"Bahan A dan B tolong dicampurkan, lalu marinasi selama tiga puluh menit untuk mendapatkan citarasa daging yang juicy." tutur Veronica pada salah satu chef di dapur restoran bagian menu daging. Rafal, chef yang di posisi daging, menganggukkan kepala, mendengarkan fokus apapun arahan Veronica. Selena yang diam dan mengikuti di belakang kakak perempuanya itu menulis semua poin-poin perkataan Veronica juga sikap para chef mereka. "Apakah sudah selesai membuat kaldu yang ku ajarkan kemarin?" Veronica bertanya pada Ewa, chef khusus menangani bumbu masakan. Veronica dan Selena memang membagi-bagi semua tugas Chef di restoran mereka. Tidak ada yang boleh saling mendominasi satu sama lain, melainkan bekerjasama secara adil dan demi kepentingan bersama. "Sudah, Madam." Ewa menjawab sopan, bergegas mengambil tester kaldu di lemari pendingin untuk ia bawa agar bisa dicicipi oleh Veronica. Veronica memejamkan kedua kelopak matanya saat mencicipi rasa kaldu buatan Ewa yang sebenarnya ia meras
Veronica benar-benar tidak bisa mengelak dalam kungkungan Felix yang menjeratnya. Veronica akhirnya meletakkan beberapa dokumen di atas meja dan menyimpan dokumen penting dalam brangkas pribadi yang kuncinya ia gantungkan ke leher sebagai bandul kalung. "Akan ku buatkan bandul kalung yang bagus untukmu! Untuk sementara ini aku yang simpan, besok sebelum kau pergi bekerja, minta padaku." Felix meraih kalung tali yang baru saja Veronica kalungkan ke lehernya.Sebelum pergi ke luar, Felix membisikkan pada Keanu untuk membuang semua perabotan yang tergantung pada dinding ruangan kerja Veronica, termasuk lukisan mahal yang ia pesan untuk dibelikan oleh John sebelumnya guna memperindah ruangan kerja istrinya itu. "Bagaimana kau tau dalam ruanganku terdapat kamera tersembunyi? Bukankah semua pelayan dan pekerja diawasi ketat oleh Jose dan John juga Keanu, anak buahmu?" Veronica bertanya, telah mendudukkan dirinya pada kursi penumpang dalam mobil Felix. "Insting suami!" Felix menjawab pend
Setelah puas membawa Veronica berputar-putar ke tengah lautan menggunakan jetski, kini Felix menyewa sebuah kapal beserta juru masak dan juru kemudi untuk mengantarkan mereka ke lokasi-lokasi indah, strategis juga aman untuk berenang. "Kau tidak bekerja hari ini?" Veronica bertanya sambil menyuap buah anggur tapi detik berikutnya wanita cantik itu memindahkan buah dalam mulutnya ke mulut Felix yang sejak tadi makan dan minum dari mulut istrinya. "Kau tidak inign bersenang-senang liburan bersamaku? Aku belum memberikan bulan madu untukmu, kau mau pergi kemana?" Felix berbaring telentang di atas geladak dan Veronica duduk pada sebelah pinggangnya yang terus ia peluk melekat rapat, tidak diijinkan berjarak sedikitpun. Entah karena pengaruh dari cuara yang cerah, suasana hati Felix turut ceria dengan netra mata berwarna coklat keemasan yang semakin Veronica suka menatapnya berlama-lama. "Aku tidak keberatan kau ajak kemanapun." Veronica tidak memiliki tempat yang ia terobsesi ingin k
Bibir Felix tidak berhenti mengulum senyum memandang Veronica yang wajahnya semakin merona merah ditatap suaminya. "Aku suka caramu tadi menaikkan kaki," Veronica segera menyumpal mulut Felix dengan menyuapkan banyak makanan, wajahnya benar-benar panas mengingat percintaan dahsyat mereka di balik batu karang beberapa saat lalu. "Sayang ..." Felix masih bisa menggumamkan protes dengan wajah jahil, lalu memajukan bibir untuk memberikan kecupan ke pipi merona Veronica. "Berhenti menggodaku atau kita tidak jadi ke hotel?" Felix menelan makanan di mulutnya cepat-cepat, "Tidak menggoda lagi. Ayo, kau makanlah yang banyak karena kita nanti akan berolah raga lebih intens." bisik Felix seraya mengedipkan sebelah matanya nakal dan menyendokkan pasta serta daging masak bumbu ke mulut Veronica. Felix dan Veronica menikmati makanan mereka saling menyuapkan, masih memakai baju handuk melilit pada tubuh, duduk pada sofa di geladak kapal. Di tempat lain, Hvitserk yang diminta Felix membelikan p
Hvitserk meminta wanita kasir membungkus beberapa gaun yang model dan ukurannya serupa dengan Erika fitting. Pria tampan itu juga berjalan ke arah pakaian dalam wanita, memilih asal setelah ia memperhatikan bagian dada Erika yang menunduk malu menyadari arah tatapan Hvitserk. Hvitserk juga memilih beberapa setelan pakaian pria untuk Felix yang sudah biasa ia persiapkan. "Ambillah beberapa gaun untukmu dan juga pakaian dalam, aku sudah membayarnya." Hvitserk berkata pelan pada Erika yang ingin menggeleng, "Aku sudah membuat janji temu dengan Camille Desoutter malam ini di hotel. Beliau akan membawakan gaun untukmu." "Ca-camille Desoutter?" Erika langsung terbata mengeja nama designer terkenal yang ia sangat ingin sekali menjadi model gaun rancangannya. Karena itu pula, Erika rela melakukan pekerjaan part-time agar bisa membeli gaun rancangannya Camille Desoutter yang terbaru dan wanita itu hanya mengeluarkan satu saja, tidak ada duanya dimanapun di dunia. Entah apa tujuan Camille
Erika menghentikan langkah kaki dan berusaha menyentak genggamana tangan Hvitserk pada pergelangan tangannya.Walaupun Erika artis pendatang baru di Mussolini entertainment dan ditraining melakukan pekerjaan seperti pelayan wanita pada salah satu tempat hiburan milik Mussolini, Erika masih mampu menjaga kehormatan tubuhnya dengan baik."Kau mau pergi? Sudah tidak memerlukan gaun lagi untuk ke acara festival?" Hvitserk membalikkan tubuhnya ke belakang, memandang Erika lekat-lekat. Mereka sudah sampai di halaman hotel bagian pantai, beberapa langkah dari pintu lobi. "Aku tidak tau kenapa aku memiliki rasa bersalah padamu. Karena itu ijinkanlah aku bebas dari perasaan bersalah ini." Hvitserk mendesahkan napas beratnya ke samping, terlihat jelas jika asisten Felix tersebut sangat lelah."Tapi jika kau tak percaya padaku,kau boleh pergi. Nona Camille saat ini sudah dalam penerbangan dari Roma kemari. Berikan ponselmu, nanti ku hubungi jika Nona Camille sudah berada di sini" "Kau tidak m
Erika perlahan menurunkan tegak lututnya ketika Hvitserk mencondongkan tubuh sedikit maju seraya menatap lekat ke dalam netra matanya sambil berkata, "Aku belum menikah, tidak memiliki calon istri ataupun kekasih. Kau mau jadi kekasihku?" Erika masih mengunyah makanan di dalam mulutnya yang terasa sedikit alot untuk bisa ia telan segera dan Hvitserk terus menunggu sampai Erika selesai mengunyah makanan di mulutnya. Erika meraih gelas berisi air minum yang disodorkan Hvitserk ke depannya dan senyum pria itu tidak menyurut sedikitpun dari setelah memberikan pertanyaan yang membuat Erika merasa sangat salah melemparkan umpan sebelumnya. "Apakah berpacaran denganmu, harus melakukan sex?" Hvitserk menganggukkan kepala dan kini bibir pria itu semakin terkulum dengan senyum berpindah ke tatapan matanya memandang Erika. "Apakah juga harus berciuman?" lanjut Erika yang rasanya ingin ia getok sendiri kepalanya karena bisa-bisanya ia melontarkan pertanyaan yang begitu sensitif dan dirinya s
Veronica langsung bisa merasakan perubahan dalam diri Felix, begitu ia keluar dari dalam kamar mandi. "Makanlah dulu," Felix berkata yang meskipun pelan, telinga Veronica tetap bisa menangkap nada dingin di suara suaminya. Suami yang sesaat lalu masih mendesah serak meneriakkan namanya sangat merdu. Veronica menganggukkan kepala, ia tak ingin membantah juga berpikir jika emosi lelakinya berubah serius mungkin karena pekerjaan. Felix membilas tubuhnya dengan sangat cepat, bergegas keluar hanya melilitkan rendah handuk pada pinggang seksinya. "Kenapa kau makan sedikit sekali?"Felix melihat menu makanan di atas meja hampir tidak mengalami perubahan selain piring bernoda bumbu pasta. "Aku tidak terlalu lapar." Veronica menjawab dan perutnya entah kenapa tiba-tiba merasa tidak berselera melihat susunan makanan lezat di atas meja. "Duduklah di sini, makan bersamaku." Felix sudah memakai celana pendek menutupi bagian bawah tubuhnya, masih tanpa atasan, menghenyakkan diri menduduki ku