Hvitserk sudah menduga sebelumnya jika Felix mengetahui Erika adalah artis pendatang baru di Mussolini Entertainment, sahabat tengilnya itu pasti akan memanfaatkan Erika. Karena itu sebelumnya ia meminta Erika tidak menyebutkannya jika Felix bertanya. Sayang, Hvitserk lupa mengingatkan Erika agar menghindari tatapan mata Felix yang bisa membuat seseorang terhipnotis mengungkapkan apapun. Erika mengerjapkan kelopak mata menoleh pada Hvitserk yang mendengkuskan tawa sangat rendah. Felix benar-benar memperlihatkan pesonanya yang tak bisa ditolak oleh Erika, dimana wanita muda itu tidak sadar telah mulai masuk ke dalam perangkap permainan manipulasi Felix. "Apakah aku melakukan kesalahan?" bisik Erika bertanya pada Hvitserk. Felix sudah pergi berlalu menyeberangi pagar pembatas balkon, masuk ke dalam kamar tidurnya, menyusup ke dalam selimut untuk menarik tubuh Veronica ke dalam pelukan. Hvitserk menggelengkan kepala, "Kau tak membuat kesalahan. Habiskan sarapanmu lalu istirahatlah. M
Usai memberikan kata sambutan pembukaan restoran The Grill, Veronica mengumumkan jika semua menu selama satu hari harganya diskon lima puluh persen untuk semua tamu undangan dan juga pengunjung yang datang. Tentu saja berlaku selama persediaan stok bahan makanan masih ada, dimana Selena sudah menyiapkan stok jumlah besar khusus untuk opening restoran. "Selamat, Nona Veronica. Sukses selalu untuk Nona, Selena dan Keanu. The Grill terus berjaya!" pasangan Malano, dua orang dari pelanggan tetap The Grill mengucapkan selamat untuk Veronica, Selena dan Keanu. "Terima kasih, Aunty." Veronica dan Selena menjawab berbarengan, memberikan senyum pada pasangan Malano yang sudah sepuh dan Keanu membantu membawa mereka ke tempat duduk. Felix memperhatikan Veronica dari tempatnya duduknya. Punggung Felix menyandar santai ke sandaran kursi, kedua tangan terlipat ke depan dada dan pandangannya tak berpaling dari menatap Veronica.Meskipun wajah Felix terlihat datar, tetapi Jose, John, Knox, Hanse
Zeze ingat, besok adalah jadwal pembukaan The Grill, restorannya Veronica. Kebetulan pula Zetha, Luciano dan Simon memiliki jadwal panggilan medis ke Rusia. "Kau ingin makan daging bumbu pedas buatan Veronica?" Zeze bertanya pada Freyaa yang baru saja memamerkan di panggilan video, anak ular berwarna hijau daun pada Rayya, putrinya Lucy bersama Ibrahim di Dubai. "Mau, mau, mau! Kapan kita pergi ke sana?" Freyaa melonjak girang bertanya balik pada Zeze, kemudian menoleh pada Cella yang sedang melepaskan ulat bulu ke atas rumput. "Kau ingin ikut dengan kami, Cella?" Marcella, putrinya Anjo bersama William menggelengkan kepalanya pelan, "Aku ada beberapa tugas yang harus dikumpulkan ke tutor pekan ini. Sepertinya lain kali aku bisa ikut liburan dengan kalian." Marcella belajar homeschooling secara intensif, sama seperti Aghna dahulu lakukan semasa remaja. Ada jadwal tutor yang datang ke rumah dan gadis remaja itu sudah pandai bertanggungjawab akan tugas-tugas serta dirinya sendiri.
"Ini ....enak!"Freyaa berujar sambil menjulurkan lidah menjilati cairan kental berwarna putih kekuningan di bawah lubang hidungnya yang terlihat semakin banyak dan banyak ketika kepala gadis kecil itu mengangguk ke depan. Arkada berjengit jijik. Kedua matanya melotot ngeri, nafsu makannya langsung hilang melihat gadis kecil di depannya, yang ia pikir sedang menjilati cairan hidung tersebut. "Rasanya gurih! Kau mau coba?" Freyaa menjulurkan telapak tangannya yang belepotan 'cairan hidung' tersebut ke depan Arkada.Arkada tidak bisa melihat kecepatan tangan Freyaa mengambil saus keju di dalam wadah pada atas meja. "Dimana orangtuamu? Kenapa kau dibiarkan sendiri di sini? Oh, singkirkan tanganmu dariku!" Freyaa mengacung-acungkan telapak tangan mungilnya ke depan wajah Arkada yang semakin menggeleng jijik dengan ekspresi hendak muntah, menutup ujung hidung dengan sebelah telapak tangan. Freyaa terkekeh, menjilati jari-jemarinya hingga lidah dan bibirnya berdecak-decak. Tidak tahan
"Eyaa rindu Paman," bisik Freyaa manja sembari mendongakkan wajah dengan kedua tangan tetap melingkari leher Felix. "Paman juga rindu. Sudah dibilang jangan pergi, tapi kau tak mendengarkan pamanmu, hem?" Felix kembali menggosokkan rahang berbulunya ke leher Freyaa di gendongannya sambil berjalan masuk ke ruang kerja Veronica. Veronica tersenyum hangat berjalan di belakang bersama Zeze yang sudah keluar dari kamar kecil. "Apakah perjalanan kalian melelahkan? Dimana Ambu?" Felix tidak melihat Susie ada bersama Zeze. Zeze mendekati Felix, memberikan kecupan ke pipi Paman tampannya itu yang mengulurkan lengan ke arahnya sementara lengan yang lain tetap menahan Freyaa di gendongan. Mereka sudah berada di dalam ruangan kerja Veronica yang jauh lebih besar serta sangat nyaman dari sebelumnya. "Ambu bersama Mammina dan Mama Anjo pergi ke Palermo. Aunty Lucy dan semua rombongan dua hari lagi akan tiba di Palermo. Ku dengar Michele hamil." sahut Zeze sambil mendudukkan dirinya pada kursi d
Sejak kedatangan Zeze dan Freyaa kemarin sore, hubungan Veronica bersama Felix pun menjadi semakin mesra. Felix tidak segan memberikan kecupan atau gigitan kecil pada sudut bibir Veronica di depan kedua keponakannya yang akan bersorak melihat paman mereka bahagia. "Hari ini aku tidak banyak pekerjaan, sore nanti mari kita berbelanja. Dua hari lagi kita pergi ke Palermo." Felix berkata sembari menyuapkan Veronica yang ia perhatikan enggan menyuap sendiri makanannya, tetapi akan selalu membuka mulut jika ia suapkan. "Ku harap kau tidak keberatan bergabung dengan keluarga besar kami di Palermo." bisik Felix rendah sembari menjilat saus meleleh di sudut bibir Veronica yang sengaja ia isengi. "Owh, owh, owh ....!" Freyaa berseru tertawa lucu menutup matanya dengan jemari tangan direnggangkan. Zeze mengusap puncak kepala Freyaa, mengulum senyum senang melihat kemesraan Felix dan Veronica, sambil ia asyik menyuap makanan masuk ke dalam mulutnya. Veronica mencubit pelan perut Felix yang
Felix melihat penunjuk waktu di pergelangan tangannya, "Kau mau berkencan denganku, Lorenza?" tanyanya dengan kedua mata memandang lekat ke netra wanita muda yang masih berdiri di depannya tersebut. "K-kencan?" Lorenza tergagap.Felix meraih botol air mineral yang masih bersegel di atas meja, membuka dan mendorongnya ke depan, "Ya. Berkencan denganku," sahut Felix menaikkan kelopak matanya ke atas, agar Lorenza membasahi tenggorokan dengan air minum. "Aku punya waktu dua jam jika kau mau berkencan denganku." lanjut Felix yang membuat Lorenza tersedak air minum hingga terbatuk-batuk. "Be-berkencan yang seperti apa, Mister Salvatore?" Felix bangkit berdiri, kemudian mendudukkan dirinya pada pinggiran meja, tepat di depan Lorenza, "Kemana kau inginkan? Pantai, hotel atau ..." "Bagaimana dengan istri, Anda, Mister Salvatore?" "Haruskah kita pergi berkencan ke restoran istriku? Dia sedang di restoran sekarang." "Tidak, tidak! Anda menolakku sebelumnya. Please, tolong jangan membuat b
Felix menghentikan kasar mobil sportnya di halaman restoran The Grill, melangkah lebar langsung menuju ke area bartender yang telah ia deteksi melalui matanya, Veronica berada di sana. "Kami membuatnya spesial untukmu," Freyaa mendorong pelan gelas berisi jus coklat campur kacang juga buah yang Veronica berbelanja bersama Selena tempo hari. "Benarkah? Terima kasih, Young Lady." Veronica tersenyum cerah pada Freyaa juga berterima kasih ke Zeze, Selena serta Keanu, hatinya menghangat melihat orang-orang berharga baginya tersebut terlihat akur. Veronica sudah meraih gelas jus yang telah ditambahi bubuk coklat oleh Freyaa, tetapi dengan langkah cepat dan terburu-buru, Felix langsung menyambar gelas jus untuk ia minum sendiri langsung dari tepi bibir gelasnya. "Ini enak! Nanti kita buat lagi di rumah lebih banyak!" ucap Felix menjilat bibirnya sendiri dari sisa jus, lalu menoleh pada Zeze juga Freyaa bergantian, "Nanti kita pergi berbelanja pakaian kalian, kemudian kita makan malam di l
"Siapa mereka?" tanya Zeze masih memperhatikan layar monitor Luca di depan mereka, menampilkan ledakan demi ledakan dalam laut juga di udara. "Pasukan setan." "Pasukan setan?" Zeze mengulang perkataan Luca, menaikkan alis menoleh pada paman tampan di sebelahnya itu. Luca memang tidak pernah menahan kata-katanya, bahkan di depan Zeze. Kali ini pun ia terkekeh, membelai pipi lembut Zeze yang tirus. "Setan itu jelek, suka mengganggu dan membuat masalah. Bukankah mereka memakai topeng, mengganggu Paman Felixmu di siang hari begini? Jadi mereka adalah pasukan setan!" "Owh." Zeze ber'oh' menganggukkan kepala, mengerucutkan bibirnya sedikit maju, kembali mengingat para pasukan yang sebelumnya mengeroyok kediaman Felix, tetapi kini tubuh mereka semuanya jatuh bergelimpangan di tanah. Pun kapal selam serta jet tempur mereka bisa disabotase oleh Luca, membuat kapal-kapal selam dan jet-jet tempur pemburu tersebut hilang kendali sebelum diledakkan. "Mumma dan Mommy Cella ketika menjalankan
Setelah sarapan pagi bersama, dimana Selena yang sangat canggung bertemu Luca juga Michele di meja makan, beralasan jika dirinya sedikit lelah karena perjalanan juga lingkungan yang berbeda, memilih berdiam diri di dalam kamar."Kau tidak apa-pa ku tinggal sebentar?" Veronica berkata pada Selena yang duduk di sofa menatap jauh pemandangan luar jendela. Selena menoleh, menganggukkan kepala, "Ya. Aku tidak apa-apa. Kakak pergilah." Veronica ingin Bonnie menyentuh kepalanya lagi. Dirinya yakin ada banyak hal yang disembunyikan dari ingatannya dan ia sama sekali tidak tahu sebabnya. "Kau sedang hamil, kita jeda dulu." Bonnie berkata, tersenyum membelai lembut pundak Veronica, "Aku senang, kau sudah bisa mengingatku." Veronica memeluk Bonne erat-erat, "Maaf. Waktu itu aku pergi tanpa pamit dan tak bsa kembali ke Hawaii ketika Ibu meninggal." Bonnie merenggangkan pelukannya dari Veronica, mengelap mata saudari angkatnya itu yang basah, "Zetha sering berkata pada Luca untuk menjaga Miche
Charles dan semua pelayan kediaman Felix sudah berganti pakaian berwarna hitam dengan lapisan bagian dalamnya adalah kevlar anti peluru. "Mari, Tuan Effren." Charles mengarahkan Effren untuk naik ke lantai dua, meninggalkan Felix dan beberapa anak buahnya di area kolam renang.Effren berdecak menganggukkan kepala ketika melihat betapa siapnya pasukan adiknya akan siaga perang. Tangan Effren menerima alat komunikasi kecil dari Charles yang kemudian diselipkan ke daun telinga dan bagian depan pakaiannya. Pada masing-masing ujung teras lantai dua kediaman Felix sudah mengalami renovasi dan perombakan, terdapat bangunan seperti menara yang menghadap ke arah lautan. Tetapi Charles membawa Effren ke bagian tengah-tengah teras yang ia dorong temboknya maju lalu terbuka.Ada pintu celah kecil muat masuk satu pria bertubuh tinggi, namun bagian dalam ternyata bisa untuk lima orang pria dewasa bertubuh besar. Effren tidak berhenti berdecak takjub melihat ada dua senapan canggih dengan peluru
Mister Meyer masih terkejut mendengar pertanyaan pria di depannya yang menanyakan tentang Ibunya Lorenza. Siapakah dia sebenarnya? "Kau memperlakukan Ibunya Lorenza seperti pelacur, benar?" Effren pun sudah lupa nama ibunya Lorenza, dan dalam buku diari putrinya tidak ia temukan nama ibunya. Mister Meyer menyipitkan kelopak matanya, memindai Effren. "Ku sarankan Anda cepat menjawab pertanyaan saudaraku, jika tak ingin menyesal!" Felix berkata dari kejauhan sembari menyendok puding chesnut yang baru saja dihantarkan oleh Charles. "Perempuan itu sudah lama mati dan aku lupa bagaimana dia bisa mati." Mister Meyer akhirnya membuka mulut menjawab pertanyaan Effren. Effren mendengkuskan seringaian sinis, mundur ke belakang untuk duduk pada kursi samping Felix yang dengan santai menggeser piring puding chesnut untuk Effren. Effren butuh asupan makanan untuk menetralkan gejolak aliran darahnya dari emosi. Hansel dan Quince berjaga pada masing-masing sisi Mister Meyer. "Perempuan itu ..
Felix akhirnya bisa tidur setelah melihat status sosial media Selena yang menampilkan wajah tersenyum Veronica. Di Aachen, Knox memberitahu Luca, Luciano, Jonathan dan Ubba jika Alfred membelot ke organisasi rahasia dunia. Itu pulalah alasan Felix mengirimkan Knox lebih dulu ke Aachen, demi keamanan Zeze. Pun sama dengan kelompok Owen, dimana salah satu pembunuh bayaran yang mencari Zeze demi hadiah besar adalah mantan rekannya Russo. Semuanya terdiam di dalam ruangan, sama sekali tidak menyadari kedatangan gadis kecil usil Freyaa yang berdiri diam-diam menopang dagu dengan tangan tepat di belakang sandaran kursi duduk Luciano, posisinya pun tersembunyi di balik punggung Didinya tersebut. "Saya rasa mereka para team pembunuh bayaran itu sudah berada di Aachen saat ini, tetapi cuaca dan jalanan yang sering di tutup membuat mereka bertindak berhati-hati." Knox menyampaikan analisanya sebagai mantan kesatuan marinir yang banyak mengetahui rahasia organisasi dunia berlokasi di Amerika
"Selena, kau baik-baik aja?" Zetha mendatangi Selena di kamar kecil yang sedang membasuh wajahnya dengan air wastafel. "Uhm, maaf. Ya, aku baik-baik aja. Hanya sepertinya sedikit lelah." Selena sedikit gugup menatap netra Zetha yang memandangnya menelisik. Zetha meraih tisu, memberikannya pada Selena, lalu memegangi pergelangan tangan wanita itu, tak lama kemudian, bibirnya tersenyum, "Mari, lanjutkan makan malam. Tak akan lama, kita bisa segera pulang istirahat jika sudah kenyang." Selena menganggukkan kepala, balas tersenyum tipis pada Zetha yang merapikan syal di leher Selena, "Udara dingin dan tubuhmu lelah, jangan sampai masuk angin."Selena tahu jika pria tampan yang ia selamatkan ketika melawan Papanya di Greenland waktu itu adalah bagian dari pasukan Salvatore. Tetapi Selena tak menduga jika dia adalah Luca Salvatore, bos suaminya sendiri., adik lelaki Zetha, wanita yang berada di depannya saat iniLuca Salvatore yang membuat hati Selena bergetar pertama kalinya juga menumbu
Setelah memerintahkan Hansel dan Quince membawa Edward dan Bobby yang pingsan ke ruangan tahanan dalam kediamannya, juga membuat mereka berada dalam ruangan terpisah, Felix melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju lorong kamar. Selain Hansel dan Quince serta anak buah Felix, team medis juga turut bersiaga menangani kesehatan khusus untuk Edward, Bobby dan Mister Alfred yang babak belur dipukuli Effren. Felix menanggalkan pakaiannya satu persatu, berceceran di lantai, sementara kakinya menuju kamar mandi, masuk ke dalam jacuzzi seraya memejamkan mata, sesudah ia menghidupkan kran air hangat dan menuangkan sabun cair yang biasa di pakai Veronica. Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki berjalan masuk ke area kamar mandi dan semakin mendekat ke jacuzzi membuat Felix membuka kelopak matanya malas. "Kenapa kau ke sini?" Felix bertanya dingin, kembali memejamkan kelopak mata setelah ia menuangkan semua sabun cair dalam botol samping jacuzzi. Effren terkekeh rendah, "Kau kesepi
Hansel dan Quince melemparkan tubuh Edward juga Bobby ke lantai ubin tepi kolam renang, tanpa mempedulikan kedua orang itu kesakitan apalagi beberapa peluru masih bersarang dalam tubuh Edward dan kedua mata Bobby berdarah. Bobby meraung kesakitan, segala macam sumpah serapah hingga permohonan maaf dia ucapkan. Tetapi Felix dan Effren hanya menganggap angin lalu. Kedua pria bersaudara tersebut justru sedang menikmati masakan Charles karena cuaca yang dingin, membuat perut sering merasa lapar. "Apa rencanamu?" Felix bertanya pada Effren karena Mister Meyer di Cape Town juga sudah berada dalam pengawasan orang kepercayaan Felix. "Setelah ini? Mengajak Meyer liburan, mungkin ...mencari lubang baru untuk dimasuki." Felix berdecak, "Oke. Lakukan saja sesukamu, tapi jangan minta tolong padaku jika nanti Deristi tahu kau suka menyarungkan batang ke sembarang tubuh!" Effren terkekeh, meminum soup hangat dari tepi mangkuk sepert cara Zetha menikmati makanan, "Kau belum pernah bercinta selai
Arman menoleh pada Felix dan Effren, lalu menganggukkan kepala pada anak buahnya."Pria itu melakukan hipnotis pada kalian dan mereka berniat melarikan diri." tutur Arman seraya berdiri dipegangi Felix pada sisi tubuhnya.Arman memindai semua anak buahnya dengan tatapan sangat tegas, lalu berkata, "Dua tersangka teroris tewas di tempat. Apa kalian semuanya mengerti?!"Semua anak buah Arman menjawab serempak, "Dua tersangka teroris tewas di tempat ketika hendak melarikan diri."Felix tersenyum samar melihat anak buah Arman yang loyal pada sahabatnya itu, "Mari, ku antar kau ke rumah sakit."Arman melepaskan tangan Felix yang memegangi pinggangnya, "Tidak perlu. Ada beberapa orang lagi yang sepertinya juga ingin dirawat di rumah sakit." tolaknya memberikan senyuman tipis pada Felix, kemudian menganggukkan kepala pada anak buahnya.Dor ...dor ...dorr!!Beberapa orang anak buah Arman menembaki diri mereka mas