Silakan komen dan vote ya Sayang loh, nanti gems-nya hangus, kasih ke Felix aja semuanya hehehe Terima kasih & I love you all!
Matahari telah menampakkan wujudnya secara sempurna. Zeze dan Susie sedang berenang di kolam renang besar kediaman ketika Freyaa berlari-lari kecil mencari Felix di setiap ruangan yang ia perintahkan pelayan membukanya. "Silakan kembali, aku masih mau tidur lagi." Freyaa berkata tegas pada pelayan yang baru saja membukakan pintu ruangan kamar Zetha dan Luciano. Felix dan Veronica masih pulas, tidur berpelukan di atas ranjang. Freyaa menyingkap selimut dan melihat paman tampannya hanya mengenakan celana training panjang, pun juga dengan Veronica. Freyaa melepaskan atasan piyamanya sebelum ia meringkuk di belakang punggung Felix yang memeluk Veronica di depan dadanya. Ketika tubuh besar Felix bergerak hendak telentang, Freyaa langsung merengek manja namun tetap memejamkan kelopak matanya seolah sedang tertidur. "Freyaa?!"Felix langsung berbalik saat telinganya mendengar rengekan keponakan kecilnya. Freyaa membuka sedikit kelopak mata, beringsut naik untuk melilitkan lengan gempa
Veronica terbangun dari tidur ketika telinganya mendengar suara orang lain di sekitarnya, bukan suara usil Selena. Ia mengerjapkan kelopak mata, memandang syok pada pria tampan di depan wajahnya sedang tersenyum. Ya, Felix tersenyum. Senyum yang sangat manis. Sampai-sampai Veronica berpikir jika ia sedang bermimpi jika tak mendengar suara serak baritonnya. "Hei, Selamat pagi." Felix semakin melebarkan senyumnya, melihat wajah lucu Veronica yang memelototkan mata. "Kau tidak lupa 'kan, kalau siang ini kita akan menikah?" Veronica terbeliak, mengerjap beberapa kali. Refleks tangan Veronica menarik selimut untuk menutupi bagian atas tubuhnya yang ia ingat jika semalam, ralat dinihari tadi tidur tanpa atasan dalam pelukan Felix setelah cumbuan panas mereka. "Bersiaplah. Pelayan akan membantumu mandi." Felix sudah memakai kemeja lengan panjang yang ia lipat lengannya sampai siku. Sangat tampan juga wangi. "Aku tunggu di ruang kerja setelah kau berpakaian." Felix mendaratkan kecupan ke
"Kau tidak ingin menambahkan beberapa poin lagi?"Felix bertanya setelah Veronica memutar layar komputer untuk ia perlihatkan, telah selesai memasukkan poin-poin keinginannya yang membuat posisinya setara sebagai istri Felix, jika mereka memang benar-benar harus menikah. "Tidak. Itu sudah cukup!" Veronica menuliskan jika Felix tidak boleh menyakitinya, dirinya juga bukan budak yang tidak boleh menolak keinginan aneh Felix serta poin lainnya seandainya mereka memiliki anak dan keadaan menuntut mereka bercerai, Veronica tetap memiliki hak bertemu anaknya sebagai ibu yang melahirkan. Felix mengganti judul surat perjanjian yang sebelumnya adalah perjanjian nikah kontrak menjadi 'Perjanjian Cinta Felix dengan Veronica'. Terdengar ironis, karena Felix masih menolak mengakui perasaannya pada Veronica. Meski ia terkesan sengaja memanipulasi agar cantik itu mau menikah dengannya. Bahkan, batangnya tadi malam sudah separuh masuk ke dalam celah lembut Veronica. "Oke, itu bagus!" tanggap Vero
"Kakak yakin akan menikah?" Selena bertanya kembali memastikan keputusan Veronica yang akan menikah. "Mereka keluarga Salvatore, kak ..." Veronica membawa Selena duduk pada kursi, menggenggam erat telapak tangan adik perempuannya itu yang terasa dingin, "Ya, aku akan menikah dengan Felix Salvatore." sahut Veronica sembari menganggukkan kepala samar pada Selena. "Bagaimana kalau mereka tau jika kita adalah keturunan Papa, orang yang menyebabkan tragedi kematian Ibu dan paman mereka? "Kita berbeda dengan Efka." tukas Veronica cepat, menolak menyebut 'papa' ke pria yang juga telah menghancurkan keluarganya. "Ini sangat berisiko, kakak. Bagaimana jika mereka menyiksamu nanti? Aku tidak bisa membantumu ..." suara Selena semakin mencicit pedih. Veronica merengkuh kepala Selena untuk dia bawa ke depan dadanya, "Tidak akan terjadi hal yang buruk, selama kita berdua hidup. Percayalah, kakakmu ini bukanlah wanita lemah yang bisa ditindas lelaki." Selena mendongakkan wajahnya memandang lek
Usai menyantap hidangan bersama keluarganya, Felix membawa Veronica ke kamar pengantin mereka yang telah dipersiapkan dan dihiasi oleh Susie, Aghna juga Zeze. Hari masih menjelang sore, cuaca di luar terlihat sejuk tetapi di dalam kamar, kipas dari pendingin central hotel cukup dingin.Veronica merasakan tubuhnya merinding begitu memasuki ruangan kamar. Dimana Felix tidak melepaskan pegangan tangan dari pinggang rampingnya. Felix meraih remot AC di atas meja dan menyettingnya ke suhu paling dingin. Hidung Felix bisa mencium aroma dari sesuatu yang ia pinta Hvitserk siapkan sewaktu di parkir hotel, menguar dari bungkusan pewangi, tergantung di depan AC. Sudut bibir Felix menyunggingkan senyuman tipis, memuji ide luarbiasa Hvitserk, menggantungkan aroma zat perangsang di AC. "Apa kau gerah? Ingin mengganti gaunmu?" Felix menoleh bertanya pada Veronica yang sedang mengusap ujung hidungnya, berdiri di depan jendela kaca besar memperhatikan pemandangan luar. "Ada apa? Kau alergi aroma
Veronica bergegas meraih pakaian dalamnya yang terjatuh ke lantai oleh Felix, begitu ia melihat wajah suaminya tersebut mengeras serius saat menerima panggilan telpon yang samar-samar telinganya mendengar kalimat 'kecelakaan di restoran'. Felix pun juga menjangkau pakaiannya untuk ia pakai dengan sangat cepat setelah menutup panggilan telpon dari anak buahnya. "Ada apa?" Veronica memberanikan diri bertanya sesudah Felix mereguk besar air minum dalam gelas yang baru saja ia tuangkan di meja bar dan meletakkan gelas kosongnya ke atas meja. dekat Veronica. "Ada yang perlu ku lakukan. Tunggu saja di sini, nanti aku kembali." Veronica sudah bangkit dari ranjang sejak tadi, menggoyangkan tubuhnya, memakai gaun pengantinnya kembali tetapi bagian punggung terbuka karena kesulitan untuk mengancingkannya seorang diri. Felix sudah memakai sepatunya, melangkah terburu-buru menuju pintu, namun teriakan Veronica yang berlari di belakangnya, sontak membuat kening Felix mengernyit heran. "Ku bi
"Selena ...!"Mobil Felix belum berhenti sempurna, tapi Veronica sudah melompat turun dan berlari ke arah tenaga medis yang hendak memasukkan brangkar membawa Selena ke dalam ambulance untuk dibawa pergi ke rumah sakit setelah diberikan penanganan darurat. Bibir Selena tersenyum tipis, menyingkirkan nebulizer yang membantu pernapasan sesaknya, mengulurkan tangan meraih telapak tangan Veronica yang langsung menggenggamnya erat. "Kakak ...maaf, aku tidak bisa menyelamatkan para chef kita." Selena memang sedang berada di area bartender bersama Keanu sewaktu mendengar suara ledakan di dapur restoran. Ada lima chef yang sedang bekerja di dapur, tiga orang tewas terpanggang oleh ledakan gas, dua orang lainnya berhasil diselamatkan oleh Selena.Namun gedung restoran ambruk, Selena bersama dua orang chef hampir tertimpa tiang dan atap yang jatuh. Akibatnya mereka menjadi terkunci tidak bisa membuka pintu keluar dari area dapur yang tertutup puing.Keanu dan karyawan restoran berhasil meng
Di kediaman Felix, Zeze baru saja turun dari pohon, memetik banyak buah lemon bersama pelayan, untuk nanti diolah menjadi selai. "Zee, ada semut berdempetan!" Freyaa berteriak dengan suara sangat pelan mengibaskan telapak tangan agar saudarinya itu datang mendekat. "Aku sudah melihatnya sejak tadi, mereka terus berduaan!" tambah Freyaa sembari menunjuk dua ekor semut hitam berukuran besar sedang terlihat menyatu di dahan daun lemon. "Oh itu mereka sedang kawin." Zeze memberitahu asal pada Freyaa. Susie yang sedang mengumpulkan lemon ke dalam keranjang bersama pelayan, mengerutkan keningnya menahan senyum melirik Zeze yang sering berkata ceplos pada Freyaa. Sedangkan para pelayan menggigit bibir mereka masing-masing agar tidak meledakkan tawa. Sejak ada Zeze dan Freyaa, kediaman Felix tidak lagi sepi, dingin dan kaku seperti di Cape Town. Sepanjang hari, ada saja tingkah lucu menggemaskan dari Zeze dan Freyaa. Gelak tawa mereka yang melengking ceria, membuat para pelayan ikut senyu
Melihat Zeze membawa Freyaa di punggungnya, turun ke ruang tengah keluarga, semuanya langsung bernapas lega. Felix langsung menghampiri Zeze, meraih Freyaa yang tertawa ceria di punggung keponakannya itu, lalu menatap Zeze, "Kau baik-baik aja?"Zeze mengangguk cepat, "Uhm, aku baik-baik aja. Maaf, tadi perutku mulas jadi langsung pergi ke kamar."Felix tersenyum tipis, membelai pipi Zeze yang kemerahan ranum sehabis berendam, "Kau bohong pun, paman akan tetap percaya. Yang penting kau baik-baik aja, itu sudah cukup." Zeze berusaha menahan dirinya untuk tidak gugup, memindai sekelilingnya, memandang Zetha yang mengunci tatapan padanya, tetapi sebelum Zeze meghampiri Mumma cantknya, Luca sudah melangkah lebar langsung memeluknya. "Kemana kau pergi? Apakah kau sudah mengucapkan kata perpisahan dengan Knox?" bisik Luca sangat pelan di telinga Zeze yang ia dekap erat, tak bisa melepaskan diri. "Uhm. Aku bertemu dengannya di depan tadi." Zeze tahu tidak ada gunanya berbohong pada pamann
Setelah punggung Knox semakin menjauh tanpa satu kalipun menoleh ke belakang, Zeze segera pergi naik ke kamarnya dengan memanjat balkon dan mencongkel jendela. Kemudian mandi berendam air hangat di jacuzzi dengan sabun berbusa banyak juga sangat wangi. "Kau baik-baik aja? Boleh aku masuk?" Freyaa baru saja membuka pintu kamar mandi, bertanya pada Zeze yang menidurkan kepalanya pada tepian jacuzzi. "Kemarilah, temani aku berendam." Gegas Freyaa melucuti pakaiannya lalu masuk ke dalam jacuzzi dengan wajah riang memandang Zeze. "Paman Felix dan Paman Luca mengkuatirkanmu yang tiba-tiba menghilang. Mumma dan Didi juga ..." Zeze merengkuh pundak Freyaa, mengguyurnya dengan air berbusa sabun kemudian memijatnya pelan. "Tubuhku pegal, nanti gantian pijat aku, mau?" Zeze mengalihkan pembicaraan dan fokus Freyaa yang langsung mengangguk dan tertawa lebar tanpa suara. "Aku tidak pegal, berbaliklah, akan ku pijat punggungmu." Zeze memberikan kecupan cepat ke puncak bibir Freyaa, lalu seg
Tidak jauh dari posisi Zetha, Michele berdiri berpegangan pada teralis jendela, terus memperhatikan 'pertunjukan' tarian tongkat kayu Luca dan Zeze. "Kakimu bisa cepat pegal, duduklah." Megan membawakan kursi untuk Michele duduk. "Megan ..." Michele mendudukkan dirinya hati-hati pada kursi dan lengannya dipegangi Megan. "Kau bilang mereka tidak mau menerima hadiah dari Luca ...apakah ada diantara mereka yang memiliki golongan darah cocok dengan Zee?" tanya Michele tanpa memalingkan wajahnya dari Luca dan Zeze di halaman yang sengaja memprovokasi Arkada agar semakin menggigil ketakutan. “Untuk donor organ, tidak bisa hanya dari golongan darah yang cocok, Kakak Ipar. Tapi harus memperhatikan hal lainnya dan memastikannya cocok dengan Zee. Simon dan Sister Zetha sangat paham hal ini, saya kurang mengerti.” “Dunia Luca akan gelap dan ia bisa kehilangan dirinya jika terjadi sesuatu pada Zee. Kau dan aku tak akan bisa membantunya keluar dari kegelapan itu.” ucap Michele sangat pelan. M
Cuaca sedang cerah, salju turun sedikit seperti bunga dandelion yang berterbangan. Siapapun yang melihat salju seperti ini akan merasa hangat, penuh cinta dan harapan layaknya bunga dandelion yang sering dijadikan simbol untuk keinginan, harapan, dan impian.Bibir Zeze merekahkan senyuman lebar, meloncat berputar-putar di udara dengan tongkat kayu pada tangan berlawanan dengan Luca yang bersemangat ingin tahu kemampuan beladiri keponakannya sudah sejauh mana berkembang. "Paman ...aku melihat adegan ini di mimpiku!" Zeze berseru, baru saja memukul batang pohon ke arah Luca dan paman tampannya itu dibasahi bunga-bunga salju lebih banyak dari ranting pohon. "Apa yang kau lihat?" Luca bertanya mengejar Zeze. Zeze turun untuk mencari pijakan kakinya yang mendarat pada bahu Arkada, mengaitkan ujung jemari kaki telanjangnya ke tengkuk Arkada, kemudian menurunkan kepala ke tanah dan mendarat dengan kedua tangan. Luca bergegas menghampiri Zeze, menarik cepat pinggang keponakannya. Ia kuatir
Denyut kehidupan yang ceria dan riang menyemarakkan kediaman Johnson. Setiap wajah semua orang memperlihatkan senyum bahagia sejak Zeze siuman. Hanya Zetha, Luciano, Simon dan Jonathan yang berusaha menyembunyikan kekuatiran di dalam diri mereka. Zeze siuman, tetapi organ vital dalam tubuhnya entah sampai kapan kuat bertahan. Waktu mereka untuk mendapatkan pendonor semakin kritis. Empat orang pria yang sebelumnya hampir sekarat mengantarkan tanaman guna diekstrak menjadi ramuan anti racun untuk Zeze, sudah mulai membaik, namun masih membutuhkan perawatan dari team medis. Luca mengumumkan, "Walaupun kalian terlambat, tapi berhasil menyelamatkan hidup keponakanku. Hadiah tetap diberikan, lalu Megan akan memberikan kunci rumah dan mentransfer dana, termasuk biaya transportasi kalian sampai datang kemari." "Terima kasih, Bos." pria yang memimpin dan melapor saat baru tiba, menjawab perkataan Luca. Pria itu menoleh pada rekan-rekannya yang terbaring di sebelah, lalu memandang Luca kem
"Ehmm ...Ahh!" Freyaa bergumam dengan wajah puas dan kelopak matanya yang terpejam tiba-tiba terbuka terbeliak kaget."Untung pakai pampers, kikikik ...!" gadis kecil itu terkikik geli tanpa sadar, beringsut naik lalu mengangkat wajahnya tepat berada di depan wajah Zeze."Zee, aku baru saja mengompol." bisik Freyaa seraya memperhatikan wajah, kelopak mata, serta permukaan kulit saudarinya yang mulus dan bersih.Tiba-tiba sesuatu menjalar ke sela paha Freyaa, sebuah tangan."Zeeeee ...!" Freyaa terpekik terkejut tetapi ia semakin naik menduduki perut Zeze, tak peduli pampersnya yang sudah penuh berisi air seni.Freyaa menelungkup, membuka paksa kelopak mata Zeze yang tertutup dan ia semakin berteriak histeris juga tertawa tergelak bersamaan, melihat bola mata biru saudarinya bergerak-gerak."Zeeee!! Zeze-ku sudah bangun! Hak hak hak ..." Freyaa tertawa gembira hingga tubuh montoknya berguncang-guncang di atas per
Kepala Felix menggeleng tegas, "Aku mencintaimu Nicca. Aku sungguh jatuh cinta padamu."Felix meraih ujung jemari Veronica dan menggenggamnya sedikit kuat agar tidak bisa ditarik oleh istrinya, "Mungkin terdengar konyol bagimu, tapi aku benar-benar jatuh cinta sejak pertama kali melihatmu turun dari lantai atas restoran waktu itu.""Aku pikir hal itu adalah dendam tetapi jantungku berdebar hangat. Aku berusaha meyakinkan diriku untuk tidak terjatuh mencintai mangsaku ...ya, saat itu dirimu bagiku adalah mangsa, target dan orang yang ingin ku bunuh karena sudah membuatku kehilangan Ibuku ..."Felix mendesah, membuang napasnya ke samping, lalu menatap netra Veronica kembali yang tetap menunggu mendengarkan dengan wajah datar, tetapi sebenarnya sudut bibirnya tersenyum masam."Aku hanya mencari pembenaran atas rasa sakit dan kehilanganku. Tapi juga bukan kebetulan dirmu dilindungi oleh Ibuku ketika kejadian tragedi itu." Felix kembali
Zetha melepaskan kateter urin juga tidak lagi memberikan infus ke Zeze setelah diberikan serum dari ekstrak tanaman. Ia dan Simon perlu mengamati keadaan Zeze. Semua orang sudah kembali ke kamar, tersisa Simon, Jonathan dan Freyaa serta anak serigala dan Blacky-serigala hitam dalam ruangan. Jonathan mendesak Luciano agar membawa Zetha istirahat, karena putrinya itu benar-benar terlihat sangat lelah. Beberapa puluh menit lalu, ketika Zeze baru saja diberikan serum, anak serigala yang ditempatkan pada teras samping kediaman, tiba-tiba menggaruk pintu kamar Zeze. "Ibumu akan baik-baik aja." Freyaa membelai puncak kepala anak serigala yang seperti anak anjing, berputar-putar di lantai, tidak sabar ingin melompat naik ke atas tubuh Zeze di atas ranjang. Blacky terlihat sangat tenang, menelungkup diam di dekat pintu, matanya terus menatap ke arah ranjang, tempat Zeze berbaring. Jonathan tidak tahan melihat dua serigala itu yang bahkan terlihat sangat sedih dan baru kali ini pula beran
Zetha menyerahkan Freyaa yang pulas tertidur di gendongannya ke Luciano. Mereka berdua tersenyum tanpa daya, bagaimanapun mereka berdua sangat tahu jika Freyaa tidak bisa tidur istirahat dengan baik sejak Zeze 'terlelap'.Setelah mengakui kesalahannya, merasakan perhatian dan kasih sayang Zetha tidak berubah, perasaan bersalah dalam diri Freyaa perlahan terangkat dan hal ini membuat mental psikologisnya nyaman lalu secara otomatis tubuhnya rileks sehingga tertidur pulas.Sisi psikologis inilah yang dipikirkan Zetha sebagai dokter juga ibu. Jika ia menunjukkan sikap kecewanya pada Freyaa, bukan hanya Freyaa yang akan terluka, sedih dan menderita. Tetapi ia, Luciano juga Simon serta keluarga besarnya akan turut merasakan kesedihan yang mendalam.Karena mereka semua menyayangi dan mencintai Freyaa sama seperti perasaan mereka terhadap Zeze.Membesarkan anak bukan hanya memenuhi urusan sandang, pangan dan papannya saja, tetapi juga memenuhi