Erika perlahan menurunkan tegak lututnya ketika Hvitserk mencondongkan tubuh sedikit maju seraya menatap lekat ke dalam netra matanya sambil berkata, "Aku belum menikah, tidak memiliki calon istri ataupun kekasih. Kau mau jadi kekasihku?" Erika masih mengunyah makanan di dalam mulutnya yang terasa sedikit alot untuk bisa ia telan segera dan Hvitserk terus menunggu sampai Erika selesai mengunyah makanan di mulutnya. Erika meraih gelas berisi air minum yang disodorkan Hvitserk ke depannya dan senyum pria itu tidak menyurut sedikitpun dari setelah memberikan pertanyaan yang membuat Erika merasa sangat salah melemparkan umpan sebelumnya. "Apakah berpacaran denganmu, harus melakukan sex?" Hvitserk menganggukkan kepala dan kini bibir pria itu semakin terkulum dengan senyum berpindah ke tatapan matanya memandang Erika. "Apakah juga harus berciuman?" lanjut Erika yang rasanya ingin ia getok sendiri kepalanya karena bisa-bisanya ia melontarkan pertanyaan yang begitu sensitif dan dirinya s
Veronica langsung bisa merasakan perubahan dalam diri Felix, begitu ia keluar dari dalam kamar mandi. "Makanlah dulu," Felix berkata yang meskipun pelan, telinga Veronica tetap bisa menangkap nada dingin di suara suaminya. Suami yang sesaat lalu masih mendesah serak meneriakkan namanya sangat merdu. Veronica menganggukkan kepala, ia tak ingin membantah juga berpikir jika emosi lelakinya berubah serius mungkin karena pekerjaan. Felix membilas tubuhnya dengan sangat cepat, bergegas keluar hanya melilitkan rendah handuk pada pinggang seksinya. "Kenapa kau makan sedikit sekali?"Felix melihat menu makanan di atas meja hampir tidak mengalami perubahan selain piring bernoda bumbu pasta. "Aku tidak terlalu lapar." Veronica menjawab dan perutnya entah kenapa tiba-tiba merasa tidak berselera melihat susunan makanan lezat di atas meja. "Duduklah di sini, makan bersamaku." Felix sudah memakai celana pendek menutupi bagian bawah tubuhnya, masih tanpa atasan, menghenyakkan diri menduduki ku
Hvitserk sudah menduga sebelumnya jika Felix mengetahui Erika adalah artis pendatang baru di Mussolini Entertainment, sahabat tengilnya itu pasti akan memanfaatkan Erika. Karena itu sebelumnya ia meminta Erika tidak menyebutkannya jika Felix bertanya. Sayang, Hvitserk lupa mengingatkan Erika agar menghindari tatapan mata Felix yang bisa membuat seseorang terhipnotis mengungkapkan apapun. Erika mengerjapkan kelopak mata menoleh pada Hvitserk yang mendengkuskan tawa sangat rendah. Felix benar-benar memperlihatkan pesonanya yang tak bisa ditolak oleh Erika, dimana wanita muda itu tidak sadar telah mulai masuk ke dalam perangkap permainan manipulasi Felix. "Apakah aku melakukan kesalahan?" bisik Erika bertanya pada Hvitserk. Felix sudah pergi berlalu menyeberangi pagar pembatas balkon, masuk ke dalam kamar tidurnya, menyusup ke dalam selimut untuk menarik tubuh Veronica ke dalam pelukan. Hvitserk menggelengkan kepala, "Kau tak membuat kesalahan. Habiskan sarapanmu lalu istirahatlah.
Usai memberikan kata sambutan pembukaan restoran The Grill, Veronica mengumumkan jika semua menu selama satu hari harganya diskon lima puluh persen untuk semua tamu undangan dan juga pengunjung yang datang. Tentu saja berlaku selama persediaan stok bahan makanan masih ada, dimana Selena sudah menyiapkan stok jumlah besar khusus untuk opening restoran. "Selamat, Nona Veronica. Sukses selalu untuk Nona, Selena dan Keanu. The Grill terus berjaya!" pasangan Malano, dua orang dari pelanggan tetap The Grill mengucapkan selamat untuk Veronica, Selena dan Keanu. "Terima kasih, Aunty." Veronica dan Selena menjawab berbarengan, memberikan senyum pada pasangan Malano yang sudah sepuh dan Keanu membantu membawa mereka ke tempat duduk. Felix memperhatikan Veronica dari tempatnya duduknya. Punggung Felix menyandar santai ke sandaran kursi, kedua tangan terlipat ke depan dada dan pandangannya tak berpaling dari menatap Veronica.Meskipun wajah Felix terlihat datar, tetapi Jose, John, Knox, Hans
Zeze ingat, besok adalah jadwal pembukaan The Grill, restorannya Veronica. Kebetulan pula Zetha, Luciano dan Simon memiliki jadwal panggilan medis ke Rusia. "Kau ingin makan daging bumbu pedas buatan Veronica?" Zeze bertanya pada Freyaa yang baru saja memamerkan di panggilan video, anak ular berwarna hijau daun pada Rayya, putrinya Lucy bersama Ibrahim di Dubai. "Mau, mau, mau! Kapan kita pergi ke sana?" Freyaa melonjak girang bertanya balik pada Zeze, kemudian menoleh pada Cella yang sedang melepaskan ulat bulu ke atas rumput. "Kau ingin ikut dengan kami, Cella?" Marcella, putrinya Anjo bersama William menggelengkan kepalanya pelan, "Aku ada beberapa tugas yang harus dikumpulkan ke tutor pekan ini. Sepertinya lain kali aku bisa ikut liburan dengan kalian." Marcella belajar homeschooling secara intensif, sama seperti Aghna dahulu lakukan semasa remaja. Ada jadwal tutor yang datang ke rumah dan gadis remaja itu sudah pandai bertanggungjawab akan tugas-tugas serta dirinya sendiri.
"Ini ....enak!"Freyaa berujar sambil menjulurkan lidah menjilati cairan kental berwarna putih kekuningan di bawah lubang hidungnya yang terlihat semakin banyak dan banyak ketika kepala gadis kecil itu mengangguk ke depan.Arkada berjengit jijik. Kedua matanya melotot ngeri, nafsu makannya langsung hilang melihat gadis kecil di depannya, yang ia pikir sedang menjilati cairan hidung tersebut."Rasanya gurih! Kau mau coba?" Freyaa menjulurkan telapak tangannya yang belepotan 'cairan hidung' tersebut ke depan Arkada.Arkada tidak bisa melihat kecepatan tangan Freyaa mengambil saus keju di dalam wadah pada atas meja."Dimana orangtuamu? Kenapa kau dibiarkan sendiri di sini? Oh, singkirkan tanganmu dariku!"Freyaa mengacung-acungkan telapak tangan mungilnya ke depan wajah Arkada yang semakin menggeleng jijik dengan ekspresi hendak muntah, menutup ujung hidung dengan sebelah telapak tangan.Freyaa terkekeh, men
"Eyaa rindu Paman," bisik Freyaa manja sembari mendongakkan wajah dengan kedua tangan tetep melingkari leher Felix. "Paman juga rindu. Sudah dibilang jangan pergi, tapi kau tak mendengarkan pamanmu, hem?" Felix kembali menggosokkan rahang berbulunya ke leher Freyaa di gendongannya sambil berjalan masuk ke ruang kerja Veronica. Veronica tersenyum hangat berjalan di belakang bersama Zeze yang sudah keluar dari kamar kecil. "Apakah perjalanan kalian melelahkan? Dimana Ambu?" Felix tidak melihat Susie ada bersama Zeze. Zeze mendekati Felix, memberikan kecupan ke pipi Paman tampannya itu yang mengulurkan lengan ke arahnya sementara lengan yang lain tetap menahan Freyaa di gendongan. Mereka sudah berada di dalam ruangan kerja Veronica yang jauh lebih besar serta sangat nyaman dari sebelumnya. "Ambu bersama Mammina dan Mama Anjo pergi ke Palermo. Aunty Lucy dan semua rombongan dua hari lagi akan tiba di Palermo. Ku dengar Michele hamil." sahut Zeze sambil mendudukkan dirinya pada kursi
Sejak kedatangan Zeze dan Freyaa kemarin sore, hubungan Veronica bersama Felix pun menjadi semakin mesra.Felix tidak segan memberikan kecupan atau gigitan kecil pada sudut bibir Veronica di depan kedua keponakannya yang akan bersorak melihat paman mereka bahagia."Hari ini aku tidak banyak pekerjaan, sore nanti mari kita berbelanja. Dua hari lagi kita pergi ke Palermo." Felix berkata sembari menyuapkan Veronica yang ia perhatikan enggan menyuap sendiri makanannya, tetapi akan selalu membuka mulut jika ia suapkan."Ku harap kau tidak keberatan bergabung dengan keluarga besar kami di Palermo." bisik Felix rendah sembari menjilat saus meleleh di sudut bibir Veronica yang sengaja ia isengi."Owh, owh, owh ....!" Freyaa berseru tertawa lucu menutup matanya dengan jemari tangan direnggangkan.Zeze mengusap puncak kepala Freyaa, mengulum senyum senang melihat kemesraan Felix dan Veronica, sambil ia asyik menyuap makanan masu