Nyonya Handoko tersenyum, dia langsung mengambil ponselnya untuk segera mendatangkan Dokter langganan."Tunggulah di sini, Dokter akan segera datang," ucap Nyonya Handoko."Dokter untuk apa?" tanya Sela."Kamu cantik dan dari keluarga kaya tapi kenapa bodoh," jawab Nyonya Handoko.Sela kesal dikatai bodoh bahkan dia menyindir kalau Nyonya Handoko dulu senang dengannya karena dari keluarga kaya. Dia yang menjodohkan kenapa sekarang ada orang baru dia mencemoohnya."Nenek lampir tidak tahu diri. Kamu menjodohkan anakmu denganku waktu itu karena hartaku banyak 'kan?" ucapnya kesal."Itu dulu, sebelum aku tahu dirimu yang sebenarnya!" seru Nyonya Handoko.Sela mengepalkan tangannya kesal dia menatap Nyonya Handoko penuh kebencian. "Ingat Sela setelah Dokter memeriksaku. Kamu harus menepati janjimu," ucap Dara."Aku tidak akan lupa janjiku. Tapi aku tak percaya kamu dan Rizal belum pernah melakukan itu," balas Sela.Sela melengos lalu duduk di sofa memainkan ponselnya. Dia tak sabar menun
Bima tersenyum ssnang, dia benar-benar bahagia mendengar hal ini, bukan karena Dara masih perawan tapi karena dia bisa menyingkirkan Sela dari hubungannya bersama Dara."Kamu apa tuli. Dokter bilang Dara masih perawan," ucap Bima penuh penekanan."Kamu pasti menyuap Dokter Richat," balas Sela."Aku ini seorang Dokter punya kode etik. Apa itu suap?" ucap Dokter Richat."Jangan banyak cakap lagi, kamu harus menepatu janjimu," imbuh Dara.Sela menggertakkan giginya karena kesal. Dia tidak menerima kenyatakan kalau Dara masih perawan. Padahal dia bertunangan dengan Rizal tidak mungkin kalau dahulu tak pernah disentuhnya."Kamu menyebut Rizal melulu apa kamu juga berhubungan dengan pria itu saat kami masih bertunangan?" tanya Dara."Kamu saja yang bodoh. Mempunyai tunangan tapi tidak diurus dengan baik," balas Sela sambil melengos."Jawab saja yang pasti tak usah bertele-tele," ucap Dara.sela memandang wanita itu penuh kebencian. Dia sedang memikirkan cara lagi agar Brian tak mempunyai ib
"Wanita itu semakin membuatku muak!" seru Sela.Sela menunjuk ke arah Dara dan Bima yang terlihat bahagia saat menggandeng Brian. "Sejak kapan Bima mempunyai banyak waktu luang. Dia itu seorang pecinta kerja," ucap Sela."Lalu kamu mau diam saja melihat mereka bahagia?" tanya Irma yang mempunyai kesempatan untuk membuat mereka berkelahi."Aku tidak akan tinggal diam," jawab Sela lalu dia turun dari mobil menghampiri Dara dan Bima. Dia menjambak Dara dari belakang dan mendorongnya."Tante," teriak Brian lalu membantunya berdiri."Apa kamu sudah gila!" seru Bima."Pelakor!" teriak Sela.Semua orang melihat ke arah teriakan Sela. Dia terus mengumpat dan memaki Dara sebagai seorang pelakor dan perusak hubungan orang."Hei siapa yang pelakor. Kamu hanya orang di masa lalu Bima," ucap Dara."Satu sekolah ini sudah tahu kalau aku adalah calon istri Bima," imbuh Dara.Banyak orang melihat sekilas perdebatan itu tapi langsung mengabaikan karena sudah tahu siapa yang berkelahi. Mereka sudah p
Sela tentu saja tidak ingin dihina terus-terusan seperti ini, apalagi dia sudah mengingatkan Dara untuk menjauhi Bima tapi tidak diindahkan. Di mata Sela dia semakin sombong karena anak dan mantan suaminya berada dipihaknya.“Tentu saja, aku akan membalas Dara berkali-kali lipat,” ucap Sela sembari mengepalkan tangannya.“Aku akan membantumu,” bisik Irma.“Irma, kamu jangan berpikir menggunakan tanganku untuk membalas dendam padaku,” balas Sela.“Aku membantumu bukan memanfaatkanmu.” Sahut Irma.Mereka berdua berjabat tangan lalu menyeringati tipis, mereka tampak senang ketika merencanakan kejahatan pada Dara yang mereka anggap sebagai musuh.***Saat menyetir Bima tampak kaget ketika melihat dua orang itu. Dia menghentikan mobil sejenak untuk memastikan.“Apa yang kamu lihat, Bima?” tanya Dara.“Tidak ada,” jawab Bima lalu melanjutkan menyetir mobilnya.“Aku kira ada hal yang mengejutkanmu,” balas Dara.“Aku hanya kepikiran pekerjaan saja,” ucap Bima.“Setelah mengantar kami, kamu ke
“Dokter,” Jawab Romi menyeringai tipis. Dia sebenarnya membohongi Bima yang dia telpon bukanlah Dokter sungguhan.“Cepat pesankan hotel,” perintah Bima.Romi segera memesan hotel terdekat di perusahaannya. Dia memesan presiden suit agar Bima bisa beristirahat dengan tenang. Romi juga sudah menyiapkan air dingin untuk Bima berendam di sana.“Hais, sepertinya Bima harus segera menikah,” gumam Romi.“Apa yang kamu lakukan, kembalilah ke perusahaan dan urus semuanya untukku,” perintah Bima.“Baiklah, Bos,” jawab Romi.Romi pergi meninggalkan kamar itu, dia menyeringai tipis lagi sambil bergumam, “Pertunjukan bagus akan segera terjadi,” lalu dia melanjutkan perjalannnya.Sampai lantai bawah dia bertemu dengan Sera, wanita itu tentu saja tahu kalau ada Romi pasti ada Bima. Dia terus mencecar Romi dimana keberadaan Bima.“Kalau ditambah bumbu sedikit, mungkin akan lebih seru,” gumam Romi dalam hatinya.“Kamu jangan menipuku, dimana Bima sekarang?” tanya Sela.“Di kamar nomor empat, lima, nol
Sela merasa menang bisa membuat hati Dara panas, dia ingin menunjukkan pada Dara kalau dia adalah pemenang sesungguhnya. Membuat hubungan mereka retak adalah tujuannya.“Aku tahu kalau kamu masuk tanpa diundang ke sini, ‘kan?” balas Dara lalu dia duduk di sofa.“Kamu ini terlalu bodoh, tentu saja aku baru saja melayaninya. Dia sekarang sedang mandi karena di tubuhnya mengeluarkan keringat yang banyak,” ucap Sela.Sela semakin menjadi ingin meruntuhkan kepercayaan Dara pada Bima. Dia ingin mereka secepatnya berpisah. Tersirat raut wajah kekesalan di benak Dara tapi dia harus tahan agar bisa mendapatkan fakta yang sesungguhnya. Bisa saja Sela hanya omong kosong belaka.“Kenapa diam saja di situ, pergi saja. Bima tidak membutuhkanmu di sini,” ucap Sela.“Aku tidak mau pergi jika tidak Bima yang mengusirku,” balas Dara.Sela menarik lengan tangan Dara dan menariknya agar berdiri dan keluar dari kamar hotel itu. Hanya dia yang boleh melayani Bima saat ini. Tidak boleh Dara atau wanita lain
Bima hanya berpura-pura. Dia ingin dimanja oleh Dara saja. Dara yang panik langsung duduk di sampingnya, mengecek kening Bima panas atau dingin lalu dia mengambil termometer di tasnya."Kita cek suhu tubumu dulu," ucap Dara."Sebenarnya kamu ini kenapa?"tanya Dara."Rasa itu muncul lagi," jawab Bima sambil menatap Dara.Tatapan Bima terlihat sendu, Dara sampai merinding dibuatnya. Sebenarnya rasa apa yang muncul lagi."Ra-sa apa?" tanya Dara yang tak mengerti."Rasa ingin bercinta," jawab Bima lalu meraih tubuh Dara dan mencium bibirnya.Bima sudah lama menahan rasa itu dan kini dia tak kuat untuk menahan lagi. Bima menjatuhkan Dara ke sofa dan dia memegang kendalo atas Dara.Krieettt ... Pintu terbuka, dia adalah Romi membuat Bima dan Dara terkejut dan salah tingkah dibuatnya kini mereka duduk bersebelahan karena ada Romi."Maafkan aku, sepertinya aku salah waktu," ucap Romi sambil menutup matanya."Ini bukan seperti yang kamu pikirkan," balas Dara canggung."Ada apa Romi?" tanya Bim
Dara sangat malu terlihat orang seperti ini. Bima tidur dalam pelukannya hal seperti ini akan membuat orang salah paham."A-ku," ucap Dara tertatih."Kamu sungguh murahan!" teriak orang itu."Sekretaris Caca, bukan seperti yang kamu lihat," balas Dara.Mendengar suara berisik membuat Bima terbangun, padahal dia baru saja merasakan kenyamanan tidur di pelukan Dara. "Ada apa ribut-ribut?" keluh Bima sambil mengucek matanya."Ada dia," jawab Dara.Bima melihat ke telunjuk Dara. Ternyata itu sekretarisnya. Dia melotot ke arah wanita itu karena telah mengganggu ketentramannya."Ada apa. Siapa yang memberimu akses masuk?" gertak Bima."Sa-ya, maafkan saya," jawab Sekretaris Chaca lalu menunduk."Pak Romi yang memberi saya akses karena ini sangat penting," imbuh Sekretaris Chaca.Bima melihat ke arah wanita itu dengan kesal. Kenapa dia tidak memencet bel dulu. Pasti dia melihat apa yang telah terjadi dan membuat Dara canggung. Tidak mungkin dia tidak bergosip di perusahaan nanti saat kembal