Knox memberitahu Luca, Luciano, Jonathan dan Ubba jika Alfred membelot ke organisasi rahasia dunia. Itu pulalah alasan Felix mengirimkan Knox lebih dulu ke Aachen, demi keamanan Zeze. Pun sama dengan kelompok Owen, dimana salah satu pembunuh bayaran yang mencari Zeze demi hadiah besar adalah mantan rekannya Russo. Semuanya terdiam di dalam ruangan, sama sekali tidak menyadari kedatangan gadis kecil usil Freyaa yang berdiri diam-diam menopang dagu dengan tangan tepat di belakang sandaran kursi duduk Luciano, posisinya pun tersembunyi di balik punggung Didinya tersebut. "Saya rasa mereka para team pembunuh bayaran itu sudah berada di Aachen saat ini, tetapi cuaca dan jalanan yang sering di tutup membuat mereka bertindak berhati-hati." Knox menyampaikan analisanya sebagai mantan kesatuan marinir yang banyak mengetahui rahasia organisasi dunia berlokasi di Amerika
"Selena, kau baik-baik aja?" Zetha mendatangi Selena di kamar kecil yang sedang membasuh wajahnya dengan air wastafel. "Uhm, maaf. Ya, aku baik-baik aja. Hanya sepertinya sedikit lelah." Selena sedikit gugup menatap netra Zetha yang memandangnya menelisik. Zetha meraih tisu, memberikannya pada Selena, lalu memegangi pergelangan tangan wanita itu, tak lama kemudian, bibirnya tersenyum, "Mari, lanjutkan makan malam. Tak akan lama, kita bisa segera pulang istirahat jika sudah kenyang." Selena menganggukkan kepala, balas tersenyum tipis pada Zetha yang merapikan syal di leher Selena, "Udara dingin dan tubuhmu lelah, jangan sampai masuk angin."Selena tahu jika pria tampan yang ia selamatkan ketika melawan Papanya di Greenland waktu itu adalah bagian dari pasukan Salvatore. Tetapi Selena tak menduga jika dia adalah Luca Salvatore, bos suaminya sendiri., adik lelaki Zetha, wanita yang berada di depannya saat iniLuca Salvatore yang membuat hati Selena bergetar pertama kalinya juga menumbu
Setelah memerintahkan Hansel dan Quince membawa Edward dan Bobby yang pingsan ke ruangan tahanan dalam kediamannya, juga membuat mereka berada dalam ruangan terpisah, Felix melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju lorong kamar. Selain Hansel dan Quince serta anak buah Felix, team medis juga turut bersiaga menangani kesehatan khusus untuk Edward, Bobby dan Mister Alfred yang babak belur dipukuli Effren. Felix menanggalkan pakaiannya satu persatu, berceceran di lantai, sementara kakinya menuju kamar mandi, masuk ke dalam jacuzzi seraya memejamkan mata, sesudah ia menghidupkan kran air hangat dan menuangkan sabun cair yang biasa di pakai Veronica. Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki berjalan masuk ke area kamar mandi dan semakin mendekat ke jacuzzi membuat Felix membuka kelopak matanya malas. "Kenapa kau ke sini?" Felix bertanya dingin, kembali memejamkan kelopak mata setelah ia menuangkan semua sabun cair dalam botol samping jacuzzi. Effren terkekeh rendah, "Kau kesepi
Hansel dan Quince melemparkan tubuh Edward juga Bobby ke lantai ubin tepi kolam renang, tanpa mempedulikan kedua orang itu kesakitan apalagi beberapa peluru masih bersarang dalam tubuh Edward dan kedua mata Bobby berdarah. Bobby meraung kesakitan, segala macam sumpah serapah hingga permohonan maaf dia ucapkan. Tetapi Felix dan Effren hanya menganggap angin lalu. Kedua pria bersaudara tersebut justru sedang menikmati masakan Charles karena cuaca yang dingin, membuat perut sering merasa lapar. "Apa rencanamu?" Felix bertanya pada Effren karena Mister Meyer di Cape Town juga sudah berada dalam pengawasan orang kepercayaan Felix. "Setelah ini? Mengajak Meyer liburan, mungkin ...mencari lubang baru untuk dimasuki." Felix berdecak, "Oke. Lakukan saja sesukamu, tapi jangan minta tolong padaku jika nanti Deristi tahu kau suka menyarungkan batang ke sembarang tubuh!" Effren terkekeh, meminum soup hangat dari tepi mangkuk sepert cara Zetha menikmati makanan, "Kau belum pernah bercinta selai
Arman menoleh pada Felix dan Effren, lalu menganggukkan kepala pada anak buahnya."Pria itu melakukan hipnotis pada kalian dan mereka berniat melarikan diri." tutur Arman seraya berdiri dipegangi Felix pada sisi tubuhnya.Arman memindai semua anak buahnya dengan tatapan sangat tegas, lalu berkata, "Dua tersangka teroris tewas di tempat. Apa kalian semuanya mengerti?!"Semua anak buah Arman menjawab serempak, "Dua tersangka teroris tewas di tempat ketika hendak melarikan diri."Felix tersenyum samar melihat anak buah Arman yang loyal pada sahabatnya itu, "Mari, ku antar kau ke rumah sakit."Arman melepaskan tangan Felix yang memegangi pinggangnya, "Tidak perlu. Ada beberapa orang lagi yang sepertinya juga ingin dirawat di rumah sakit." tolaknya memberikan senyuman tipis pada Felix, kemudian menganggukkan kepala pada anak buahnya.Dor ...dor ...dorr!!Beberapa orang anak buah Arman menembaki diri mereka mas