Kita mulai naik gunung ke puncak konflik yuk haha. Jangan lupa komen dan vote ya, terima kasih & i love you!
Veronica yang ditinggalkan Felix di dalam kamar ketika hampir menyelesaikan makan malam mereka, karena mendapat panggilan darurat dari Hvitserk, berjalan ke depan jendela, duduk pada sofa sambil memainkan ponsel pintar di tangannya. Veronica belum bisa lupa tatapan mata Felix, nada bicaranya ketika berkata ingin membunuhnya juga perhatian yang ditunjukkan pria itu. Veronica juga teringat akan perkataan Zeze padanya saat mereka mengobrol di tepi kolam renang, "Rejeki, jodoh dan kematian berada di luar kekuasaan kita manusia. Kami semua bersedih dan berduka atas tewasnya suami Ambu bersama Mommy Cella. Tapi, apa yang bisa kami lakukan untuk membuat mereka hidup kembali?" "Jangan ungkapkan identitasmu pada siapapun jika hal itu mengganggumu. Kau pantas untuk dicintai dan hidup bergembira, Veronica." Veronica memang bukan tipikal orang yang pamrih menginginkan terima kasih atau balas budi atas tindakannya menyelamatkan Zeze, keponakan kandung Felix. Tetapi sikap Felix dan Zeze seperti
"Apakah ada hubungannya aku mengakuisisi bisnis Joe Parrish dengan keluargamu, Lo?" Felix memberikan pertanyaan yang sebenarnya ia mencoba memutuskan pembicaraan yang terkesan akan berbelit-belit dari Lorenza. Lorenza menganggukkan kepalanya samar, "Jika Anda mengetahui siapa saya, kenapa Anda masih mau memperkerjakan saya di perusahaan?" Lorenza semakin gugup dipandangi oleh Felix dan bos tampan idolanya yang masih tetap ia cintai diam-diam tersebut sudah lebih dari dua kali memanggilnya dengan nama panggilan berbeda dari orang di sekelilingnya, yaitu 'Lo'. "Aku tidak tau. Bagian urusan perekrutan karyawan, aku mempercayakannya pada Billy sebelumnya. Jadi Billy yang menerimamu bekerja di perusahaan, bukan aku." jujur Felix ditanggapi anggukan Lorenza pelan, "Tapi sekarang kau bisa berada di sini, aku lah yang memilihmu dan ku lihat kau memang memiliki kemampuan seperti yang kau ucapkan padaku.""Sekarang katakan, jangan berputar lagi ...katakan apa poin yang ingin kau sampaikan pa
Luca duduk di lantai ubin dalam kamar mandi, kepalanya tersandar ke dinding. Perutnya benar-benar bergemuruh dan sama sekali tidak bisa diajak bersahabat sedikitpun. "Luca ...!?"Michele mencari Luca di dalam kamar hingga ke ruang baca sebelah ruangan tidur mereka, ahirnya mendapati suaminya itu tersandar lemas pada dinding kamar mandi. Michele memberikan pijatan lembut ke tengkuk, kening dan pelipis Luca yang akhirnya membuka kelopak matanya lemah. "Sweetheart, aku ingin berkunjung ..." Luca yang tubuhnya lemas, hal yang ia inginkan ternyata adalah mengunjungi istrinya yang sedang mengandung janinnya. "Kau masih lemas. Tunggu bertenaga sedikit, aku lelah jika harus menunggangi kuda jantan sepertimu!" "Aku benar-benar rindu ..." Luca menyampirkan wajahnya ke pundak Michele dan mengecupi leher istrinya itu hingga berdecak. "Papa sedang membuatkanmu camilan bersama Lucy. Besok, kita jadi pulang ke Hawaii?" Michele berusaha memapah tubuh besar Luca keluar dari kamar mandi untuk ia
"Bahan A dan B tolong dicampurkan, lalu marinasi selama tiga puluh menit untuk mendapatkan citarasa daging yang juicy." tutur Veronica pada salah satu chef di dapur restoran bagian menu daging. Rafal, chef yang di posisi daging, menganggukkan kepala, mendengarkan fokus apapun arahan Veronica. Selena yang diam dan mengikuti di belakang kakak perempuanya itu menulis semua poin-poin perkataan Veronica juga sikap para chef mereka. "Apakah sudah selesai membuat kaldu yang ku ajarkan kemarin?" Veronica bertanya pada Ewa, chef khusus menangani bumbu masakan. Veronica dan Selena memang membagi-bagi semua tugas Chef di restoran mereka. Tidak ada yang boleh saling mendominasi satu sama lain, melainkan bekerjasama secara adil dan demi kepentingan bersama. "Sudah, Madam." Ewa menjawab sopan, bergegas mengambil tester kaldu di lemari pendingin untuk ia bawa agar bisa dicicipi oleh Veronica. Veronica memejamkan kedua kelopak matanya saat mencicipi rasa kaldu buatan Ewa yang sebenarnya ia meras
Veronica benar-benar tidak bisa mengelak dalam kungkungan Felix yang menjeratnya. Veronica akhirnya meletakkan beberapa dokumen di atas meja dan menyimpan dokumen penting dalam brangkas pribadi yang kuncinya ia gantungkan ke leher sebagai bandul kalung. "Akan ku buatkan bandul kalung yang bagus untukmu! Untuk sementara ini aku yang simpan, besok sebelum kau pergi bekerja, minta padaku." Felix meraih kalung tali yang baru saja Veronica kalungkan ke lehernya.Sebelum pergi ke luar, Felix membisikkan pada Keanu untuk membuang semua perabotan yang tergantung pada dinding ruangan kerja Veronica, termasuk lukisan mahal yang ia pesan untuk dibelikan oleh John sebelumnya guna memperindah ruangan kerja istrinya itu. "Bagaimana kau tau dalam ruanganku terdapat kamera tersembunyi? Bukankah semua pelayan dan pekerja diawasi ketat oleh Jose dan John juga Keanu, anak buahmu?" Veronica bertanya, telah mendudukkan dirinya pada kursi penumpang dalam mobil Felix. "Insting suami!" Felix menjawab pend
Setelah puas membawa Veronica berputar-putar ke tengah lautan menggunakan jetski, kini Felix menyewa sebuah kapal beserta juru masak dan juru kemudi untuk mengantarkan mereka ke lokasi-lokasi indah, strategis juga aman untuk berenang. "Kau tidak bekerja hari ini?" Veronica bertanya sambil menyuap buah anggur tapi detik berikutnya wanita cantik itu memindahkan buah dalam mulutnya ke mulut Felix yang sejak tadi makan dan minum dari mulut istrinya. "Kau tidak inign bersenang-senang liburan bersamaku? Aku belum memberikan bulan madu untukmu, kau mau pergi kemana?" Felix berbaring telentang di atas geladak dan Veronica duduk pada sebelah pinggangnya yang terus ia peluk melekat rapat, tidak diijinkan berjarak sedikitpun. Entah karena pengaruh dari cuara yang cerah, suasana hati Felix turut ceria dengan netra mata berwarna coklat keemasan yang semakin Veronica suka menatapnya berlama-lama. "Aku tidak keberatan kau ajak kemanapun." Veronica tidak memiliki tempat yang ia terobsesi ingin k
Bibir Felix tidak berhenti mengulum senyum memandang Veronica yang wajahnya semakin merona merah ditatap suaminya. "Aku suka caramu tadi menaikkan kaki," Veronica segera menyumpal mulut Felix dengan menyuapkan banyak makanan, wajahnya benar-benar panas mengingat percintaan dahsyat mereka di balik batu karang beberapa saat lalu. "Sayang ..." Felix masih bisa menggumamkan protes dengan wajah jahil, lalu memajukan bibir untuk memberikan kecupan ke pipi merona Veronica. "Berhenti menggodaku atau kita tidak jadi ke hotel?" Felix menelan makanan di mulutnya cepat-cepat, "Tidak menggoda lagi. Ayo, kau makanlah yang banyak karena kita nanti akan berolah raga lebih intens." bisik Felix seraya mengedipkan sebelah matanya nakal dan menyendokkan pasta serta daging masak bumbu ke mulut Veronica. Felix dan Veronica menikmati makanan mereka saling menyuapkan, masih memakai baju handuk melilit pada tubuh, duduk pada sofa di geladak kapal. Di tempat lain, Hvitserk yang diminta Felix membelikan p
Hvitserk meminta wanita kasir membungkus beberapa gaun yang model dan ukurannya serupa dengan Erika fitting. Pria tampan itu juga berjalan ke arah pakaian dalam wanita, memilih asal setelah ia memperhatikan bagian dada Erika yang menunduk malu menyadari arah tatapan Hvitserk. Hvitserk juga memilih beberapa setelan pakaian pria untuk Felix yang sudah biasa ia persiapkan. "Ambillah beberapa gaun untukmu dan juga pakaian dalam, aku sudah membayarnya." Hvitserk berkata pelan pada Erika yang ingin menggeleng, "Aku sudah membuat janji temu dengan Camille Desoutter malam ini di hotel. Beliau akan membawakan gaun untukmu." "Ca-camille Desoutter?" Erika langsung terbata mengeja nama designer terkenal yang ia sangat ingin sekali menjadi model gaun rancangannya. Karena itu pula, Erika rela melakukan pekerjaan part-time agar bisa membeli gaun rancangannya Camille Desoutter yang terbaru dan wanita itu hanya mengeluarkan satu saja, tidak ada duanya dimanapun di dunia. Entah apa tujuan Camille