"Av ..." panggil seorang wanita berbaju putih membangunkan Avery dari tidurnya.
Avery mengucek matanya dan berusaha melihat dengan jelas wajah dari suara wanita yang memanggilnya.
"Ibu ..." sapa Avery.
"Apa kabar, Sayang?" tanya Veronica. Wajahnya bersinar dengan terang seperti seorang malaikat.
"Aku baik, Bu. Ibu bagaimana?"
"Aku juga baik disini. Apa kamu sedang ada masalah, Av?" tanya Veronica dengan lembut. Ia selalu tahu bagaimana caranya menenangkan hati Avery yang galau.
"Aku sedang mencari Rosalind. Aku tidak tahu dimana dia berada, Bu," ucap Avery memberitahukan kegalauannya.
"Rosalind baik-baik saja, Av." Veronica mengusap kepala Avery dengan lembut.
"Terima kasih, Bu." Avery tersenyum lega.
“Av, maafkan ibu karena harus meninggalkan kamu terlebih dahulu,” ucap Veronica lirih. Ia mengenakan baju putih. Wajahnya sangat cantik, rambutnya panjang terurai sebahu.
“Tidak ibu, jangan berbicara seperti itu, jangan tinggalkan aku sendiri lagi. Aku butuh Ibu sekarang,” mohon Avery sambil menangis menggenggam erat tangan ibunya.
“Jagalah ayah, jangan tinggalkan dia sendiri. Berikan cintamu kepada ayah. Dia sudah renta saat ini,” pinta Veronica sambil tersenyum memandang Avery.
“Aku benci ayah, Bu. Please Bu, jangan tinggalkan aku sendiri, aku tidak sanggup,” ucap Avery meraung-raung melihat ibunya semakin lemah.
“Ibu sayang padamu. Kamu harus kuat!” ucap Veronica lembut untuk menguatkan hati Avery yang sedang bersedih.
“Aku sayang pada Ibu. Jangan tinggalkan aku, Bu. Aku mohon,” ucap Avery menangis meraung sambil memeluk Veronica erat.
“Kak,” panggil seorang wanita lagi kepada Avery. Ia adalah Rosalind yang sekarang berjalan mendekati Veronica.
“Rosa, kenapa kamu ada di sini?” tanya Avery bingung, “Mengapa kamu memakai baju putih sama seperti Ibu?” Avery memperhatikan wajah Rosa yang bersinar sambil menggendong bayi, tubuhnya sangat kurus dan memakai baju berwarna senada dengan Veronica. “Siapa anak itu, Rosa?” tanya Avery penasaran menunjuk bayi yang berada di gendongan Rosalind.
“Ini anakku, Kak,” jawab Rosalind tersenyum sambil memperlihatkan anak di pangkuannya.
“Anak? Sejak kapan kamu punya anak?” tanya Avery penasaran.
“Hihihi … aku belum sempat mengabarkannya kepada Kakak, coba lihat dia, ganteng kan, anakku ini?” jawab Rosalind tertawa geli memperlihatkan wajah bayinya.
“Wah, ganteng sekali,” puji Avery sambil memperhatikan wajah bayi.
“Kak,” ucap Rosalind pelan.
“Kenapa?” Avery masih memperhatikan wajah dari bayi Rosalind yang sangat tampan.
“Aku, Ibu dan Gio pergi dulu ya?” ucap Rosalind pamit.
“Kalian mau kemana?” tanya Avery bingung.
“Kami ingin beristirahat sejenak, tapi kami semua akan menjagamu dari sini. Kami selalu berada di sisimu,” ucap Veronica perlahan menghilang bersama Rosalind dan bayinya.
“Kalian jangan tinggalkan aku! Aku tidak mau ditinggal sendiri. Bawa aku! Aku mau ikut!” teriak Avery keras.
“Kakak harus menjaga Ayah. Jangan pernah tinggalkan Ayah sendiri,” ucap Rosalind lembut.
“Aku tidak mau! Aku mau ikut bersama kalian!” teriak Avery tidak terima.
“Berbahagialah Avery.” Veronica, Rosalind dan Gio semakin lama semakin menghilang dari pandangan Avery. Avery berusaha mengejar mereka tapi mereka sudah menghilang dari hadapan Avery.
“Jangan tinggalkan aku ...” Avery berlutut dan berteriak, mereka semua sudah pergi tanpa Avery bisa mengejarnya.
Avery tersentak dari tidurnya yang terasa panjang, air mata jatuh di pipinya tanpa ia bisa hentikan.
“Ibu, Rosa, … jangan tinggalkan aku,” ucap Avery terisak, “Rosa, jangan tinggalkan aku. Aku akan bertemu denganmu secepatnya. Aku pasti bisa menemukanmu, Rosa.”
Avery tidak mau membuang waktunya lagi, ia harus mencari Rosalind.
Setelah selesai merapikan diri, Avery langsung turun ke lantai satu untuk bertemu dengan ayahnya. Ia ingin bertanya tentang semua hasil pencarian Rosalind. Avery mencari ayahnya di sekeliling rumah, dan akhirnya ia menemukan ayahnya sedang sarapan pagi, ditemani oleh sandwich dan susu segar seperti biasanya.
“Hmm … bolehkah aku duduk di sini?” tanya Avery canggung.
“Tentu.” Jordan mempersilahkan Avery untuk duduk.
“Aku ingin bertanya,”ucap Avery membuka pembicaraan.
“Sarapanlah terlebih dahulu. Sandwich dan susu?” tawar Jordan pada Avery.
“Sure.” Avery mengangguk. Jordan dengan senang hati membuatkan sandwich berisi telur, tomat dan keju. Setelah selesai, ia menyerahkan sandwich buatannya kepada Avery.
“Thanks,” jawab Avery singkat. Ia sangat menikmati sarapan yang dibuat oleh Jordan. Sebenarnya ia rindu dibuatkan sarapan oleh ayahnya yang dahulu sangat memanjakannya. Ia juga rindu dengan suasana sarapan yang ramai tujuh tahun lalu. Sayangnya semua sudah hilang.
“Bagaimana keadaan ibu?” tanya Jordan penasaran. Ia masih memendam rindu pada Veronica.
“Sudah meninggal,” balas Avery singkat.
“Me-meninggal? Bagaimana mungkin?” Jordan terkejut dengan kabar yang baru ia terima. Ia tidak menyangka istrinya sudah meninggal, bahkan ia tidak tahu tentang kabar itu.
“Ya mungkin saja. Bukankah kalian yang membuat Ibu meninggal?” ucap Avery sinis.
“Apa maksudmu, Av?” nada suara Jordan meninggi.
“Kamu dan Frecia. Kalian adalah pasangan selingkuh sejati. Jika kalian menikah, tidak usah memberitahukannya kepada Ibu. Cukup simpan saja kegiatan kalian untuk diri kalian sendiri!” balas Avery sengit.
“Menikah? Aku tidak menikah dengan siapapun, Av!” sanggah Jordan.
“Terserah, aku tidak peduli,” ucap Avery kesal. Ia memalingkan wajahnya dari Jordan.
“Tapi aku peduli Av! Kamu tidak bisa menuduhku begitu saja tanpa bukti!” teriak Jordan emosi karena selalu disudutkan oleh Avery.
“Bukti? Ini bukti untukmu!” Avery melempar handphone milik ibunya ke hadapan Jordan. Avery masih menyimpan semua chat yang diberikan oleh Frecia kepada Ibunya.
Mata Jordan membulat membaca semua chat dan foto yang dikirimkan oleh Frecia. Ia tidak menyangka Frecia akan berbuat sejauh itu untuk menyakiti hati sepupunya sendiri.
“Av, aku ….” Jordan tidak bisa berkata apa-apa karena emosinya sudah di ubun-ubun kepada Frecia. Ia baru mengetahui tindakan Frecia selama ini yang selalu menghasut Veronica untuk membencinya.
“Sudah! Tidak usah membela diri. Silahkan nikmati kebahagiaanmu sendiri. Aku tidak peduli,” putus Avery kesal.
“Av, aku janji akan meluruskan semuanya ...” ucap Jordan berkaca-kaca, menenangkan emosinya.
“Meluruskan apapun kepadaku adalah hal percuma. Semua yang kamu akan lakukan tidak akan pernah membuat ibuku hidup kembali!” ucap Avery ketus.
“Apakah ini yang membuat ibumu meninggal?” tanya Jordan lirih.
“Ya, ibu terkena sakit jantung setelah menerima chat terakhir dari Frecia. Aku harap kalian senang …,” ucap Avery bertambah sinis.
“Please, Av. Jangan berkata sinis seperti itu pada Ayahmu sendiri.”
“Kenapa? Apakah aku tidak berhak?”
“Baiklah, maafkan aku. Aku sudah berbuat salah.” Jordan menundukkan kepalanya. Kesedihan dan kekecewaan tampil di wajahnya yang sudah rapuh.
“Sudah, tidak usah membicarakan masa lalu. Sekarang yang aku mau tahu, bagaimana penyelidikan terhadap Rosalind?” ucap Avery mengakhiri perdebatan yang tidak akan terselesaikan.
“Aku sudah menyebar semua anak buahku untuk mencarinya, tapi sampai saat ini aku masih belum menemukannya.”
“Sudah dicari ke pedesaan?”
“Pedesaan?” Jordan menaikkan alisnya. Ia sama sekali tidak berpikir Rosalind akan pergi ke pedesaan.
“Terakhir kali, mungkin 1 minggu yang lalu, Rosa melakukan video call denganku. Ia berkata sedang berada di sebuah pedesaan. Tapi aku masih belum mengetahui dimana dia berada,” jelas Avery.
“Apa kamu mengetahui siapa temannya yang berada di pedesaan?” tanya Jordan senang karena mendapatkan petunjuk baru dari Avery.
“Nina, ya mungkin Nina mengetahuinya. Ia adalah teman dekat Rosa. Nanti aku akan mendatanginya,” ucap Avery bersemangat.
“Baik, aku akan menyuruh anak buahku untuk menelusuri pedesaan di sekitar Jakarta.” Jordan mengambil handphonenya dan ingin memberitahukan kepada anak buahnya.
“Ah, tunggu. Sepertinya aku mendengar orang berbahasa sunda di gubuk itu. Rosalind berkata ia akan melihat matahari terbit. Mungkin daerah sekitar Jawa Barat,” Avery mencoba mengingat kembali apa yang ia lihat di dalam video call-nya bersama Rosalind.
“Thanks, Av. Ayah akan memberitahukan mereka sekarang.” Jordan langsung memberi perintah kepada anak buahnya untuk mengubah pencariannya dari luar negeri menjadi daerah Jawa Barat.
Avery bergegas menyelesaikan sarapannya dan akan menemui Nina, begitupula Jordan yang sudah bersiap untuk pergi ke kantor sekarang. Ia harus menghadapi banyak meeting untuk proyek di perusahaannya.
Avery segera pergi ke garasi untuk melihat apakah mobilnya masih ada atau tidak. Sarmin melihat Avery sedang berjalan ke arah garasi, iapun mengikuti Avery dari belakang. “Ada apa, Non? Ada yang bisa bapak bantu?” tanya Sarmin sopan. Avery tersentak kaget mendengar panggilan dari Sarmin. “Apakah mobilku masih ada, Pak?” tanya Avery kepada Sarmin pelan. Ia masih berdiri ragu di depan garasi mobil yang tertutup pintu. Avery ingin mencari mobilnya yang berwarna merah berlogo tiga bintang. “Masih, apakah Non ingin menggunakannya sekarang?” tanya Sarmin bingung. “Ya.” Avery mengangguk. Sarmin segera membuka pintu garasi mobil. Ia menunjukkan tempat parkirnya mobil Avery.
Setelah mendapatkan kabar dari Avery tentang orang bernama Theo Santoso, Jordan menyuruh anak buahnya untuk mencari tahu keberadaan Theo tersebut. Setelah pencarian alamat melalui kampus Rosalind, akhirnya anak buah Jordan yang bernama Aldi mendapatkan alamat tempat tinggal Theo.“Pak, kami sudah mendapatkan alamat lengkap Theo dari kampus. Sekarang kami akan pergi ke Cianjur untuk mencarinya,” ujar Aldi di telepon.“Cepat pergi, temukan Rosalind. Hubungi Avery agar ia bisa pergi dengan kamu!” Jordan sangat senang, ada titik terang tentang keberadaan Rosalind.“Baik, Pak.” Aldi menutup teleponnya dengan Jordan. Ia menelepon Avery untuk ikut bersamanya pergi ke daerah Cianjur, Jawa Barat untuk mencari Rosalind.oooOOOoooCikalong Kulon, Cianjur, Jawa BaratAvery dan Aldi mencari alamat rumah sesuai dengan petunjuk alamat yang diberikan oleh kampus. Mereka menelusuri daerah persawahan dengan berjalan kaki.“Pak, permisi,” sapa Aldi sopan pada seorang p
Tok! Tok! Tok! Aldi mengetuk pintu rumah Pak RT.“Permisi.”“Ya …,” terdengar teriakan seorang wanita dari dalam menjawab sapaan Aldi.“Permisi bu, Kami mencari Pak RT,” ucap Aldi sopan di depan pintu rumah Pak RT.“Sebentar ya, ”“Iya, Bu.” ucap Aldi dan Avery bersamaan.Tidak lama seorang wanita paruh baya keluar dari rumah menggunakan daster biru dengan motif bunga.“Siapa dan ada perlu apa ya, Bapak dan Ibu?” tanya wanita itu sopan.“Perkenalkan, saya Aldi dan ini Avery. Kami datang ke sini untuk mencari tahu alamat bapak Wikrama Santoso,” ucap Aldi sopan kepada wanita di hadapannya.“Wikrama?” Wanita di hadapan Aldi dan Avery agak terkejut mendengar nama yang mereka sebutkan.“Kalau boleh ada apa dengan nama Wikrama, sepertinya Ibu terkejut mendengarnya?” tanya Avery menyelidiki.“Nanti Pak RT saja yang menjawab ya, Neng,” ucap wanita yang berada di hadapan Avery.“Oh, baik, Ibu. Terima kasih.” Avery mengangguk. Ia tidak mau memaksa wanit
“Halo …,” ucap Aldi mengangkat telepon yang sedang berbunyi dengan bluetooth earphone.“Pak, kami sudah menemukan informasi tentang Wikrama Santoso,” balas anak buah Aldi. Aldi melirik ke arah Avery yang sedang sibuk berselancar di handphonenya.“Nona, ada informasi tentang Wikrama,” ucap Aldi pelan.“Aku ambil handphone-mu!” Avery langsung mengambil handphone milik Aldi dan menekan tombol speaker phone. “Bicara!” lanjut Avery.“Baik, Nona. Wikrama adalah seorang pembunuh. Berita tentang dia sudah tersebar luas. Ia membunuh majikannya karena uang dan sakit hati. Terbukti dari hasil pengadilan bahwa ia telah membunuh saat dua puluh tahun lalu,” jelas anak buah Aldi.“Apakah kamu punya foto Wikrama?” tanya Avery kepada anak buah Aldi.“Sebentar saya kirimkan melalui chat ke nomor Pak Aldi.” “Terima kasih.” Avery menutup telepon dari anak buah Aldi. Hatinya semakin bergoncang, tidak percaya bahwa Rosalind berada di tempat yang sangat berbahaya bagi nyawanya. Apala
Tok! Tok! Tok!“Permisi.” Avery mengetuk pintu rumah yang ia sendiri tidak tahu apakah itu Wikrama atau bukan.Tok! Tok! Tok!“Permisi.” Avery mengetuk pintu rumah itu kembali tapi sepertinya tidak ada orang di rumah.“Neng, itu orangnya sudah pindah,” teriak seorang tetangga kepada Avery.“Pindah kemana, Ibu? Apakah Ibu tahu?” tanya Avery penasaran.“Enggak, Neng.” Ibu itu menggelengkan kepalanya.“Apa Ibu pernah melihat wanita ini di sini?” tanya Avery sambil memperlihatkan foto Rosalind.“Aduh, sepertinya Ibu ada lihat wanita ini. Tiga hari lalu. Dia teh dibawa sama anak muda ke rumah sebelah,” jelas ibu Tetangga.“Apakah penghuni rumah di sebelah itu seperti ini wajahnya?” Avery memberikan foto dari Wikrama Santoso kepada Ibu Tetangga.“Iyah, Neng.” Ibu Tetangga itu mengangguk.“Siapa nama pria ini, Bu?” tanya Avery lagi. Ia ingin memastikan bahwa nama pria ini belum berganti dan jikapun sudah berganti, ia harus mencari tahu lagi.“Namanya Ase
“Boleh saya lihat fotonya?” tanya Tukang Ojek itu penasaran.“Ini, Pak.” Avery memperlihatkan wajah Rosalind kepada Tukang Ojek itu.“Ya ampun, ini yang tadi saya antar, Neng.” Tukang Ojek itu menepuk keningnya sendiri.“Serius, Pak? Bisa bapak antarkan saya kepadanya?” Avery sudah kembali berseri karena ada orang yang sudah mengetahui keberadaan Rosalind. Ia merasa begitu bodoh karena mencari-cari orang yang tidak jelas seperti Asep atau Wikrama.“Dia teh mengalami kecelakaan. Sekarang ada di RSUD. Saya yang bantu antar. Sepertinya dia teh ketakutan sekali.” jelas Tukang Ojek.“Tolong antarkan saya sekarang, Pak,” tutur Avery khawatir dengan adiknya yang kecelakaan. Avery sudah mengabarkan kepada Aldi bahwa ia akan pergi ke RSUD di dekat Tugu bersama tukang ojek yang ia sewa.Tidak menunggu waktu yang lama, Avery sampai ke RSUD yang diantarkan oleh tukang ojek sewaannya."Apakah disini ada yang pasien bernama Rosalind? Korban kecelakaan. Ia belum lama d
Lampu ruang operasi mati, artinya operasi telah selesai dilakukan. Avery bernafas sedikit lega. Ia sangat berharap keadaan adiknya baik-baik saja serta bayi di dalam kandungannya selamat.Dokter dan suster keluar dari ruang operasi dan membawa seorang wanita yang sudah terkulai lemas di stretcher.Avery melihat wajah pasien yang sedang didorong oleh dokter dan benar saja ternyata Rosalind yang sedang mereka dorong di stretcher.“Dokter, bagaimana keadaan pasien?” tanya Avery berlari mengejar dokter.“Hmm … anda siapa?” tanya Dokter sambil mengernyit. Ada rasa lelah tergurat dari dokter yang telah mengoperasi Rosalind.“Saya kakak dari pasien. Namanya Rosalind,” sahut Avery tegang.“Ah, pasien dalam keadaan tidak stabil. Saat ini ia mengalami keguguran karena benturan yang sangat hebat di perutnya. Dan juga pasien dalam keadaan gegar otak dan mengalami beberapa patah tulang di bagian punggungnya. Pasien juga sepertinya mengalami penganiayaan karena banyaknya memar d
Avery berdiam diri di dekat Rosalind. Infus di tangannya sudah dilepaskan oleh dokter kemarin. Avery menatap Rosalind dengan lembut, adik yang selama ini ia manjakan ada di hadapannya sekarang dengan tubuh tidak berdaya. Miris sungguh miris melihat adik yang paling dicintai menderita seperti ini. Avery melihat Aldi yang masih tertidur di sofa di ruangannya, ada segurat rasa tidak enak karena membuat Aldi menderita juga. Aldi adalah anak buah dari ayah Avery dan ia sudah bekerja selama hampir sepuluh tahun sejak ia remaja.Aldi adalah remaja terlantar yang hampir sekarat dan dipungut oleh Jordan dan dijadikan anak buahnya, dididik dengan benar dengan sekolah yang tinggi. Hal itu membuat Aldi sangat menurut kepada Jordan. Aldi tumbuh besar bersama Avery dan Rosalind, ia sangat menjaga kedua putri penyelamatnya agar selalu aman. Ia seperti kakak bagi Avery dan Rosalind dan tidak heran mereka berdua sangat manja kepada Aldi meskipun selama ini Aldi selalu memanggil sebutan Nona,
Avery masih sibuk dengan segala berkas yang berada di mejanya. Satu per satu proyek kerja sama milik Vlad Corp harus dipelajari Avery karena untuk rencana selanjutnya, Avery harus segera menyelesaikan Xavier. Terlalu lama berada di dekat Xavier bisa saja mempengaruhi kejiwaan Avery, tepatnya, Avery takut malah ia menjadi jatuh cinta kepada sang pembunuh adiknya. Tidak akan Avery biarkan semua itu terjadi. Cukup Rosalind yang menjadi korban bagi Xavier, tidak untuk Avery. Lebih cepat Avery menyelesaikan Xavier, maka lebih cepat Avery pergi dari hadapan Xavier. Meninggalkan dalam keadaan Xavier hancur total."Belle," panggil Xavier yang baru saja keluar dari luar ruangannya."Ya, Pak." Avery menghentikan pekerjaannya sejenak untuk berfokus kepada pria yang memanggilnya itu."Hmm ... bisa kita bicara sebentar di ruanganku?""Baik, Pak."Avery berdiri dan mengikut Xavier dari belakang untuk masuk ke dalam ruangan Xavier."Tutup pintunya, Belle."Avery langsung menutup pintu ruangan sesu
Avery malas untuk menjawab pertanyaan dari Aldi. Entahlah bagaimana keadaan hati dan pikirannya sekarang. Apakah memang ia mulai menyukai pesona Xavier? Kasihan terhadap pria itu? Atau memang niat balas dendamnya yang membuat Avery terlalu terlibat dengan Xavier.Avery masih bingung. Tapi, biarkanlah semua terjadi dan berjalan sesuai rencana saja. Aldi telah menurunkan Avery di depan lobi perusahaan Xavier. Ia bergegas untuk pergi kembali untuk mencari apa yang dititahkan oleh Avery, sang nona besar. Wina ... wanita itu memang harus mendapatkan balasan dari apa yang telah ia lakukan kepada Avery sewaktu muda. "Hai, Pak," sapa Avery di ruang kerja Xavier yang sedang memijat keningnya sendiri. Terlalu banyak masalah dan ia tidak bisa menyelesaikannya dengan sangat cepat."Yes, Belle. Ada apa?"Tatapan sendu Xavier membuat hati Avery menjadi tidak enak sendiri."Hmm ... aku punya ide untuk Karina." Avery tersenyum pasti."Apa itu?""Kita menggunakan hipnotis untuk mencari tahu apa yan
"Entahlah, Av. Tapi kita bisa mulai dari komplotan Keith yang masih berada di dalam penjara. "Karina, benar apa yang dikatakan sang ayah. Pastinya dari Karina, maka Avery bisa memecahkan kasus ini satu per satu. Mungkin belum menjurus ke arah pembalasannya terhadap Rosalind, tapi setidaknya, jika ia memegang kunci siapa yang bermain di PT Heiz, maka Avery bisa menggunakannya untuk melawan Xavier. Menghancurkan Xavier sampai berkeping-keping. "Tapi masalahnya, Karina bungkam, " balas Avery mendelik kesal. "Mungkin kamu bisa menggunakan jasa psikiater, melakukan hipnotis kepada Karina." Jordan membentuk senyuman di bibirnya. Ia sangat senang karena mungkin sang anak mau mendengarkan pendapatnya itu. "Ya ... anda benar. " Avery berbalik tersenyum, tapi senyum penuh kelicikan karena ia akan mendapatkan informasi itu dari Karina. "Apakah kamu akan melibatkan Xavier?""Bisakah aku? Karena Karina sangat membenciku.""Kalau begitu, arahkan semua tanggung jawab di pundak Xavier. Biar dia
Setelah pulang dari kantor, Avery bergegas pulang menuju mansion milik ayahnya. Ia harus mencari tahu tentang apa yang telah dikatakan oleh Jordan dan sangat membuat Avery penasaran. Sebelumnya ia telah membatalkan terlebih dahulu janjinya dengan Aldi untuk bertemu di apartemennya karena pastinya ia akan bisa bertemu dengan Aldi di mansion Jordan. Ting Tong! Avery menekan bel mansion. Tidak lama kemudian, Jordan membukakan pintu untuk Avery. Ia sudah mengetahui bahwa Avery yang sedang berada di depan pintu masuk mansionnya. "Selamat malam, Av," sapa Jordan. Ia sangat merindukan anak satu-satunya itu. "Jangan berbasa-basi lagi denganku. Katakan apa yang ingin anda katakan sekarang," balas Avery ketus. Ia masih berada di depan pintu mansion dan tidak mau masuk ke dalam. "Masuklah. Kita berbicara di dalam," ajak Jordan. Avery ingin mempercepat pembicaraannya dengan Jordan sehingga ia langsung masuk ke dalam mansion. Mereka berdua
Xavier sangat lelah mencari fakta tentang proyeknya yang sedang dimanipulasi. Karina ... wanita itu sangat tidak berguna bagi Xavier. Ia tidak bisa mengorek informasi apapun dari wanita itu.Xavier segera pulang ke kantor. Ia berharap menemukan setitik harapan yang bisa membantunya untuk keluar dari masalah perusahaannya ini, masalah yang cukup berat dan bisa merugikan perusahaannya."Belle," sapa Xavier lemas ketika ia sudah sampai ke dekat ruangan kerjanya."Bagaimana, Pak? Apakah bapak sudah mendapatkan informasi dari Karina?" tanya Avery penasaran."Tidak. Wanita sialan itu malah pingsan saat aku menginterogasinya.""Hmm ... apakah dia berpura-pura?" tanya Avery curiga."Mungkin saja. Entahlah. Aku lelah.""Ya sudah, bapak beristirahat terlebih dahulu dan aku akan membawakan makanan dan minuman untuk bapak.""Terima kasih, Belle." Xavier tersenyum kaku kepada Avery. Pikirannya sangat kacau karena kejadian ini. Tentu s
“Hai, Pak Xavier …” sapa Karina sumringah karena melihat wajah mantan bosnya. Ia sendiri tidak menyangka Xavier akan menemuinya di rumah tahanan setelah sekian lama ia mendekam.“Bagaimana kabarmu?” tanya Xavier berbasa-basi.“Tidak baik. Seperti yang bapak lihat saat ini.” Karina berdiri dan memperlihatkan tubuhnya yang mulai kurus dan wajahnya yang sangat kusam akibat stress berada di dalam rumah tahanan.“Ah … saya turut berduka cita.” Xavier mencoba memberikan simpatinya kepada keadaan Karina saat ini.“Apa bapak ke sini untuk membebaskan saya?” tanya Karina penuh harap.“Aku membutuhkan bantuanmu, jika kamu membantuku dengan semua informasi,
Setelah tidak berhasil mencari proposal dan kesepakatan kerja sama antara Vlad Corp dan PT Heiz di tempat penyimpanan berkas, Avery tergesa-gesa kembali ke meja kerjanya untuk mencari lagi. Mungkin Karina lupa meletakannya.Avery mengobrak-abrik meja dan tempat penyimpanan Karina tapi ia tidak menemukan berkas yang ia cari. Kemudian, Avery mencoba mengecek ke dalam komputer yang ada di hadapannya. Biasanya terdapat arsip karena semua dokumen kerja sama akan di-scan sebagai back up data.Avery melakukan pencarian tapi tidak ada berkas apapun yang berhubungan dengan PT Heiz. Ia mulai curiga adanya campur tangan Karina dalam masalah proyek PT Heiz. Mungkin ini juga yang membuat Karina tidak menyukai dirinya bahkan melakukan sabotase terhadap dirinya, agar tidak ada orang yang mengetahui kejahatan yang dilakukan oleh Karina.
Setelah menyelesaikan rapat dengan para kepala divisi, Avery memohon diri untuk pamit keluar dari ruang rapat yang terasa menyesakkan dada. Ia segera menelepon Aldi untuk langkah selanjutnya.“Al …” panggil Avery di telepon.“Ya, Nona.”“Selidiki masalah pembangunan hotel milik PT Heiz dan Vlad Corp yang berada di Bandung. Ada masalah apa, gunakan detektif yang biasa ayah gunakan. Jika bisa, berikan kepadaku laporan itu dalam dua hari,” ujar Avery memberikan perintah kepada Aldi.“Masalah lima pekerja meninggal karena lantai dua puluh runtuh?” tanya Aldi mengkonfirmasi.“Ya. Apakah kamu mengetahui masalah ini?” tanya Avery penasaran.
Setelah menenangkan diri dengan memeluk Avery, Xavier melepaskan dekapannya. Ia sudah bisa mengendalikan emosinya dan menenangkan diri.“Belle, tolong bantu saya kumpulkan semua kepala divisi yang berkaitan dengan PT Heiz,” ucap Xavier pelan. Ia mulai duduk di sofa dan meminum teh manis hangat buatan Avery. Ia harus menenangkan pikirannya agar bisa berpikir dengan jernih.“Baik, Pak.” Avery mengangguk menuruti perintah Xavier.“Menurutmu, apa yang sedang terjadi di pembangunan hotel itu?” tanya Xavier masih bimbang. Ia sendiri tidak pernah menyangka kejadian seperti ini bisa terjadi dengan perusahaannya.“Hmm … menurut saya ada orang yang bermain di belakang dan mengurangi bahan. Sehingga para pekerja itu tertimpa dengan k