"Wanita itu semakin membuatku muak!" seru Sela.Sela menunjuk ke arah Dara dan Bima yang terlihat bahagia saat menggandeng Brian. "Sejak kapan Bima mempunyai banyak waktu luang. Dia itu seorang pecinta kerja," ucap Sela."Lalu kamu mau diam saja melihat mereka bahagia?" tanya Irma yang mempunyai kesempatan untuk membuat mereka berkelahi."Aku tidak akan tinggal diam," jawab Sela lalu dia turun dari mobil menghampiri Dara dan Bima. Dia menjambak Dara dari belakang dan mendorongnya."Tante," teriak Brian lalu membantunya berdiri."Apa kamu sudah gila!" seru Bima."Pelakor!" teriak Sela.Semua orang melihat ke arah teriakan Sela. Dia terus mengumpat dan memaki Dara sebagai seorang pelakor dan perusak hubungan orang."Hei siapa yang pelakor. Kamu hanya orang di masa lalu Bima," ucap Dara."Satu sekolah ini sudah tahu kalau aku adalah calon istri Bima," imbuh Dara.Banyak orang melihat sekilas perdebatan itu tapi langsung mengabaikan karena sudah tahu siapa yang berkelahi. Mereka sudah p
Sela tentu saja tidak ingin dihina terus-terusan seperti ini, apalagi dia sudah mengingatkan Dara untuk menjauhi Bima tapi tidak diindahkan. Di mata Sela dia semakin sombong karena anak dan mantan suaminya berada dipihaknya.“Tentu saja, aku akan membalas Dara berkali-kali lipat,” ucap Sela sembari mengepalkan tangannya.“Aku akan membantumu,” bisik Irma.“Irma, kamu jangan berpikir menggunakan tanganku untuk membalas dendam padaku,” balas Sela.“Aku membantumu bukan memanfaatkanmu.” Sahut Irma.Mereka berdua berjabat tangan lalu menyeringati tipis, mereka tampak senang ketika merencanakan kejahatan pada Dara yang mereka anggap sebagai musuh.***Saat menyetir Bima tampak kaget ketika melihat dua orang itu. Dia menghentikan mobil sejenak untuk memastikan.“Apa yang kamu lihat, Bima?” tanya Dara.“Tidak ada,” jawab Bima lalu melanjutkan menyetir mobilnya.“Aku kira ada hal yang mengejutkanmu,” balas Dara.“Aku hanya kepikiran pekerjaan saja,” ucap Bima.“Setelah mengantar kami, kamu ke
“Dokter,” Jawab Romi menyeringai tipis. Dia sebenarnya membohongi Bima yang dia telpon bukanlah Dokter sungguhan.“Cepat pesankan hotel,” perintah Bima.Romi segera memesan hotel terdekat di perusahaannya. Dia memesan presiden suit agar Bima bisa beristirahat dengan tenang. Romi juga sudah menyiapkan air dingin untuk Bima berendam di sana.“Hais, sepertinya Bima harus segera menikah,” gumam Romi.“Apa yang kamu lakukan, kembalilah ke perusahaan dan urus semuanya untukku,” perintah Bima.“Baiklah, Bos,” jawab Romi.Romi pergi meninggalkan kamar itu, dia menyeringai tipis lagi sambil bergumam, “Pertunjukan bagus akan segera terjadi,” lalu dia melanjutkan perjalannnya.Sampai lantai bawah dia bertemu dengan Sera, wanita itu tentu saja tahu kalau ada Romi pasti ada Bima. Dia terus mencecar Romi dimana keberadaan Bima.“Kalau ditambah bumbu sedikit, mungkin akan lebih seru,” gumam Romi dalam hatinya.“Kamu jangan menipuku, dimana Bima sekarang?” tanya Sela.“Di kamar nomor empat, lima, nol
Sela merasa menang bisa membuat hati Dara panas, dia ingin menunjukkan pada Dara kalau dia adalah pemenang sesungguhnya. Membuat hubungan mereka retak adalah tujuannya.“Aku tahu kalau kamu masuk tanpa diundang ke sini, ‘kan?” balas Dara lalu dia duduk di sofa.“Kamu ini terlalu bodoh, tentu saja aku baru saja melayaninya. Dia sekarang sedang mandi karena di tubuhnya mengeluarkan keringat yang banyak,” ucap Sela.Sela semakin menjadi ingin meruntuhkan kepercayaan Dara pada Bima. Dia ingin mereka secepatnya berpisah. Tersirat raut wajah kekesalan di benak Dara tapi dia harus tahan agar bisa mendapatkan fakta yang sesungguhnya. Bisa saja Sela hanya omong kosong belaka.“Kenapa diam saja di situ, pergi saja. Bima tidak membutuhkanmu di sini,” ucap Sela.“Aku tidak mau pergi jika tidak Bima yang mengusirku,” balas Dara.Sela menarik lengan tangan Dara dan menariknya agar berdiri dan keluar dari kamar hotel itu. Hanya dia yang boleh melayani Bima saat ini. Tidak boleh Dara atau wanita lain
Bima hanya berpura-pura. Dia ingin dimanja oleh Dara saja. Dara yang panik langsung duduk di sampingnya, mengecek kening Bima panas atau dingin lalu dia mengambil termometer di tasnya."Kita cek suhu tubumu dulu," ucap Dara."Sebenarnya kamu ini kenapa?"tanya Dara."Rasa itu muncul lagi," jawab Bima sambil menatap Dara.Tatapan Bima terlihat sendu, Dara sampai merinding dibuatnya. Sebenarnya rasa apa yang muncul lagi."Ra-sa apa?" tanya Dara yang tak mengerti."Rasa ingin bercinta," jawab Bima lalu meraih tubuh Dara dan mencium bibirnya.Bima sudah lama menahan rasa itu dan kini dia tak kuat untuk menahan lagi. Bima menjatuhkan Dara ke sofa dan dia memegang kendalo atas Dara.Krieettt ... Pintu terbuka, dia adalah Romi membuat Bima dan Dara terkejut dan salah tingkah dibuatnya kini mereka duduk bersebelahan karena ada Romi."Maafkan aku, sepertinya aku salah waktu," ucap Romi sambil menutup matanya."Ini bukan seperti yang kamu pikirkan," balas Dara canggung."Ada apa Romi?" tanya Bim
Dara sangat malu terlihat orang seperti ini. Bima tidur dalam pelukannya hal seperti ini akan membuat orang salah paham."A-ku," ucap Dara tertatih."Kamu sungguh murahan!" teriak orang itu."Sekretaris Caca, bukan seperti yang kamu lihat," balas Dara.Mendengar suara berisik membuat Bima terbangun, padahal dia baru saja merasakan kenyamanan tidur di pelukan Dara. "Ada apa ribut-ribut?" keluh Bima sambil mengucek matanya."Ada dia," jawab Dara.Bima melihat ke telunjuk Dara. Ternyata itu sekretarisnya. Dia melotot ke arah wanita itu karena telah mengganggu ketentramannya."Ada apa. Siapa yang memberimu akses masuk?" gertak Bima."Sa-ya, maafkan saya," jawab Sekretaris Chaca lalu menunduk."Pak Romi yang memberi saya akses karena ini sangat penting," imbuh Sekretaris Chaca.Bima melihat ke arah wanita itu dengan kesal. Kenapa dia tidak memencet bel dulu. Pasti dia melihat apa yang telah terjadi dan membuat Dara canggung. Tidak mungkin dia tidak bergosip di perusahaan nanti saat kembal
Bima termenung mendengar pertanyaan itu, dia bingung harus menjawab apa. Kalau dijawab kelilipan pasti dia tidak akan mempercayainya. Dia lebih mengekpresikan kemarahannya kepada Romi yang berada di samping Brian, matanya melotot menunjukkan kemarahan.“Tante hanya kepikiran ayah dan ibu Tante di kampung halaman,” jawab Dara sambil mengelap air matanya.“Apakah seperti itu?” tanya Brian lalu mendekat ke Dara.“Iya, Tante kangen mereka,” jawab Dara pelan.“Kalau begitu, kita ke kampung halaman Tante saja,” ucap Brian sambil tersenyum.Dara mengecup kening Brian dengan lembut, tapi kalau dia pulang kampung dengan membawa Bima dan Brian dan bertemu dengan orang tuanya. Pasti akan banyak pertanyaan yang dia dapatkan. Dara sudah terlanjur mengatakan itu sebagai alasan bagaimana dia harus membuat alsan lagi, dia menjadi canggung sendiri.“Brian, kita akan pulang ke kampung halaman Tante Dara kalau waktunya sudah tepat, ya,” bisik Bima.“Tante Dara menangis karena merindukan orang tuanya, Ya
Rizal masih mengepalkan tangannya, dia merasa kalau Rizal tak bisa mendapatkan Dara semua lelaki tidak boleh mendapatkannya.“Aku akan melakukannya segera mungkin,” ucap Rizal.“Aku akan mendukungmu segenap hati,” balas Irma.Rizal tidak tahu perasaannya kini. Dia dan Irma hanya hubungan yang saling menguntungkan belaka. Hatinya tetap ingin bersama Dara. Dia malah ingin menjadikan Dara sebagai selir saat sudah menikah dengan Irma bagaimanapun mereka telah bersama selama tujuh tahun lamanya menjalin cinta.“Irma, aku sedang tidak mood melakukan itu,” ucap Rizal sambil mendorong Irma.“Kenapa? Biasanya kamu selalu bergairah saat bersamaku?” tanya Irma sambil memeluk Rizal.“Kali ini aku sedang lelah, besok saja,” jawab Rizal lalu meninggalkan ranjangnya.Rizal pergi ke kamar mandi dan mendinginkan tubuhnya. Guyuran air shower membuat tubuhnya rilex. Irma yang sudah bergairah tiba-tiba ditinggal membuat dia sangat kesal. Dia mengambil ponselnya dan menelpon Sela.***“Apa kamu butuh bant
Nyonya Handoko menggelengkan kepalanya, ini bukan kado untuk Brian tapi seserahan untuk dibawa ke rumah Dara.“Seserahan?” tanya Brian.“Iya sayang, ini untuk ibumu,” jawab Nyonya Handoko.Brian terlihat pusing tidak mengerti apa yang dikatakan oleh neneknya, lalu kakeknya menjelaskan apa itu seserahan secara singkat dan padat pada Brian. Barang yang harus dibawa dari mempelai lelaki ke mempelai wanita.“Oh jadi seperti itu,” ucap Brian.“Betul, besok kamu bantu ayahmu untuk membawa barang seserahan ini untuk ibumu, ya,” balas Tuan Handoko.“Siap,” jawab Brian bersemangat.Hari ini semua orang tampak sibuk mempersiapkan pernikahan Bima dan Dara. Banyak sekali yang mereka akan bawa, mulai dari seserahan inti sampai seserahan berupa makanan ringan, makanan khas daerah hingga pernak-pernik yang lainnya.“Kenapa banyak orang di rumahku,” gumam Brian yang tak biasa ada begitu banyak orang di rumah.“Semua orang ini adalah saudaramu, mereka akan ikut ke pernikahan ayah dan ibumu,” jawab Tua
“Aku tidak akan melanjutkan lagi kerja sama kerja dengan perusahaan kalian,” jawab Bima.Raut wajah Bima sangat marah, dia menatap jijik beberapa pria yang berada di ruang vip tersebut. Bima sangat tidak senang seseorang yang licik dan berbuat tidak baik.“Ke-napa?” tanya partner kerja itu terbata.“Karena aku sungguh tidak suka orang yang berpikir sempit,” jawab Bima.Romi mendekati mereka, lalu membisikkan kata, “Kalian ketahuan merencanakan sesuatu,”Raut pria itu terkejut, sebentar saja kenapa rancananya sudah ketahuan, apakah Bima hanya sekedar pura-pura mabuk saja. Romi mengikuti Bima pergi dari bar itu, mereka langsung pulang karena sudah lelah. Sela yang berusaha mengejar Bima dengan pakaian yang sexy menjadi mainan pria hidung belang yang melihatnya. Semua itu adalah balasan dari rencana jahatnya sendiri, kenapa harus berbuat jahat kalau ada jalan yang baik.***“Ayah, kenapa baru pulang, apa ayah lupa sehari lagi, ayah akan menikah,” ucap Brian.“Kamu kenapa belum tidur?” ta
Romi masih menentang Bima meminum gelas itu. Dia takut karena mungkin saja sudah dicampur dengan sesuatu yang dapat mencelakainya."Hentikan Bima," ucap Romi."Tuan Romi, kenapa Anda sepertinya khawatir dengan bos Anda?" tanya Partner kerja."Kalau terjadi sesuatu pada bos saya. Tidak ada yang menggaji saya lagi," jawab Romi.Partnet kerjasama itu menertawakan Romi. Seperti Bima akan diracuni saja, padahal hanya sebatas minum. "Minuman ini aman, biar aku tunjukkan padamu kalau minuman ini benar-benar aman," ucap Parter kerja itu."Lihat baik-baik aku minum minuman ini," imbuh partner kerja satu lagi.Mereka meneguk dari botol sekaligus sampai setengah botol, lalu mengusap mulutnya dengan punggung tangan."Bagaimana apa kalian berdua percaya sekarang?" tanya partner kerja itu. Bima melirik Romi yang begitu khawatir, Bima mengangguk pelan sehingga Romi tak melarang Bima untuk minum minuman yang diberikan oleh Partner kerjanya. “Aku percaya kalian. Berikan satu gelas bir padaku,” jawab
Mobil melaju dengan kencang ke arah Dara yang sedang jalan-jalan. Banyak orang berteriak, meminta Dara dan keluarganya segera menepi. Menyadari ada mobil yang mengintainya, Dara segera melindungi Brian dan Ibunya dengan cara menarik ke tepi agar tidak tertabrak mobil.“Sial, kenapa tidak kena,” gumam Irma yang sedang menargetkan Dara. Irma segera pergi meninggalkan jalanan itu agar tidak menjadi bulan-bulanan masa.***“Kamu tidak apa-apa, Nak,” ucap Dara sambil melihat keseluruh tubuh Brian. “Tidak,” jawab Brian lirih, dia masih syok.“Putriku, cucuku, apa kalian baik-baik saja,” imbuh Nyonya Subroto.“Aku tidak apa-apa,” jawab Dara yang masih deg-degan.Beberapa orang menghampiri Dara lalu memberikan air minum agar tidak syok, diantara mereka ada yang sudah merekam mobil melaju kencang dan tercantum plat mobilnya.“Terima kasih semuanya,” ucap Nyonya Subroto.“Bu, ayo kita pulang, Brian sepertinya masih syok atas insiden ini,” bisik Dara.Tadi saat
Walau sama-sama jalang tapi Irma belum pernah menikah. Belum pula melahirkan anak, dia masih pantas menikah dengan seorang bujang. Sedangkan Sela sudah pernah melahirkan anak dan berstatus janda. "Sela, tapi kamu tetap kalah dengan seorang gadis yang belum pernah melahirkan," ucap Irma."Mimpi saja kalau kamu merasa menang dariku," bisik Sela."Hehe ... Pada akhirnya kamu dikalahkan oleh Dara. Seorang gadis yang merebut anak, suami, juga harta yang dimiliki oleh Bima dan anakmu," ledek Irma.Sela menjadi meradang karena ucapan Irma. Wanita licik itu memang selalu berhasil membuat hati orang panas."Kurang ajar!" umpat Sela."Siapa yang kurang ajar. Aku atau gadis yang merebut semua perhatian yang seharusnya milikmu?" tanya Irma tapi sebenarnya meledek Sela."Kamu dan wanita itu sama saja. Bedanya Dara orang kaya dan kamu kalau tidak jadi simpanan orang adalah orang miskin," jawab Irma kesal.Irma ikut tersulut emosi, memang keluarganya tak kaya. Tapi bermodal wajah cantik dia berhasi
Brian menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin ikut dengan Sela yang jahat melebihi ibu tiri."Kakek, kalau aku ikut Ibu Sela disiksa nanti bagaimana. Tak dikasih makan?" tanya Brian."Ibu Sela juga menyayangimu. Pasti kamu akan dikasih makan dan tidak akan disiksa?" jawab Tuan Subroto."Sini Brian," ucap Sela sambil menarik lengan tangan Brian kasar."Kakek," panggil Brian sambil menarik lengan tangan Tuan Subroto.Melihat tabiat Sela yang begitu kasar Tuan Subroto tidak tega melepas Brian dengan ibu kandungnya."Sela, kamu lihat sendiri 'kan. Brian tidak mau pergi denganmu," ucap Tuan Subroto."Itu karena Anda sudah menghasut anakku agar tak mau ikut bersamaku," balas Sela kesal."Kakek aku takut," ucap Brian lalu merangkul kaki Tuan Subroto."Tidak usah takut, ada kakek," balas Tuan Subroto.Tuan Subroto memandang Sela yang masih meluapkan amarahnya. Sela masih ingin membawa Brian pergi bersama dengannya. "Anak kecil itu tahu siapa yang tulus dan tidak," ucap Tuan Subroto."Alah o
Sekretaris Lina sangat kaget dengan suara seseorang yang membisikkan hal buruk padanya. Gadis itu menoleh dan ternyata orang itu sangat dia kenal, wanita itu menyungingkan senyuman dan melambaikan tangan."Kamu?" ucap Sekretaris Lina."Kenapa kaget begitu melihatku. Aku ini mantan nyonya bosmu, 'kan," jawab Sela."Hanya mantan saja, Anda ada perlu apa ke sini," balas Sekretaris Lina."Lina sepertinya kamu menganggap dirimu tinggi. Aku akan bilang pada Bima kalau kamu mendambakan Bima untuk menjadi suamimu," ancam Sela.Sekretaris Lina agak gugup tapi kalau sampai mulut Sela ember dia akan mendapatkan mala petaka. Bima sangat tidak suka dengan wanita genit yang mendekatinya."Silahkan saja. Semua wanita mendambakan Pak Bima untuk menjadi suaminya. Itu hal yang wajar termasuk Anda," balas Sekretaris Lina."Kurang ajar kamu, Lina," bentak Sela seraya melayangkan tamparan pada Lina.Saat Sela menampar Lina kebetulan pintu kantoe Bima terbuka. Romi dan Bima sedang ingin keluar dari ruangan
Brian sangat senang ternyata dari keluarga Dara sangat memperhatikannya. Berarti kehadirannya juga akan diterima di keluarga ibu sambungnya itu.“Aku sangat menyukai semua masakan Ibu,” jawab Brian.“Memangnya ibumu bisa memasak?” tanya Nyonya Subroto.“Bisalah, dan masakannya sangat enak,” jawab Brian.Tuan Subroto memeluk Brian, dia mengecup pipi Brian sebagai bentuk ucapan terima kasih karena telah menerima putri semata wayangnya sebagai ibu.“Terima kasih telah menyayangi Dara,” ucap Tuan Subroto.“Aku harus menyayanginya, karena Dara adalah ibuku,” jawab Brian bersemangat.Tuan Subroto iku senang dan tertawa bersama Brian. Beliau mengelus rambut Brian dengan lembut, mempunyai cucu sambung tidak masalah baginya yang penting Dara dan anak sambungnya saling menyayangi.“Apa kakek boleh minta sesuatu padamu?” tanya Tuan Subroto.“Apa itu, Kek,” jawab Brian.“Kelak kamu sudah tumbuh dewasa, kamu harus mencintai ibumu, juga adikmu kalau memiliki adik,” balas Tuan Subroto.“Kalau ibu p
Romi mengangguk yang menandakan kalau apa yang akan dia sampaikan adalah hal yang sangat penting.Tuan Subroto langsung mengajaknya ke kantornya."Masuklah, Romi," ajak Tuan Subroto."Terima kasih," balas Romi."Duduklah, jadi hal penting apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Tuan Subroto."Ini mengenai Dara," jawab Romi.Romi menjelaskan secara detail apa yang dia dengar. Romi hanya ingin menyampaikan fakta agar Tuan Subroto berjaga-jaga supaya hal yang tidak diinginkan menjelang pernikahan Bima dan Dara tidak terjadi."Kurang ajar lelaki itu. Beraninya berpikir kotor tentang putriku," gumam Tuan Subroto."Aku hanya menyampaikan apa yang terdengar saja," ucap Romi seraya memberikan rekaman untuk Tuan Subroto.Tuan Subroto semakin geram mendengar bukti rekaman itu. Beliau memutuskan untuk menyewa bodyguard untuk mengamankan putrinya. Tidak ada satu orangpun yang bisa menyakiti Dara selama Tuan Subroto masih hidup."Romi, terima kasih atas kerja kerasmu. Aku akan memberimu imbalan," uc